• Tidak ada hasil yang ditemukan

43BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 44-49)

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III - 2008 (posisi Agustus 2008) masih cukup baik tercermin dari peningkatan total aset, kredit dan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun, disertai membaiknya berbagai rasio fungsi intermediasi (LDR) dan kualitas kredit (NPL). Peningkatan rasio LDR ini disebabkan oleh laju pertumbuhan kredit yang lebih significant dibandingkan pertumbuhan dana sedangkan membaiknya kualitas kredit lebih didorong oleh meningkatnya realisasi kredit baru selain upaya restrukturisasi kredit bermasalah. Sementara itu, walaupun tetap tumbuh positif selama triwulan III - 2008, namun pertumbuhan dana tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Salah satu faktor pemicunya adalah terus meningkatnya biaya hidup seiring dengan dampak kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008 yang lalu yang memaksa masyarakat untuk mengurangi saving yang selama ini dilakukan. Selain itu, meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah juga mendorong penurunan dana khususnya yang disimpan dalam bentuk giro.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*) Total Aset 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 11,222 Tumbuh Y.o.Y (%) 20.76 17.76 21.67 19.59 20.48 25.45 13.29 DPK (Rp Miliar) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,644 Tumbuh Y.o.Y (%) 18.14 20.88 19.34 17.49 20.12 20.65 17.52 Kredit (Rp Miliar) 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,852 8,258 Tumbuh Y.o.Y (%) 20.25 22.04 26.85 29.70 31.74 39.27 35.85 LDR (%) 86.53 87.61 93.46 93.02 94.90 101.13 108.04 NPL (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4.86 4.88 3.88 Share UMKM 62.19 64.42 63.86 61.79 63.09 64.68 64.61 NPL UMKM (%) 8.23 7.62 7.11 5.67 6.01 5.69 4.91 2008 Komponen 2007

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

A. FUNGSI INTERMEDIASI

1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Periode Q3-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan AS yang menyebar secara global serta berdampak pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif yang

Tabel 3.1.

44

ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham mencatat penurunan tajam hingga ke level 1.800 pada akhir triwulan serta nilai tukar rupiah yang terdepresiasi hingga pada level Rp9.378 per USD atau turun 1,66% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Kedua hal tersebut berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek perekonomian domestik.

Sumber : HTUhttp://finance.yahoo.com/UTH Sumber : www.bi.go.id

Selain itu, likuiditas perbankan nasional juga mengalami tekanan yang disebabkan oleh sulitnya mendapatkan pinjaman dana di pasar keuangan. Hal ini dipicu oleh bergugurannya beberapa lembaga pembiayaan dunia sebagai dampak krisis sub prime mortgage di AS sehingga perbankan semakin hati-hati dalam memberikan pembiayaan. Kondisi serupa juga tercermin pada perbankan Sulawesi Utara tercermin dari meningkatnya persaingan bank-bank dalam merebut dana dengan berusaha menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi kepada masyarakat. Berdasarkan dana yang ada, trend kenaikan suku bunga simpanan sudah dimulai sejak April 2008. Untuk posisi September 2008, tingkat rata-rata suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,53% per tahun. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat juga tercermin dari mulai melambatnya pertumbuhan kredit pada posisi September 2008 (walaupun masih tetap tumbuh positif). Tercatat total kredit yang berhasil disalurkan di Provinsi Sulawesi Utara pada September 2008 mencapai Rp8,45 Triliun atau naik sebesar 39,08% (y.o.y). Sementara itu, laju pertumbuhan dana relatif tidak terlalu bervariasi yaitu pada kisaran 15 – 22% (y.o.y). Pada September 2008, jumlah dana yang berhasil dihimpum tercatat Rp7,93 Triliun. 8800 8900 9000 9100 9200 9300 9400 9500 9600 Grafik 3.2.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3.1.

45

Perilaku berjaga-jaga perbankan dalam menghadapi peningkatan permintaan uang kartal menjelang hari raya keagamaan dan masih rendahnya ekspansi rekening pemerintah semakin menambah ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Namun, keketatan likuiditas tersebut diperkirakan lebih bersifat temporer. Keketatan kondisi likuiditas ini diperkirakan akan berkurang setelah berakhirnya periode lebaran yang ditandai dengan kembalinya uang kartal ke sistem perbankan dan cenderung ekspansinya rekening pemerintah di triwulan IV-2008. Guna mengatasi permasalahan ketatnya kondisi likuiditas tersebut, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui penyempurnaan pelaksanaan operasi moneter.

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Selain itu, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan koordinasi kebijakan serta senantiasa memonitor perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu. Dalam kondisi yang masih diselimuti berbagai permasalahan tersebut, inflasi dan stabilitas ekonomi

-1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007 2008 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007 2008 Modal Kerja Investasi Konsumsi -2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007 2008 Grafik 3.3.

Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit 1 Bulan

Grafik 3.4.

Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan

Grafik 3.5.

Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan

46

tetap menjadi fokus utama Bank Indonesia. Upaya untuk menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan risiko ketidakstabilan di pasar uang secara umum terus menerus dilakukan. Untuk mengendalikan inflasi, Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan BI Rate sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 menjadi 9,25% serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia.

2. Penyerapan Dana Masyarakat

Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate dari Juli s.d September 2008 yaitu masing-masing sebesar 25 bps menjadi 9,25%, ternyata belum terlalu berdampak pada peningkatan dana yang dihimpun perbankan khususnya di Sulawesi Utara. Hingga periode triwulan III - 2008, total dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan mencapai Rp7.644 milliar atau naik 17,52% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis tabungan yang meningkat 26,52%(y.o.y), berikutnya adalah jenis deposito sebesar 13,47% (y.o.y) dan jenis giro yang peningkatannya relatif terbatas sebesar 4,09% (y.o.y).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih tetap didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 49,62% dari total keseluruhan DPK (dana pihak ketiga) yang berhasil dihimpun, disusul deposito (31,79%) dan giro (18,58%). Secara umum, selama triwulan laporan, preferensi masyarakat dalam menggunakan sistem perbankan tidak mengalami perubahan yang significant. Hal ini dikarenakan masyarakat

Grafik 3.6.

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Persen) -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*) 2007 2008 Tabungan Depo sito Giro

47

menganggap sistem perbankan sudah sangat baik dan memiliki resiko yang paling kecil dibandingkan jenis instrumen investasi lainnya.

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 62,76% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (37,24%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh 15,45% (y.o.y) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 21,17% (y.o.y). Hal ini tak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan perbankan swasta di Manado dalam menjaring para nasabah baru. Berdasarkan kepemilikannya, dana yang dimiliki pemerintah daerah baik provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp743 milliar atau turun sebesar 20,72% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dana milik swasta justru mengalami peningkatan mencapai jumlah Rp6.900 milliar atau naik sebesar 23,96% (y.o.y).

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 76,12% atau Rp5.472 milliar berasal dari dari bank-bank yang berlokasi di Kota Manado, selanjutnya adalah Kota Bitung (7,92%), Kabupaten Minahasa (6,35%), Kabupaten Bolaang Mongondow (5,33%) dan Kabupaten Sangihe – Talaud (4,28%). Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jaringan kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktifitas pembangunan daerah yang lebih terfokus di sekitar Manado.

Grafik 3.7.

Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Milliar)

Grafik 3.8.

Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan (Rp. Milliar) -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*) 2007 2008 B ank Swasta B ank P emerintah -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*) 2007 2008 Swasta P emerintah

48

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 44-49)

Dokumen terkait