• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

IV.2. B Latar Belakang Partisipan II

Partisipan kedua pada penelitian ini adalah seorang remaja perempuan berumur 19 tahun berinisial DNR. Dua tahun lalu DNR merupakan seorang remaja yang normal, namun karena kecelakaan yang terjadi ia harus kehilangan seluruh tangan kanannya.

Kejadian kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan DNR mengamputasi tangan kanannya terjadi pada Agustus 2011 dijalan lintas Medan-Brastagi. Saat itu DNR sedang dalam perjalanan pulang dinas yang diadakan kantornya. Memang setelah lulus SMA DNR langsung mendapatkan pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarganya.

Kecelakaan terjadi sekitar jam 5 atau 6 sore pada hari itu. Mobil dinas perusahaan yang ditumpangi DNR memang berjalan dengan kencang,

namun tanpa disangka pada sebuah tikungan datang sebuah truk container dari arah yang berlawanan yang pada saat itu berusaha untuk menyalip kendaraan di depannya. Supir mobil yang ditumpangi DNR berusaha menghindar untuk menghindari kecelakaan, tetapi truk container tersebut tetap menabrak mobil yang ditumpangi DNR dibagian sisi kanannya. Saat itu tepat sekali DNR duduk di sebelah kanan pada kursi penumpang bagian tengah. Maka dengan seketika hantaman keras truk menghilangkan tangan kanan DNR. Saat kecelakaan terjadi DNR sadar sepenuhnya, ia mengingat bagaimana rasanya saat tangannya putus. DNR juga menjadi satu-satunya korban pada kecelakaan tersebut.

Setelah kecelakaan terjadi DNR langsung dibawa ke rumah sakit umum pusat H. Adam Malik, Medan. DNR langsung menerima tindakan operasi pada tangan kanannya. Setelah operasi berlangsung DNR harus dirawat inap di rumah sakit selama 10 hari.

Saat ini kegiatan DNR kegiatan sehari-hari anak kedua dari tiga bersaudara ini adalah berjualan keperluan sehari-hari dan bahan memasak di sebuah warung dekat rumah kerabatnya. Setelah mengalami kecelakaan dirinya sempat berkuliah, namun saat ini ia mengatakan bahwa ia sudah tidak aktif lagi didunia perkuliahannya tersebut. Saat ini DNR sudah mengenakan tangan palsu yang dibuat oleh keluarganya. Jika tidak terlalu memperhatikan, maka DNR masih terlihat seperti remaja normal pada umumnya.

IV.2.C Observasi Saat Pengambilan Data

Tabel 6. Waktu Pertemuan Partisipan II

No. Hari, Tanggal Waktu Tempat Kegiatan

1. Sabtu, 14 September 2013 16.00-17.30 WIB Texas Jalan Sisingamangaraja Perkenalan dengan partisipan (Rapport) 2. Rabu, 30 Oktober 2013 11.00-12.00 WIB Warung tempat partisipan berjualan

Rapport dan Informed consent

Tabel 7. Jadwal Wawancara Partisipan II

No. Hari, Tanggal Waktu Tempat Kegiatan

1. Kamis,

31 Oktober 2013

15.00-16.30 WIB

Café Winda Wawancara 1

2. Sabtu,

16 November 2013

14.00-16.00 WIB

Café Winda Wawancara 2

3. Sabtu,

23 November 2013

15.00-16.30 WIB

Café Winda Wawancara 3

Peneliti berkenalan dengan DNR merlalui kerabatnya. Pertemuan pertama yang terjadi pada 14 September 2013. DNR merupakan seorang remaja perempuan dengan tinggi 160cm dan berat 50 kg. DNR tidak banyak bicara pada pertemuan pertama, ia menghindari kontak mata saat berbicara dengan peneliti. Tujuan bertemunya peneliti dengan partisipan adalah untuk berkenalan. Pada saat peneliti memberitahu mengenai cara pengambilan data dengan wawancara, DNR terlihat lega karena mengetahui bahwa tidak akan ada orang baru yang melihatnya setelah ikut serta dalam penelitian ini. DNR tidak menolak untuk ikut serta dalam penelitian, namun ia meminta untuk mengatur jadwal dan tempat wawancara selanjutnya sedemikian rupa karena takut ibunya ikut campur dalam proses wawancara. DNR menceritakan bahwa ibunya masih belum bisa menerima kondisi ketunaan DNR, maka

kalau ada orang yang bertanya-tanya mengenai kondisinya ibunya kerap kali ikut campur.

Pertemuan kedua yang terjadi pada tanggal 30 Oktober 2013 dengan tujuan untuk penandatanganan informed consent oleh kedua belah pihak, baik pihak peneliti maupun DNR. Peneliti bertemu dengan DNR di warung tempat ia menjualkan bahan-bahan dan keperluan masakan. Saat itu DNR masih disela-sela berjualan. Setelah lembar informed consent ditanda tangani, peneliti dan DNR sempat berbincang-bincang mengenai kegiatan sehari-hari DNR. DNR sangat terbuka sewaktu menjawabnya. Tempat DNR berjualan merupakan tempat yang tidak kondusif untuk dilakukan wawancara, selain karena banyak kendaraan yang lewat, ada juga seorang teman DNR yang selalu mengganggu peneliti dan DNR yang kala itu sedang berbicara. Maka dari itu, peneliti dan DNR menyepakati kalau pertemuan selanjutnya untuk wawancara tidak akan diadakan ditempat tersebut.

Setelah menyepakati untuk bertemu pada tanggal 31 Oktober 2013, peneliti dan DNR juga menyepakati bahwa wawancara pertama ini diadakan disebuah kafe dekat tempat tinggal DNR. Kondisi kafe yang menjual banyak makanan ini dapat dikatakan tidak terlalu kondusif untuk mengadakan sebuah wawancara. Letak kafe yang berada dipinggir jalan raya itu membuat hilir mudik kendaraan terdengar berisik. Namun, tidak ada pilihan tempat lain karena apabila wawancara dilakukan di rumah DNR, ibu DNR akan ikut campur, sedangkan apabila dilaksanakan di warung tempatnya berjualan

Topik pada wawancara pertama adalah seputar kecelakaan yang dialaminya dan perasaannya akan hal tersebut. Pada beberapa pertanyaan mengenai kecelakaannya, terlihat raut wajah DNR yang sedih. Bibirnya bergetar saat menceritakan mengenai kejadian traumatisnya tersebut.

Wawancara kedua terjadi pada hari Sabtu, 16 November 2013. Saat itu DNR datang dengan muka letih sehabis berjualan. Melihat DNR yang letih karena seharian berjualan, maka peneliti tidak langsung melakukan wawancara. Peneliti dan DNR bercerita mengenai pacar DNR. DNR sangat terbuka ketika menceritakan kisah percintaannya. Dari cerita ini peneliti tahu bahwa DNR merupakan gadis remaja yang suka mempunyai banyak teman laki-laki. Ia juga menyatakan bahwa dirinya menyukai kebebasan dalam berhubungan, maka ia kurang suka dengan pacarnya yang suka melarang- larang untuk bergaul dengan beberapa orang. DNR juga merupakan seorang yang sangat memperhatikan penampilannya. DNR juga seseorang yang memperhatikan tanggapan orang mengenai dirinya.

Setelah selesai bercerita, peneliti dan DNR setuju untuk melakukan wawancara. Topik wawancara pada pertemuan ini adalah masih membahas mengenai perasaan DNR dengan kondisi ketidaksempurnaannya. DNR bisa menjawab semua pertanyaan dengan leluasa.

Wawancara ketiga berlangsung seminggu setelah wawancara kedua terjadi. Sesampainya ditempat wawancara, DNR menceritakan kegiatannya pada hari itu. Kondisi kafe pada saat itu semakin berisik dengan dihidupkannya musik oleh pemilik kafe, namun wawancara masih bisa

berlangsung. Topik pada wawancara ketiga ini adalah mengenai bagaimana DNR menjalani kehidupannya sekarang. Selain itu, peneliti juga menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri.

IV.2.D Data Wawancara