• Tidak ada hasil yang ditemukan

305. Sektor Jasa-jasa

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 31-36)

30 5. Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh 3,68% (y.o.y) selama triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 3,51% (y.o.y). Menurut komponen pembentuknya, sub sektor jasa pemerintah tumbuh 1,95% (y.o.y) sedangkan sub sektor jasa swasta tumbuh 7,66% (y.o.y). Perkembangan sub sektor jasa pemerintahan seiring dengan meningkatnya persentase realisasi PAD hingga akhir triwulan laporan yang mencapai 99,47% dari target awal tahun atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 77,27%. Sementara itu, pertumbuhan sub sektor jasa swasta antara lain tercermin dari meningkatnya aktivitas hiburan dan rekreasi seiring dengan berlangsungnya musim liburan sekolah selama triwulan laporan.

6. Sektor Lainnya

Dampak kenaikan harga minyak mentah dunia yang diikuti oleh pergerakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) industri di dalam negeri ternyata tidak terlalu berdampak terhadap perkembangan sektor industri pengolahan. Selama triwulan III – 2008, sektor industri pengolahan tumbuh 7,84% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 6,59% (y.o.y). Pertumbuhan sektor industri pengolahan antara lain didukung oleh berkurangnya beban pelaku usaha seiring dengan terus menurunnya harga BBM Industri. Perkembangan sektor industri pengolah khususnya industri pengolahan non migas tercermin dari meningkatnya volume ekspor Sulawesi Utara hingga akhir triwulan laporan (periode Januari s.d. Agustus 2008) telah mencapai 514,9 ribu ton.

Tabel 1.13.

Jumlah Pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) Industri

(dalam KL) Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Y.o.Y 1 Premium 93 92 73 125 106 120 114 56.16 2 Minyak Tanah 35 35 185 145 69 164 132 -28.65 3 Solar 27,965 11,839 19,200 11,910 12,041 15,042 14,057 -26.79 28,093 11,966 19,458 12,179 12,216 15,326 14,303 -26.49 Jenis Total

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir triwulan laporan, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan dengan laju pertumbuhan pada akhir triwulan laporan sebesar 51,18% (y.o.y) dengan jumlah realisasi sebesar Rp208,43 milliar.

31 Grafik 1.17.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2006 2007 2008 (%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sementar itu, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 6,68% (y.o.y) selama triwulan laporan. Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong berkapasitas 20 MW pada pertengahan Desember 2007. Menurut sub sektor pembentuknya, laju pertumbuhan ini disumbangkan baik oleh sub sektor listrik maupun sub sektor air bersih yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,93% (y.o.y) dan 5,76% (y.o.y). Perkembangan sub sektor listrik, antara lain dapat dikonfirmasi melalui data konsumsi listrik yang selama triwulan II – 2008 mencapai 178 MW (Mega Watt) atau meningkat 8,75% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan data perkembangan pelanggan yang justru mengalami penurunan rata-rata sebesar 20% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.18.

Konsumsi Listrik di Provinsi Sulawesi Utara (dalam Mega Watt)

135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*) 2006 2007 2008

32 Tabel 1.14.

Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Provinsi Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

Sosial, RT dan Publik (dlm ribu) 1,052 1,058 1,160 1,361 1,364 1,366 1,068 1,072 1,078 1,080 Bisnis dan Industri 37,028 36,990 40,691 48,334 48,645 48,917 37,994 38,353 38,642 38,916

2006 2007 2008

Sumber : PT. PLN Kanwil Sulutenggo

Secara umum, pemenuhan kebutuhan listrik oleh masyarakat dan berbagai perusahaan/unit bisnis belumlah mampu seluruhnya dipenuhi oleh PT. PLN Sulutenggo. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya daftar tunggu penyambungan dan penambahan daya aliran listrik yang hingga akhir Desember 2007 masih tercatat sebesar 31,85 MW. Ketidakmampuan PLN untuk memenuhi permintaan masyarakat/unit usaha tersebut disebabkan masih terbatasnya pembangunan infrastruktur kelistrikan baru yang diperkirakan baru akan dipenuhi pada Tahun 2009 y.a.d. Di sisi lain, rata-rata biaya pokok penyedian listrik adalah sebesar Rp1.771/kwh (selama Tahun 2006) atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya yang hanya sebesar 611/kwh. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya investor baru untuk menanamkan modalnya khususnya di sektor kelistrikan. Selain itu, rata-rata beban puncak yang mampu dilayani oleh PLN untuk wilayah Sulawesi Utara sebesar 80-90 MW padahal kebutuhan yang ada melebihi jumlah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di beberapa tempat. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi barang akibat penggunaan mesin-mesin diesel yang relatif ongkos yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,67% (y.o.y) selama triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 0,48%.. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 6,81% (y.o.y) selama triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,69% (y.o.y). Berdasarkan sub sektornya, percepatan pertumbuhan dialami oleh sub sektor bank dan sub sektor sewa bangunan sedangkan sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan sub sektor jasa perusahaan justru mengalami perlambatan pertumbuhan walupun masih tetap positif. Perkembangan sub sektor bank antara lain tercermin dari maraknya

33

pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah, pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.

Tabel 1.15.

Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2007

S E K T O R Sulawesi

Selatan

Sulawesi

Utara Gorontalo Sulampua

Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80 Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62 Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13 Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68 Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50 Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05 Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76 Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84 T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00

Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, kontribusi utama PDRB SULAMPUA berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian (17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing-masing-masing provinsi.

34 Tabel 1.16.

Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2007)

Lapangan Usaha Sulawesi Selatan

Sulawesi

Utara Gorontalo

Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ. Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.

35 BOX 1.

WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC) TAHUN 2009 DAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 31-36)

Dokumen terkait