BAB 2 DAUN
6. Susunan Daun pada Batang
Pada batang atau cabang dewasa daun-daun tersusun secara teratur dengan pola tertentu dan bila dilihat dari atas daun tampak tumbuh pada beberapa jalur vertikal yang disebut ortostik.
Pola duduk daun pada suatu batang atau cabang disebut filotaksis. Tipe filotaksis dapat ditentukan dengan memperhatikan jumlah daun yang terdapat pada buku dan susunan daun sesamanya, dapat dinyatakan dengan bilangan pecahan yang sering disebut sebagai rumus daun dan dalam bentuk diagram daun.
Tipe Filotaksis
a. Pada buku mekekat satu helai daun
1. Monostik (folia monosticha). Seluruh daun melekat pada satu sisi batang, sehingga bila dilihat dari atas daun-daun terletak dalam satu baris atau memiliki satu ortostik, gambar 2.27 a. Tipe filotaksis ini sangat jarang dan sering diikuti dengan pertumbuhan asimetris pada ruas di antara dua daun berturutan, menyebabkan terjadi sedikit perputaran pada batang. Akibat dari pertumbuhan seperti ini susunan daun agak seperti helik dan filotaksisnya disebut spiromonostik (folia spiromonosticha), misalnya filotaksis pada pacing (Costus spesiosus (Koen.) J.E.Smith.).
2. Distik (folia disticha). Bila dilihat dari atas, daun tersusun dala dua baris lurus vertikal sejajar dengan sumbu batang, biasanya antara dua baris berjarak 180°, gambar 2.27 b.
filotaksis seperti ini umum terdapat pada Gramineae. Jika filotaksis distik diiringi dengan sedikit perputaran, maka filotaksis seperti ini disebut spirodistik (spirodisticha).
3. Tristik (folia tristicha). Daun tersusun dalam tiga baris atau memiliki tiga ortostik, dengan sudut antara dua baris adalah 120°, gambar 2.27 c. filotaksis ini terdapat pada Cyperaceae.
Bila terjadi perputaran disebut spirotristik (folia spirotristicha), misalnya pada pandan (Pandanus sp.).
4. Daun spiral atau daun tersebar (folia sparsa). Filotaksis yang memiliki lebih dari tiga ortistik, ada yang memiliki lima ortistik, gambar 2.27 d, misalnya filotaksis tembakau (Nicotiana tabacum L.), delapan ortostik pada kubis (Brassica oleracea L.)
b. Pada satu buku melekat dua helaian daun
Pada filotaksis ini terdapat dua daun pada buku yang letaknya berhadapan, terpisah dengan jarak 180°, gambar 2.27 g. Posisi daun-daun antara satu buku dengan buku lain adalah berhadapan-bersilang (folia opposite atau folia decussate), dengan demikian daun tersusun dalam empat otostik, misalnya filotaksis daun soka (Ixora sp.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 41 c. Pada satu buku melekat tiga helai daun atau lebih
Filotaksis seperti ini disebut berkarang (folia verticillata), gambar 2.27 h, misalnya filotaksis daun alamanda (Alamanda cathartica L.). Suatu karangan semu dapat terjadi jika tanaman memiliki ruas pendek dan setiap buku melekat satu daun, antara ruas-ruas yang pendek diseingi ruas yang panjang, sehingga kelihatan seperti filotaksis berkarang, misalnya filotaksis Lilium martagon.
Rumus dan Diagram Daun
Filotaksis untuk tanaman yang memiliki sehelai daun pada setiap buku (distik, tristik dan spiral) dapat dideskripsikan dalam bentuk pecahan (x/y). y adalah jumlah ortostik (garis vertikal yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain), dan x adalah jumlah putaran spiral yang menghubungkan tempat daun menempel melingkari batang dari sehelai daun pada suatu ortostik ke daun yang terletak tepat di atasnya pada ortostik yang sama. Garis spiral yang menghubungkan daun berturut-turut dari bawah ke atas disebut spiral genetik.
Gambar 2.28, menunjukkan gambar bagan filotaksis 2/5, sebab jumlah putaran spiral yang digambarkan dengan garis titik-titik dua kali melingkari batang dari daun 1 sampai daun 6 yang terletak secara vertikal tepat di atasnya. Bilangan pecahan x/y sering disebut rumus daun (divergensi). Bila diteliti rumus daun pada tanaman berfiloktaksis spiral, maka akan diperoleh
Gambar 2.27
Tipe filotaksis dilihat dari atas. a. monostik, b. distik, c. tristik, d. folia sparsa, e-f. spiral, g.
berhadapan spiral. H. berkarang.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 42 Deretan rumus daun 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, 13/34, dst. Dari deretan rumus daun ini tampak bahwa angka pembilang dan penyebut dari rumus daun ke tiga dan seterusnya, menunjukkan sifat karakteristik, yaitu:
- Pembilang diperoleh dari penjumlahan pembilang dua rumus daun sebelumnya atau selisih antara penyebut dan pembilang rumus daun sebelumnya.
- Penyebut diperoleh dari penjumlaham penyebut dua rumus daun sebelumnya atau jumlah penyebut rumus daun sebelumnya dengan pembilang sendiri.
Misalnya:
- Rumus daun 2/5, angka 2 berasal dari 1 + 1 atau 3 – 1 dan angka 5 berasal dari 2 + 3 atau 3 + 2.
- Rumus daun 5/13, angka 5 berasal dari 2 + 3 atau 8 – 3 dan angka 13 berasal dari 5 + 8 atau 8 + 5.
Deret angka-angka pecahan di atas disebut deret Fibonanci. Pecahan x/y menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, bila diproyrksikan pada bidang datar. Besarnya sudut antara dua daun pada satu tanaman tetap yang besarnya x/y x 360°, dan sudut ini disebut sudut divergensi. Dengan demikian berarti tanaman yang memiliki rumus daun 2/5 memiliki sudut divergensi 144°, 3/8 memiliki sudut dirvegensi 135°, dan seterusnya.
Filotaksis tanaman dapat juga dideskripsikan dalam bentuk diagram daun, gambar 2.28.
buku-buku batang diproyeksikan dalam bentuk lingkaran-lingkaran konsentris dan buku yang paling muda letaknya paling dalam. Untuk membuat diagram daun suatu tanaman dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukanlah rumus daun tanaman yang akan dibuat diagram daunnya, misalnya x/y.
2. Buatlah lingkaran-lingkaran konsentris sebanyak y + 1 (lingkaran-lingkaran ini merupakan buku-buku batang).
3. Buatlah garis-garis atau jari-jari berturut-turut mulai dari lingkaran luar sampai lingkaran paling dalam ke titik pusat lingkaran. Jarak antara satu garis dengan garis berikutnya adalah sebesar x/y x 360°. Jumlah garis yang dibuat sama dengan jumlah ortostiknya.
4. Tulislah angka pada masing-masing garis pada lingkaran, mulai dari lingkaran luar sampai lingkaran paling dalam berturut-turut dengan angka 0, 1, 2, 3, dst.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 43 Gambar 2.28. Diagram daun 2/5
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 44
2.4 Lembar Kerja Mahasiswa
Kegiatan 02.
Pengamatan Morfologi dan Tata Letak Daun pada Batang
Tujuan :
Setelah selesai mengadakan pengamatan dan pengukuran daun di lapangan, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mendeskripsikan morfologi bagian-bagian daun yang ada di lingkungan sekitar, 2. Menunjukkan dan menggambarkan morfologi daun,
3. Membedakan morfologi daun monokotil dan dikotil, 4. Menentukan tiper filotaksis tanaman yang diamati, dan 5. Membuat diagram dan rumus daun tanaman yang diamati
Bahan dan Alat
1. Tanaman yang ada di lingkungan sekitar 2. Meteran atau jangka sorong
3. Vasculum 4. Tally counter 5. Gunting ranting
Prosedur kerja
1. Amatilah morfologi daun dan filotaksis beberapa tanaman yang ada di lingkungan sekitar.
2. Butalah deskripsi tentang :
a. Komposisi daun : apakah termasuk daun tunggal atau daun majemuk. Jika daun majemuk tentukanlah macamnya.
b. Bagian-bagian daun.
Buatlah gambar bagan yang diamati yang dilengkapi dengan keterangan gambarnya
Upih daun : apakah ada atau tidak, uraikan mengenai bentuk, ukuran dan sifat-sifat lain yang ada.
Tngkai daun : apakah ada atau tidak, uraikan mengenai bentuk, ukuran dan sifat-sifat lain yang ada.
Helaian daun : tentukanlah tipe dari circumscrpitio, margo folii, apex folii, basis folii, nervasio, dan keadaan permukaan daun yang diamati.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 45
Uraikan dan gambar bagian-bagian tambahan yang terdapat pada daun yang diamati.
c. Filotaksis
Buatlah diagram daun dan gambar bagan posisi duduknya daun pada batang.
Tentukanlah rumus daun dan tipe filoktasinya.
Pertanyaan
1. Morfologi daun tanaman sangat bervariasi, ada daun yang berlubang-lubang, daun tunggal, daun majemuk, daun lebar dan daun seperti pedang. Jelaskanlah fenomena tersebut dari segi perkembangan daun.
2. Apakah morfologi daun dapat dipengaruhi oleh lingkungan? Jelaskan dengan contoh!
3. Apakah perbedaan antara morfologi daun monokotil dengan dikotil?
4. Bagaimanakah cara menentukan suatu daun tunggal atau daun majemuk?
2.5 Rangkuman
Semua bentuk seperti daun yang terdapat pada tumbuhan disebut filom yang umunya berupa daun lebar, katafil, hipsofil, profil dan kotiledon. Berdasarkan jumlah helaian daun, maka daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal yang lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai daun dan helaian daun. Pada daun majemuk tersusun dari ibu tangkai daun, rakis, tangkai anak daun, dan helaian anak daun. di samping bagian-bagian tersebut ditemukan juga adanya bagian tambahan pada daun seperti daun penumpu, selaput bumbung dan lidah daun.
Daun dewasa berkembang dari bakal daun yang berupa tonjolan kecil pada bagian apeks pucuk batang, sedangkan bagian-bagian daun berkembang dari meristem yang terdapat pada daun seperti meristem apeks, meristem marginal, meristem papan, dan meristem adaksial.
Karakter yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan morfologi daun adalah bentuk helaian daun, ujung helaian daun, pangkal helaian daun, tepi helaian daun, tekstur helaian daun, dan permukaan daun. Di samping itu perlu juga diperhatikan mengenai filotaksisnya.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 46
BAB 3 BATANG
3.1 Rational
Batang merupakan organ vegetative tanaman yang memiliki morfologi yang beraneka ragam, ada yang bulat, seperti daun, umbi, dan bentuk-bentuk lainnya. Tingkah laku tumbuhnya pun berbeda-beda, yaitu ada yang tumbuh tegak, horizontal, dan lain sebagainya.
Percabangan dari tumbuhan akan mempengaruhi arsitektur dari tumbuhan itu sendiri. Dalam mempelajari ilmu tumbuhan (Botani) pemahaman mengenai morfologi batang sangat diperlukan, terutama dalam mempelajari tumbuhan.
3.2 Sasaran Belajar
Setelah proses pembelajaran ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat, 1. Menjelaskan dengan tepat fungsi batang
2. Menguraikan dengan tepat sifat-sifat batang 3. Menguraikan asal perkembangan batang
4. Membedakan pertumbuhan monopodial, simpodial, dan dikotomi,
5. Memberi contoh tumbuh-tumbuhan yang pertumbuhannya ritmis, dan kontinu, 6. Menjelaskan perbedaan pertumbuhan silepsis dan prolepsis
7. Membedakan pertumbuhan batang/cabang secara ortrotop dan pladiotrop,
8. Menguraikan perbedaan batang herba, berkayu, culmus, calamus, dan batang pipih, 9. Menyebutkan dan memberi contoh berbagai bentuk permukaan batang,
10. Menguraikan dan memberi contoh berbagai morfologi kulit pohon,
11. Menentukan model kontruksi pohon dengan menggunakan kunci deteminasi, dan 12. Menjelaskan dan memberi contoh modifikasi batang.
3.2 Uraian Materi
Batang merupakan bagian tumbuhan yang umumnya berada di permukaan tanah yang berfungsi untuk medukung daun, bunga, buah, jalur pengalokasi air dan garam-garam mineral dan bahan organik, dan dapat pula sebagai organ penyimpanan cadangan makanan. Pada umumnya batang memiliki sifat-sifat:
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 47 1. Tersusun atas ruas yang dibatasi oleh buku, pada buku terdapat daun dan umumnya pada
ketiak daun terdapat kuncup yang disebut kuncup aksiler,
2. Selalu bertambah panjang pada ujung, yaitu melalui meristem apikal, 3. Tumbuh menuju cahaya matahari (bersifat fototrop atau heliotrope), 4. Umumnya berbentuk bulat, dan
5. Umumnya tidak berwarna hijau.
1. Perkembangan Batang
Ujung batang yang merupakan titik tumbuh batang disebut meristem apikal yang dikelilingi oleh daun muda membentuk kuncup batang. Batang berkembang dari meristem apikal ini.
Pada Gymnospermae, meristem apikal memiliki beberapa zone sel induk (Gambar 3.1), yaitu,
1. Zone meristem permukaan yang sel-selnya membelah menghasilkan sel-sel epidermis dan meristem apikal lainnya,
2. Meristem rusuk yang terletak di daerah tengah apikal di bawah meristem permukaan yang membelah menghasilkan empulur,
3. Meristem periferi yang membelah menghasilkan korteks, prokambium, dan primordium daun.
Pada angiospermae, perkembangan meristem apikal dikemukakan oleh beberapa teori.
Salah satu diantaranya yang banyak dianut adalah Teori Tunika-Korpus. Menurut teori ini, pada meristem apikal terdapat dua jaringan, yaitu tunika dan korpus (Gambar 3.2).
Tunika terdiri atas lapisan terluar atau lapisan sel yang menyeliputi masa sel di dalamnya yaitu korpus. Bidang pembelahan sel pada tunika bersifat anti klinal dan membesar di daerah permukan. Korpus, bidang pembelahan selnya ke segala arah dan memperbesar volumenya.
Gambar 3.1
Irisan membujur apeks pucuk Gymnospermae
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 48 Gambar 3.2
Irisan membujur apeks pucuk Angiospermae
Tunika terdiri atas satu sampai beberapa lapis sel, tergantung pada jenis dan tahapan perkembangan dari tumbuhan. Korpus sangat kurang homogen dibandingkan dengan tunika.
Pada angiospermae dibedakan dua tipe korpus, yaitu:
1. Tipe angiospermae biasa. Pada korpus ini dapat dibedakan tiga zone utama, (a) zone sel induk sentral, (b) meristem rusuk, dan (c) meristem peiferi.
2. Tipe opuntia, pada tipe ini selain kedua zone di atas dapat dibedakan zone transisional lir-kambium, yang terdapat diantara sel induk sentral meristem rusuk serta meristem periferi.
Dari apa yang telah diketahui dapat diketahui dapat dikemukakan bahwa, epidermis dan turunannya berasal dari lapisan terluar tunika. Meristem periferi berkembang menjadi primordium daun, korteks, prokambium, dan bagian luar empulur.
Pada tumbuhan monokotil, perluasan pertumbuhan batang dihasilkan oleh meristem primer. Pemanjangan sumbu batang disebabkan oleh meristem yang ada pada ruas subapikal yaitu meristem tak terinterupsi, dan meristem interkalar (Gambar 3.3).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 49 Gambar 3.3
Gambar skematik sumbu pucuk dengan meristem interkalar (1,3,4) dan meristem tak terinterupsi (2).
Meristem tak terinterupsi terletak pada bagian diatas ruas sampai ke subapikal batang.
Meristem interkalar merupakan meristem terisolasi dan terputus dari meristem subapikal dan terletak pada pangkal ruas, seperti pada rumput-rumputan. Adanya meristem interkalar ini mengakibatkan terjadinya pemanjangan batang.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 50
Tugas LKM 3.1 Perkembangan Batang
Tujuan
Setelah kegiatan ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat, 1. Menggambarkan penampang membujur meristem apikal dan
2. Menunjukkan jaringan tunai, korpus, serta jaringan-jaringan lainnya seperti, prikambium, meristem perifer, dan primordium daun
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan adalah, mikroskup dengan perlengkapannya. Bahan yang diperlukan adalah, preparat (awetan atau segar) ujung batang Sambucus javanica.
Prosedur Kerja
1. Dengan menggunakan mikroskup, lihatlah preparat irisan membujur ujung batang Sambucus javanica
2. Gambar preparat yang diamati dan tunjukkan jaringan-jaringan tunika, korpus, meristem perifer, prokambium, meristem rusuk, dan primordium daun.
Pertanyaan
Dalam mempelajari perkembangan meristem apikal, dikenal juga teori Histogen Dari Hanstain. Bagaimana dasar pemikiran dari teori ini ? jelaskan!
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 51
2. Pertumbuhan Batang
Seperti apa yang telah dikemukakan di atas, sumbu tubuh berkembang menjadi lebih tinggi akibat aktivitas meristem apikal. Pertumbuhan batang pada tanaman dapat dibedakan menjadi:
a. Pertumbuhan monopodial
Batang yang tumbuh berasal dari satu meristem apikal, kemudian tumbuh baik secara ritmis atau kontinu menghasilkan satu sumbu batang monopodium, dan pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan monopodial (Gambar 3.4). Contohnya pada pinus (Pinus merkusii) dan kelapa (Cocos nucifera).
Gambar 3.4
Gambar sumbu monopodial
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 52 b. Pertumbuhan simpodial
Sumbu batang dihasilkan oleh sederet kuncup. Suatu saat kuncup utama dan meristem apikal tidak berfungsi karena tumbuh bunga terminal atau berdifernsiasi menjadi parenkim.
Dari kuncup aksiler di bawah meristem apikal yang tak berfungsi itu akan tumbuh yang arahnya sejajar dengan sumbu sebelumnya dan tumbuh seperti sumbu yang digantikannya itu, dan demikian seterusnya terjadi berulang-ulang sehingga terbentuk sumbu secara berkesinambungan membentuk suatu sumbu atau simpodium. Pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan simpodial (Gambar 3.5).
Gambar 3.5
Gambar pertumbuhan sumbu simpodial
c. Pertumbuhan dikotomi (percabangan menggarpu)
Dikotomi merupakan percabangan batang terbagi menjadi dua yang utama. Kadang-kadang ampak percabangan seperti dikotomi, namun jika diamati dengan cermat terlihat ujung sumbu utama yang tehenti pertumbuhannya. Percabangan seperti ini disebut dikotomi semu.
Pada Gambar 3.6 memperlihatkan bagan pertumbuhan cabang dikotomi dan dikotomi semu.
Dilihat dari saat aktivitas meristem, pertumbuhan batang/cabang dapat dibedakan menjadi pertumbuhan ritmis dan pertumbuhan kontinu.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 53 a. Pertumbuhan kontinu
Di daerah beriklim seragam, tumbuhan dapat tumbuh terus (kontinu) yang secara konstan membentuk daun dan cabang-cabang aksiler. Meristem tidak mengalami masa istirahat (dorman), melainkan terus tumbuh memperpanjang sumbu batang atau cabang. Contoh pada kelapa (Cocos nucifera)
Gambar 3.6
Gambar diagram percabangan dikotomi dan dikotomi semu. (a) dikotomi sungguhan bukan bayangan cermin, (b) dikotomi sungguhan dengan bayangan cermin, (c) dikotomi semu akibat pertumbuhan simpodial, (d) dikotomi semu akibat cepatnya tumbuh cabang. A: kuncup
aksiler, B: kuncup utama (apikal)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 54 b. Pertumbuhan ritmis
Di daerah yang beriklim tidak seragam, bagi pertumbuhan pemanjangan batang bersifat ritmis. Pemanjangan sumbu batang akan terhenti selama musim kering atau dingin dan pada saat itu meristem apikal terlindung oleh suatu mekanisme pelindung. Misalnya pada manga (Mangifera indica). Pada saat meristem tampak tidak tumbuh, dibentuk sisik atau katafil sebagai penutup atau pelindung meristem apika itu. Pada masa tumbuh berikutnya ruas-ruas di antara sisik itu tumbuh memanjang dan membentuk daun fotosintesis yang dibentuk pada masa tumbuh sebelumnya. Pertumbuhan daun dengan cepat pada masa pertumbuhan prolepsis.
a. Pertumbuhan silepsis
Pertumbuhan silepsis, yaitu cabang dari kuncup aksiler mengalami pertumbuhan secara bersama-sama dengan kuncup terminal (Gambar 3.7). Dari segi morfologi dapat dilihat pada daerah proksimal cabang yang bersangkutan. Profil (daun pertama cabang) terbentuk pada jarak tertentu dari sumbu utamanya. Bagian sumbu cabang yang proksimal terhadap profil disebut hipododium (Gambar 3.7)
Gambar 3.7
Gambar pertumbuhan silepsis b. Pertumbuhan prolepsis
Kuncup aksiler mengalami masa istirahat sebelum menjalani pertumbuhan menjadi cabang. Dari segi morfologi, daun profil tumbuh saat dekat dengan sumbu utamanya dan berfungsi sebagai pelindung saat kuncup aksiler istirahat. Sumbu hipopodium tidak ada (Gambar 3.8).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 55 Arah tumbuh batang dan cabang dapat dibedakan menjadi pertumbuhan ortotrop.
a. Pertumbuhan ortotrop
Sumbu cabang tumbuhnya tegak dengan simetri radial, duduk daun aksiler atau dekusata, percabangan dengan tiga dimensi dengan arah tumbuh diageotropi negative.
Pertumbuhan sumbu ini dapat terjadi secara kontinu atau ritmis dengan asal pertumbuhan prolepsis (Gambar 3.9).
b. Pertumbuhan plagiotrop
Pertumbuhan sumbu cabang lebih kurang horizontal dengan simetri dorsoventral. Posisi daun berjajar atau tersusun dalam satu bidang datar, percabangan dengan dua dimensi, arah tumbuh diageotrapi, umumnya dengan bunga, duduk daun distik atau dekusata, pertumbuhan ritmis dengan asal pertumbuhan silepsis (Gambar 3.9)
Gambar 3.8
Gambar pertumbuhan cabang: a) silepsis, b) prolepsis, c) silepsis, d) nodus silepsis, e) prolepsis. Ab: kuncup tambahan, H. Hipopodium, P: profil, Ps: berkas profil
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 56 Gambar 3.9
Pertumbuhan ortotrop dan plagiotrop. A: ortotrop, B, C: plagiotrop
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 57 Tugas LKM
3.2 Pertumbuhan Batang
Tujuan
Setelah kegiatan ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat,
1. Menggambarkan pertumbuhan monopodial pada batang/cabang tumbuhan, 2. Menggambarkan pertumbuhan simpodial pada batang/cabang tumbuhan, dan 3. Menggambarkan pertumbuhan kontinu dan ritmis pada batang ketapang.
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan, gunting dahan, parang. Bahan yang diperlukan, batang/cabang pohon : ketapang (Terminalia cattapa), anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus), manga (Mangifera indica), apokat (Persia Americana), nangka (Artocarpus integra).
Prosedur Kerja
1. Amatilah cabang tumbuhan ketapang dan anyang-anyang. Bagaimana pertumbuhannya.
Amatipula pertumbuhan batang/cabang nangka dan manga. Bagaimana perbedaan pertumbuhan kedua kelompok tumbuhan tersebut?
2. Perhatikan ranting dari tumbuhan apokat. Bagaimana jarak profil dari sumbu cabang, gambarkanlah! Carilah di halaman kampus posisi profil yang berbeda dengan yang ada pada tumbuhan apokat dan gambarkan!
Pertanyaan
1. Apa sebabnya daun manga dalam satu ranting menunjukkan warna yang berbeda?
2. Bagaimana keadaan ujung cabang/ranting tumbuhan manga pada saat tidak tumbuh?
3. Bagaimana perbedaan pertumbuhan simpodial dengan monopodial?
4. Dari hasil pengamatanmu, bagaimana perbedaan morfologi antara cabang yang pertumbuhannya secara silepsis dan prolepsis?
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 58
3. Bentuk, Sifat, dan Permukaan Batang
Bentuk batang (hubungannya dengan bentuk hidup) yang terlihat pada tumbuhan ada yang berupa pohon, semak, perdu, herba dan berntuk lain yang berbeda tetapi tetap berfungsi sebagai batang. Berdasarkan panjang pendeknya, batang dapat dibedakan atas batang yang amat pendek dan batang yang panjang.
a. Tumbuhan berbatang pendek
Pada tumbuhan yang memiliki batang yang amat pendek, sering disebut tumbuhan tak berbatang (planta acaulis). Semua daun-daunnya seakan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun sangat rapat antara yang satu dengan yang lainnya dan merupakan suatu roset, misalnya pada sawi dan tapak liman. Tumbuhan ini akan memperlihatkan batangnya dengan jelas pada waktu berbunga (Gambar 3.10).
Gambar 3.10
Tumbuhan berbatang sangat pendek pada tapak liman (elephantopus scaber)
b. Tumbuhan berbatang panjang atau berbatang jelas
Tumbuhan ini selain memiliki batang yang jelas di atas tanah yang bercabang-cabang, terdapat pula batang di bawah tanah, seperti umbi batang, rizoma, umbi lapis dan yang lainnya.
Tumbuhan jelas ini dapat dibedakan:
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 59 1. Batang basah (herba), merupakan batang yang lunak dan berair, misalnya pada bayam
(Amaranthus sp.) krokot (Portulaca oleracea).
2. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang kuat dan keras karena batangnya terdiri atas kayu. Batang ini ada yang berupa (a) pohon (arbor), baik tumbuhan bercabang dengan cabang jauh dari permukaan tanah ataupun tumbuhan tak bercabang, (b) semak atau perdu, yaitu tumbuhan dengan percabangan dekat dari permukaan tanah.
3. Batang padi (calamus), biasanya batang basah yang memiliki buku dan ruas yang jelas dengan cabang sedikit atau tidak ada. Kebanyakan pada suku Graminiae, contohnya pada padi (Oriza sp.)
4. Batang mending (culmus), batang ini memiliki ruas pendek dan terdapat satu ruas yang amat panjang, misalnya pada mendong (Fimbristylis globusa), teki (suku Ciperaceae)
Berdasarkan atas bentuk penampang melintangnya, batang dapat dibedakan menjadi,
1. Bulat (teres, cylindris) seperti pada bamboo (Bambusa sp.) lemtoro (Leucaena glauca).
2. Bersegi (angularis), ada yang bersegi tiga (triangularis) seperti pada suku Cyperaceae, segi empat (quadrangularis) seperti pada markisah (Passiflora quadrangularis), iler (Coleus sp.)
3. Pipih, batang melebar menyerupai daun sekaligus mengambil alih tugas daun, seperti pada kaktus (Opuntia vulgaris), jakang (Muehlenbeckia platiclada).
Permukaan batang memperlihatkan sifat antara lain:
1. Licin (laevis), misalnya pada jagung (Zea mays)
2. Berusuk (costatus), jika pada permukaannya terdapat rigi-rigi yang membujur, contohnya pada iler (coleus sp.)
3. Bersayap (alatus), batang dengan struktur seperti pita yang tipis seperti daun, contohnya pada ubi (Dioscorea alata) dan markisah (Passifora quadrangularis)
4. Beralur (sulcatus), pada membujur batang terdapat alur-alur yang jelas
Tugas LKM
3.3 Bentuk-bentuk batang
Tujuan
Setelah kegiatan ini selesai, mahasiswa dapat,
1. Membedakan antara batang herba, berkayu, culmus dan calamus 2. Menggambarkan berbagai bentuk penampang melintang batang
3. Membedakan berbagai permukaan batang yaitu: licin, berusuk, bersayap, dan beralur.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 60 Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan adalah gunting dahan, pisau cutter. Bahan yang diperlukan tumbuhan : bayam, tomat, kembang kertas, flamboyant, padi, teki, jagung, iler, merkisah, kaktus, wijaya kusuma.
Prosedur
1. Amati semua spesimen di atas, bandingkan bentuk batangnya (dilihat dari bentuk hidup dan
1. Amati semua spesimen di atas, bandingkan bentuk batangnya (dilihat dari bentuk hidup dan