• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 86-94)

85BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

85

BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Perekonomian Sulawesi Utara Tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di kisaran 7,0 - 7,2% (y.o.y). Faktor pendorong utama adalah ekspor yang mencatat kinerja yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh investasi bangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat. Untuk Tahun 2009, perekonomian Sulawesi Utara diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang dan jasa sejalan dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif. Sementara itu, sisi permintaan domestik tetap kuat. Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2008 yang didorong oleh berlangsungnya kegiatan Pemilu, inflasi yang menurun, serta kebijakan pemerintah di bidang pajak penghasilan.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dimotori oleh sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Dari sisi harga, inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 9,0 - 11,0% (y.o.y). Tekanan inflasi diprakirakan menurun pada Triwulan IV-2008. Menurunnya tekanan inflasi terkait dengan tingginya pengadaan beras Bulog yang diharapkan dapat membawa inflasi volatile food lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya. Selanjutnya di tahun 2009, inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y.o.y). Menurunnya inflasi antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan moneter serta kebijakan Pemerintah yang diprakirakan akan cenderung melakukan stabilisasi harga terkait pelaksanaan Pemilu.

A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan sekitar 7,0 - 7,2% (y.o.y) pada 2008. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja ekspor karena mencatat pertumbuhan yang signifikan hingga Agustus 2008 yang diprakirakan memberi kontribusi lebih tinggi

86

dibandingkan dengan kontribusi konsumsi swasta dan investasi. Kinerja ekspor hingga triwulan III - 2008, didorong oleh kenaikan harga komoditas non migas. Sementara itu, konsumsi swasta diprakirakan tumbuh tinggi seiring dengan dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta yang tidak sedalam prakiraan semula. Selain hal tersebut, rangkaian proses Pemilu yang telah dimulai pada pertengahan 2008 juga akan memberi

multiplier effect ke konsumsi swasta untuk tumbuh meningkat pada triwulan terakhir 2008.

Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008 didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan ekspor karena perkembangan harga komoditas non migas yang melambat serta menurunnya permintaan berkaitan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia (khususnya negara tujuan ekspor Sulawesi Utara). Dari sisi domestik, konsumsi swasta akan kembali menjadi motor pertumbuhan seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya multiplier effect kegiatan Pemilu. Faktor lainnya yang diprakirakan memberi dampak positif terhadap konsumsi swasta adalah penurunan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif pajak bagi UMKM, Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan peningkatan gaji PNS/TNI/POLRI. Kuatnya konsumsi swasta akan mendorong investasi untuk tetap tumbuh tinggi pada 2009, walaupun sedikit menurun dibanding tahun 2008 karena melambatnya pertumbuhan ekspor.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah swasta tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,8 - 3,0% (y.o.y), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan konsumsi swasta yang lebih tinggi ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang lebih tinggi dari prakiraan memberikan income effect lebih tinggi ke konsumsi swasta. Kedua, tingkat suku bunga yang relatif rendah mendorong peningkatan kredit konsumsi. Ketiga, pengaruh kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula.

87 Tabel 7.1.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi Konsumsi 2.40 2.56 3.95 2.67 3.96 2.59 3.2 - 3.4 Konsumsi Swasta 2.19 2.85 4.37 1.90 4.38 1.85 2.8-3.0 Konsumsi Pemerintah 2.80 2.01 3.20 0.77 3.20 0.74 3.9 - 4.1 PMTB 14.70 19.08 23.35 4.59 23.35 5.28 13.0 - 15.0 Stok 81.72 15.35 88.02 0.55 11.28 0.12 11.0 - 13 Ekspor 19.46 5.76 0.43 0.21 0.43 0.19 45.0 - 47.0 Impor 21.54 5.23 2.14 0.77 2.14 0.74 54.0 - 56.0 PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2 2008 Jenis Penggunaan 2006 2007 2007 2008

*) Perkiraan Bank Indonesia Manado menggunakan Metode Smoothing

Dampak kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta berbeda dibanding saat kenaikan harga BBM Oktober 2005. Masih kuatnya konsumsi swasta antara lain didukung oleh beberapa indikator diantaranya adalah perkembangan kredit. Pada triwulan III-2008, penyaluran kredit konsumsi masih menunjukkan tren yang meningkat. Pada September 2008, kredit konsumsi di Sulawesi Utara tumbuh sebesar 28,4% (y.o.y). Selain itu aktivitas konsumsi swasta khususnya rumah tangga antara lain juga dapat dikonfirmasi melalui hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) Kota Manado yang menunjukan trend peningkatan rasa optimisme terhadap perkembangan perekonomian pada triwulan mendatang. Tercatat pada September 2008, indeks ekspektasi konsumen berada pada level 109 (optimis) atau mengalami peningkatan dibandingkan 5 bulan terakhir yang berada pada level pesimis. Menurut komponen pembentuknya, hal yang masih dinilai pesimis oleh responden adalah menyangkut ketersediaan lapangan pekerjaan dimana sebagian besar responden merasa bahwa jumlah lapangan pekerjaan di triwulan mendatang tidak lebih baik dibandingkan saat ini.

Grafik 7.1.

Indeks Ekspektasi Konsumen Kota Manado

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

40 60 80 100 120 140 160 180 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2005 2006 2007 2008

Ekspektasi Ko nsumen Ekspektasi P enghasilan Ekspektasi Eko no mi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

88

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,9-4,1% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi pemerintah seiring dengan bertambahnya jumlah alokasi dana pusat ke daerah (dana perimbangan) seiring dengan munculnya wilayah administratif baru di Sulawesi Utara.

Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh 13,0 - 15,0% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 maupun proyeksi sebelumnya. Peningkatan kegiatan investasi seiring dengan terus berjalannya pembangunan infrastuktur fisik terkait dengan persiapan penyelenggaraan WOC Tahun 2009 yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta (berupa pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan baru). Pertumbuhan konsumsi swasta yang kuat ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan investasi non bangunan. Dari sisi pembiayaan, sumber pembiayaan investasi selain bersumber dari dana mandiri juga berasal dari pemerintah baik melalui APBN dan APBD, kredit perbankan, lembaga keuangan non bank, eksternal, serta sumber pembiayaan lainnya. Mengacu Dana Alokasi Khusus yang disalurkan oleh pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2008, jumlah dana yang dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasana di Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp673 milliar atau meningkat 15,56% (y.o.y) dibandingkan alokasi tahun sebelumnya. Sementara itu, terus meningkatnya pangsa kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi yang rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi juga cukup memberikan optimisme bahkan kegiatan investasi di waktu mendatang akan lebih baik.

Tabel 7.2.

Dana Alokasi Khusus Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2007 dan 2008

No. Jenis Penggunaan 2007 2008 Share

1 Pendidikan 144.25 202.48 30.06 2 Kesehatan 99.09 107.75 16.00 3 Kependudukan - 11.03 1.64 4 Jalan 93.92 128.97 19.15 5 Irigasi 43.05 65.88 9.78 6 Air Minum & Penyehatan Lingkunga 27.28 32.18 4.78 7 Kelautan dan Perikanan 30.78 30.77 4.57 8 Pertanian 46.94 46.94 6.97 9 Prasarana Pemerintahan 7.67 34.81 5.17 10 Lingkungan Hidup 8.65 8.63 1.28 11 Kehutanan - 4.08 0.61 501.63 673.50 100.00 Total Sumber : DPJPKPD, Depkeu

Dari sisi eksternal, ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh 45,0 - 47,0% (y.o.y) pada 2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja ekspor yang menggembirakan tersebut didorong oleh perkembangan harga komoditas internasional yang tinggi pada

89

paling tidak hingga triwulan III - 2008 dan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor Sulawesi Utara ke negara-negara berkembang, khususnya di Asia. Komoditas ekspor yang tumbuh tinggi diprakirakan berbasis komoditas primer. Sementara itu, impor barang dan jasa pada 2008 diprakirakan tumbuh sekitar 54,0 - 56,0% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 maupun prakiraan terdahulu. Kenaikan impor tersebut sejalan dengan kenaikan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.

Prospek Penawaran Agregat

Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008 diprakirakan tetap didorong oleh tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor PHR. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 6,2-6,4% (y.o.y) pada 2008. Di sektor pertanian, peran subsektor tanaman bahan makanan - khususnya padi – sangat besar. Angka Ramalan II-BPS memprakirakan adanya peningkatan baik dari produksi, luas panen maupun produktivitas. Kebijakan pemerintah daerah berupa program revitalisasi pertanian menjadi pendorong penting pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan. Untuk mendukung kebijakan tersebut Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan kenaikan alokasi pupuk bersubsidi dari 20.077 ton di Tahun 2008 menjadi 24.000 ton di Tahun 2009.

Tabel 7.3.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Q4 Kontribusi Q4*) Kontribusi

Pertanian 4.70 6.80 7.47 1.51 6.35 1.29 6.2 - 6.4 Pertambangan & Penggalian 7.32 8.93 9.30 0.49 10.47 0.56 9.2 - 9.4 Industri Pengolahan 6.86 6.33 8.45 0.61 5.88 0.43 5.3 - 5.5 Listrik, Gas & Air Bersih 5.28 6.31 6.58 0.05 7.47 0.05 6.5 - 6.7 Bangunan 7.82 7.89 8.92 1.40 8.32 1.33 7.7 - 7.9 PHR 6.72 6.92 8.03 1.33 9.00 1.50 9.4 - 9.6 Pengangkutan & Komunikasi 5.56 6.30 6.63 0.87 8.91 1.17 7.2 - 7.4 Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 10.28 6.25 6.69 0.42 7.29 0.46 6.5 - 6.7 Jasa-Jasa 4.31 3.68 3.79 0.56 4.68 0.67 2.8 - 3.0

PDRB 6.18 6.47 7.25 7.25 7.45 7.45 7.0 - 7.2 2008 Lapangan Usaha 2006 2007 2007 2008

90

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Sumber : Dinas Pertanian dan Peternaskan Provinsi Sulut

Selain itu, meningkatnya peran dan perhatian pemerintah di sektor pertanian di Tahun 2008 tercermin pula dari meningkatnya alokasi dana bagi pembangunan dan perbaikan sarana irigasi yang mencapai jumlah Rp102,74 milliar baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Secara rinci, penanganan irigasi melalui APBN terbagi 2 (dua) yaitu pembangunan dengan alokasi dana Rp28,35 milliar untuk 10 daerah irigasi dan rehabilitasi jaringan sebanyak 6 lokasi dengan dana Rp8,51 milliar. Sedangkan penanganan irigasi melalui APBD kabupaten, kota dan provinsi se-Sulawesi Utara mencapai jumlah Rp65,87 milliar. Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y Produksi (Ton) Padi Sawah 441,573 473,940 7.33 484,477 2.22 Padi Ladang 13,329 21,010 57.63 21,630 2.95 Padi (Sawah + Ladang) 454,902 494,950 8.80 506,107 2.25 Jagung 242,714 406,759 67.59 462,565 13.72 Kedelai 4,875 4,562 -6.42 6,222 36.39 Kacang Tanah 7,205 7,553 4.83 8,232 8.99 Kacang Hijau 2,078 2,153 3.61 2,057 -4.46 Ubi Kayu 82,416 74,406 -9.72 81,163 9.08 Ubi Jalar 37,345 35,485 -4.98 40,790 14.95 Jenis Tanaman 2006 2007 Y.o.Y ARAM 2008 Y.o.Y Produktivitas (Ku/Ha) Padi Sawah 49.53 50.14 1.23 50.44 0.60 Padi Ladang 23.98 24.24 1.08 24.49 1.03 Padi (Sawah + Ladang) 48.03 47.97 -0.12 48.26 0.60 Jagung 29.53 35.17 19.10 35.35 0.51 Kedelai 14.68 17.14 16.76 13.91 -18.84 Kacang Tanah 12.38 13.12 5.98 13.14 0.15 Kacang Hijau 13.8 13.34 -3.33 13.31 -0.22 Ubi Kayu 136.86 130.33 -4.77 130.38 0.04 Ubi Jalar 99.45 98.08 -1.38 98.08 0.00 Tabel 7.4. Perkembangan Jumlah Produksi Padi dan Palawija di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 7.5. Tingkat Produktivitas Produksi Padi dan Palawija Tabel 7.6. Rencana Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2009 No. Kabupaten/Kota Alokasi (Ton) 1 Minahasa 4,230 2 Minut 1,829 3 Minsel 4,114 4 Minteng 2,131 5 Bolmong 4,798 6 Bolmut 2,399 7 Sangihe 826 8 Talaud 306 9 Sitaro 344 10 Manado 166 11 Bitung 403 12 Tomohon 1,356 13 Kotamobagu 1,098 24,000 Jumlah 1 Noongan 1286 Langowan 438 2 Lahendong 1059 Ratahan 94

3 Ranoyapo 2059 Tompaso Baru 650

4 Ranombolay 1157 Tombatu 430

5 Talawaan-Meras 1705 Minut 400

6 Buyat 769 Buyat-Ratatotok 190

7 Katulidan Sintakan 650 Passi-Kotamobagu 170

8 Tombolikat Sita 1076 Kotabunan 250

9 Pusian Molong 1171 Dumoga Timur 150

10 Lolak-Pinogaluman-Monanow 2040 Lolak 200

11 Tangaton-Tumubui-Pangai-Yuyag 1476 Lolayan 250

1 Buko Tuntung 1166 Pinogaluman 342

3,564

Lokasi

Luas (Ha) Volume (Ha) No. Total Rehabilitasi Peningkatan Kegiatan Tabel 7.7.

91 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000

Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Kebutuhan M asyarakat

P royek Swasta P royek Pemerintah

Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan meningkat di 2008, mencapai 7,9 - 8,1% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini seiring dengan terus berjalannya aktivitas pembangunan infrastuktur fisik terkait dengan rencana penyelenggaraan WOC baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta. Proses pembangunan 8 hotel berbintang 3-5 di Kota Manado merupakan salah satu contoh kontribusi pihak swasta dalam mendukung kesuksesan pelaksanaan even internasional tersebut. Belum lagi maraknya pembangunan properti residential akhir-akhir ini tentunya semakin menambah tingginya permintaan masyarakat dan pelaku usaha akan komoditi semen. Berdasarkan prognosa yang dibuat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan tingkat kebutuhan semen tertinggi terjadi pada Juni, Juli dan Agustus.

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Namun demikian, perkembangan sektor bangunan ini diperkirakan akan sedikit mengalami hambatan sehubungan dengan meningkatnya harga material bangunan yang menyebabkan margin keuntungan kontraktor kian menipis, bahkan mulai banyak yang merugi. Selain itu, kebijakan Bank Indonesia dengan menaikan BI Rate pada besaran 9,25% pada September 2008 guna meredam tekanan inflasi inflasi diperkirakan akan mendorong bergerak naiknya tingkat suku bunga kredit yang akan membebani pelaku usaha. Kondisi ini dipertegas lagi dengan hasil Survey Ekspektasi Konsumen Kota Manado dimana sebagian responden pesimis bahwa suku bunga kredit pada 3 s.d. 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan (level indeks > 100 berarti suku bunga optimis naik).

Sektor PHR diprakirakan tumbuh sekitar 9,4 - 9,6% (y.o.y) pada tahun 2008. Membaiknya daya beli masyarakat memberikan dorongan positif terhadap kinerja di sektor-sektor penghasil barang. Hal tersebut pada gilirannya berdampak pada peningkatan aktivitas

Grafik 7.2.

Prognosa Kebutuhan Semen Sepanjang Tahun 2008 (dalam ton)

Grafik 7.3.

Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 dan 6 Bulan y.a.d

80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2007 2008 3 bulan yad 6 bulan yad

92

perdagangan besar dan eceran. Kegiatan ini akan semakin meningkat manakala kegiatan terkait Pemilu mulai dilakukan. Meningkatnya aktivitas bisnis masyarakat akan mendorong nilai tambah subsektor hotel dan restoran.Perkembangan sektor PHR ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui indeks ekspektasi penjualan dalam 3 - 6 bulan y.a.d dimana masih memperlihatkan tingkat optimisme (level indeks > 100), bahkan cenderung meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya (khususnya untuk indeks ekspektasi penjulan 3 bulan yang akan datang).

Grafik 7.4.

Ekspektasi Penjualan 3 dan 6 Bulan y.a.d

80 100 120 140 160 180 J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 2007 2008 3 bln yad 6 bln yad

Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisar 7,2 -7,4% (y.o.y) pada 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh relatif tinggi terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Daya beli yang memadai didukung oleh layanan selular yang makin luas dan murah. Meskipun tumbuh tetap tinggi, namun tren pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi berpotensi melambat. Hal tersebut terjadi karena persaingan di industri selular semakin ketat seiring dengan meningkatnya pelaku bisnis di sektor tersebut. Dengan semakin banyak pelaku bisnis di sektor tersebut, margin yang dinikmati setiap pelaku bisnis lambat laun menurun. Sektor industri pengolahan pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3 - 5,5% (y.o.y). Kegiatan dalam rangka persiapan Pemilu diprakirakan akan mendorong aktivitas subsektor industri makanan dan minuman, kertas dan barang cetakan, serta tekstil, barang kulit dan alas kaki. Meningkatnya pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman tersebut dikonfirmasi oleh pertumbuhan impor bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang cenderung meningkat.

Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 6,5-6,7% (y.o.y). Saat ini perbankan menghadapi likuiditas yang ketat. Untuk dapat menarik dana pihak

93 Grafik 7.5.

Ekspektasi Harga Menurut Penjual

Grafik 7.6.

Ekspektasi Harga Menurut Konsumen

ketiga, bank-bank berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya, yang akhirnya memperkecil selisih antara bunga pinjaman dan simpanan. Dengan kondisi likuiditas yang ketat, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga ekspansi perbankan menjadi terbatas.

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 86-94)

Dokumen terkait