• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tan, tulung jupukna teh-e Bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh-nya Bapak di belakang itu!)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

P: Tan, tulung jupukna teh-e Bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh-nya Bapak di belakang itu!)

MT: Ya pak

(Ya pak)

P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang

guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur).

Maksud basa-basi tuturan (B6) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada mitra tutur.

Maksud basa-basi tuturan (B6) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ya” yang menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra tutur.

4.3.2.3 Meminta/Mengundang

Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

Tuturan C2

P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iyo kosik sedilit neh.

(Iya, sebentar lagi)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah

seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.)

Maksud basa-basi tuturan (C2) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah ayah dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja.

Maksud basa-basi tuturan (C2) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap untuk pergi ke gereja. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ayo” yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar segera bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu.

Tuturan C5

P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: (Lari menghampiri penutur)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.)

Maksud basa-basi tuturan (C5) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke warung.

Maksud basa-basi tuturan (C5) ialah penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke warung. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ayo” yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar cepat pergi ke warung bersama. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu. Tuturan C6

P: “Ga, Alga… Wes awan iki, meh tangi jam piro?” (Ga, Alga… Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa?” MT: “Iyo Pak, iki lagi ngelempit kemul”.

(Iya Pak, ini baru melipat selimut)

P: “Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara!” (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur

adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah)

Maksud basa-basi tuturan (C6) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah.

Maksud basa-basi tuturan (C6) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah karena ada upacara di sekolah. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “ayo” yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar cepat bersiap-siap ke sekolah. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu.

4.2.2.4 Menolak (Reject)

Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa

acknoledgments. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi.

Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk kategori tersebut.

Tuturan D1

P: Bu, sesuk Minggu isa teko nikahan anakke pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu.

(Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.)

Maksud basa-basi tuturan (D1) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.

Maksud basa-basi tuturan (D1) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “duh” yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak ajakkan penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak penutur untuk datang ke acara pernikahan di hari Minggu, karena mitra tutur ada dinas pagi di rumah sakit. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik.

Tuturan D2

P: Sar, Sari… Ayo maem! (Sar, Sari… ayo makan)

MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah

ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.)

Maksud basa-basi tuturan (D2) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan ibu dari mitra tutur yang berusia 49 tahun, dan mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang yang berusia 29 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.

Maksud basa-basi tuturan (D2) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “tidak Bu” yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak ajakkan penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak penutur makan malam, karena mitra tutur masih merasa kenyang. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik.

Tuturan D4

P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak.

(Itu lho ada Bapak.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan agak keras. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho

ana Bapak.)

Maksud basa-basi tuturan (D4) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SMP Negri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, dan mitra tutur adalah anak dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan panggilan penutur.

Maksud basa-basi tuturan (D4) ialah mitra tutur menolak panggilan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “itu lho ada Bapak” yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak panggilan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak dengan cara melemparkan panggilan penutur kepada orang lain.

4.2.1.5 Menerima

Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

Tuturan E1

P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki.

(Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben do katok le renang.

(Ya Bu, pagi saja ya, biar mereka puas renangnya.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Mitra tutur adalah

seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Penutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.)

Maksud basa-basi tuturan (E1) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, dan penutur adalah istri mitra tutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya.

Maksud basa-basi tuturan (E1) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Ya Bu” yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang

mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

Tuturan E3

P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora? (Le, ini ibu bawa bakso, mau tidak?)

MT: Gelem Bu (Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya kesini.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.)

Maksud basa-basi tuturan (E3) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang makan. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Negri 1 Sumowono, berusia 34 tahun, dan penutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.

Maksud basa-basi tuturan (E3) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Mau Bu” yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

Tuturan E6

P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Le, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak.

(Tidak kok Pak)

P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak

(Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah

seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.)

Maksud basa-basi tuturan (E6) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.

Maksud basa-basi tuturan (E6) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel “Oh Iya Pak” yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

4.2.1.6 Menyatakan maaf

Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut.

Tuturan F1

P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan,