• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon

(Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi dhisik kok.

Intralingual

Bahasa yang digunakan pada tuturan F2 menggunakan bahasa Jawa, tetapi penutur menggunakan satu kata bahasa Inggris yaitu “sorry”, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa.

Ekstralingual

Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.

Makna pada tuturan F1: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa membangunkan mitra tutur.

Tuturan F3

P: Bu, lha klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?)

MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.)

Intralingual

Bahasa yang digunakan pada tuturan F3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa.

Ekstralingual

Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.

Makna pada tuturan F3: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa mengambil baju yang ada ditempat penjahit.

4.2.7 Mengucapkan selamat

Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengucapkan selamat. Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan G1

P: Pak, Aldo mau wes isa ngitung nang ngarep kelas lho…! (Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho…!) MT:Weh, apa iya? Selamet ya dek.

(Weh, apa iya? Selamat ya dek)

Intralingual

Bahasa yang digunakan pada tuturan G1 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa.

Ekstralingual

Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.

Makna pada tuturan G1: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur.

Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur sudah dapat belajar berhitung di depan kelas pada saat di sekolahan.

Tuturan G2

P: Bu, lumayan lho aku wes isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi)

(Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.)

Intralingual

Bahasa yang digunakan pada tuturan G2 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa.

Ekstralingual

Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat ya Sar.

Makna pada tuturan G2: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur.

Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan murid les.

Tuturan G3

P: Lha kowe ki ngitung duite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?) MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok

(Ya uangku Bu, Aku kan nabung)

P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.)

Intralingual

Bahasa yang digunakan pada tuturan G3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa.

Ekstralingual

Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.

Makna pada tuturan G3: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur.

Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena sudah bias menyisihkan uang jajannya sendiri dengan cara menyanjungnya.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Wujud Basa-basi Berbahasa

Menurut Anwar (1984:46) sejemput kata-kata bukan hanya untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk dan merayu dan sebagainya namun dapat dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya.

Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa- basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan.

Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atau dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakrabam. Basa-basi murni keniscayaan topiknya telah

terpolakan secara bersama dalam kesadaran penutur dan dipilih secara tepat dan dipakai secara spontan berdasarkan situasi tutur tertentu. Basa-basi polar adalah tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi polar sosial tuturan dan realitasnya tidak bersesuaian tetapi tersosialisasi dalam perilaku berbahasa masyarakat sebagai sopan santun dan ramah tamah.

4.3.1.1 Salam

Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

Tuturan A1

P: Selamat pagi, bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!) MT: Ya pak, ati-ati!

(Ya pak, hati-hati)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan

seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur.)

Tuturan (A1) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Tuturan tersebut terjadi pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru laki-laki yang berusia 53 tahun dan mitra tutur adalah istri penutur.

Suasana di ruang tamu tersebut santai dan kondusif. Penutur menyapa mitra tutur untuk memulai pembicaraan.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal tersebut dikarenakan tuturan penutur digunakan untuk memulai pembicaraan.

Selain itu, tuturan (A1) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan oleh penutur untuk memulai pembicaraan. Pada saat itu mitra tutur sedang membuka pintu rumah dan penutur menghampiri mitra tutur. Tuturan “Selamat pagi! Bapak mangkat sek ya!” pada tuturan (A1) digunakan penutur untuk memulai pembicaraan. Hal tersebut sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelasakan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan utuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembiaran antara pembicara dan kawan bicara. Hal ini juga sesuai dengan teori Jadi, tuturan (A1) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memulai pembicaraan kepada mitra tutur. Tuturan A2

P: Kula nuwun, kula pun kondur!