PROGAM DUE – LIKE
BUKU AJAR
MORFOLOGI TUMBUHAN
Oleh Putu Budi adnyana Ida Bagus Putu Arnyana
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NEGERI SINGARAJA
2001
i
LEMBAR PERSETUJUAN
BUKU AJAR INI TELAH DITELAAH OLEH TIM AHLI DAN DISETUJUI SERTA LAYAK DIGUNAKAN
DI PERGURUAN TINGGI
Singaraja, Desember 2001
PENELAAH I PENELAAH II
Prof. Drs. Ketut Sarna Dr Nyoman Wijana, M.Si
NIP : 130240998 NIP : 131411631
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerahNya Buku Ajar Morfologi Tumbuhan ini dapat disusun dan diselesaikan sesuai rencana.
Buku Ajar ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep dasar yang harus diketahui dan dipahami dalam perkuliahan Morfologi Tumbuhan. Materi yang disajikan dalam buku Ajar ini disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi yang kelak dikemudian hari menjadi guru di Sekolah Lanjutan.
Dalam kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu penulisan Buku Ajar ini, khususnya kepada yang terhormat Bapak Prof Drs.
Ketut Sarna dan Bapak Drs. Nyoman Wijaya, M. Si atas kesediaannya menelaah kelayakan materi dalam Buku Ajar ini, dan kepada Ketua Program DUE-Like Jurusan Pendidikan Biologi yang telah mendanai penyusunan buku ini.
Besar harapan kami semoga Buku Ajar ini bermanfaat, tanggapan dan syaran dari semua pihak sangat kami harapkan guna perbaikan buku ajar ini.
Terima kasih
Singaraja, Desember 2001
iii
Daftar Isi
BAB 1 BENTUK DASAR DAN BENTUK HIDUP TUMBUHAN BERBUNGA
1. Bentuk Dasar ... 1
2. Bentuk Hidup ... 2
BAB 2 DAUN
1. Filom ... 82. Bagian-bagian Daun ... 8
3. Perkembangan Daun ... 18
4. Morfologi Helaian Daun ... 19
5. Daun Majemuk (folium compositum) ... 35
6. Susunan Daun pada Batang ... 40
BAB 3 BATANG
1. Perkembangan Batang ... 472. Pertumbuhan Batang ... 51
3. Bentuk, Sifat, dan Permukaan Batang ... 58
4. Morfologi Kulit Pohon ... 61
5. Kontruksi Percabangan ... 70
6. Modifikasi Batang... 91
BAB 4 AKAR
1. Bagian-bagian akar secara umum ... 952. Perkembangan Akar ... 96
3. Tipe Akar ... 97
4. Sistem Akar ... 98
5. Modifikasi Akar ... 98
BAB 5 BUNGA
1. Perbungaan (Inflorescenia ... 1072. Bagian-bagian Bunga ... 117
3. Diagram Bunga ... 140
4. Penyerbukan ... 144
BAB 6 BUAH
1. Pembentukan dan Struktur Buah ... 1472. Tipe-tipe Buah ... 148
BAB 7 BIJI
1. Bagian-bagian biji ... 1592. Kecambah (plantula) ... 163
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 1
BAB I
BENTUK DASAR DAN
BENTUK HIDUP TUMNUHAM BERBUNGA
1.1 Rasional
Bentuk tumbuhan berbunga sangat beraneka ragaman. Untuk memudahkan dalam mempelajari bentuk tumbuhan, maka perlu memahami tentang bentuk dasar dan bentuk hidup tumbuhan berbunga. Dengan mempelajari bentuk dasar tumbuhan dapat diketahui kerangka dasar tumbuhan yang terdiri dari sistem akar dan sistem pucuk. Di samping itu dapat membedakan dengan benar organ-organ yang termasuk organ vegetatif dan organ reproduktif.
Pemahaman tentang bentuk hidup tumbuhan sangat bermanfaat dalam membuat deskripsi dan identifikasi suatu tumbuhan.
1.2 Sasaran Belajar
Setelah melakukan pembelajaran pada bab ini, mahasiswa diharapkan:
1. Dapat membedakan organ-organ pembentuk sistem akar dengan sistem pucuk, 2. Dapat membedakan bentuk dasar tumbuhan dikotil dengan monokotil,
3. Dapat membuat gambar bagan bagian-bagian tubuh tumbuhan berbunga secara umum, 4. Dapat menjelaskan dan memberi contoh bentuk hidup tumbuhan berdasarkan macam
batangnya,
5. Dapat menjelaskan dan memberi contoh bentuk hidup tumbuhan menurut klasifiasi Raunkier.
1.3 Uraian Materi kuliah
1. Bentuk Dasar
Tumbuhan berbunga pada dasarnya terdiri dari dua sistem, yaitu sistem akar yang pada umumnya ada di bawah tanah dan sistem pucuk di atas tanah. Sistem akar dan sistem pucuk tersusun bersinambungan (Gambar 1.1).
Sistem akar tersusun dari akar utama yang tumbuh ke bawah dan pada bagian agak jauh pada bagian belakang ujung akar tumbuh akar lateral. Akar ini tumbuh secara akropetal, yaitu ujung yang termuda tumbuh di dekat ujung dan yang lebih tua pada bagian belakang. Sistem pucuk terdiri dari sumbu batang yang menyangga daun, ranting, bunga, dan buah. Istilah pucuk juga digunakan sebagai istilah kolektif bagi batang dan perdaunan. Daun-daun lebih tua
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 2 terdapat pada bagian pangkal batang atau cabang, sedangkan daun-daun yang muda letaknya di ujung batang atau cabang. Tempat daun melekat pada batang atau cabang disebut nodus atau buku dan bagian batang atau cabang antar dua kuncup aksiler, yaitu sumbu batang amat pendek yang dikelilingi oleh bakal-bakal daun yang terdapat pada ketiak daun. Kuncup yang serupa juga dijumpai pada ujung batang atau cabang, kuncup ini disebut kuncup terminal. Bagian tumbuhan seperti akar, batang, dan daun dikelempokkan menjadi organ vegetatif, sedangkan bunga, buah dan biji dikelompokkan organ reproduktif.
2. Bentuk Hidup
Bentuk hidup tumbuhan merupakan salah satu ciri yang dapat digunakan untuk klasifikasi.
Berdasarkan macam batang (klasifikasi klasik), maka dikenal bentuk hidup tumbuhan sebagai berikut.
a. Herba (tumbuhan basah, terna, “herbs”)
Tumbuhan dengan batang yang lunak tidak berkayu atau hanya sedikit sekali mengandung jaringan kayu. Cyperus rotundus (teki), Impatiens balsamina (paca bayu)
b. Perdu (“shrub”)
Tumbuhan berkayu, tidak pernah tinggi, tidak memiliki sumbu batang utama, tetapi mempunyai beberapa batang yang kurang lebih sama besar yang berasal dari percabangan dekat ke tanah. Contoh : Caesalpinea pulcherrima (kembang merak), Cordyline fructicosa (Andong) c. Semak (sufruktikosa, “undershrub”)
Perdu kecil, berkayu dan bercabang, tetapi cabang-cabang mati pada akhir musim, biasanya setelah berbunga. Juga dikatakan pada perdu kecil yang mempunyaipercabangan yang padat.
Contoh : Jasminum sambac (melati), Lantana camaara (saliara, kerasi).
d. Pohon kecil (“Treelet”)
Tumbuhan berkayu yang tidak tinggi, mempunyai satu batang utama. Contoh : Leucaenaleucocephala (petani cina), Muntingia calabura (kersen)
e. Pohon
Tumbuhan berkayu dengan satu batang utama. Di daerah tropis mempunyai percabangan pertama sekitar 10 m diatas permukaan tanah, diameter batang setinggi dada minimal 40 cm.
Contoh : Tectona grandis (jati), Tamarindus indica (asem).
Prof C. Raunkier (1860 – 1938), seorang botaniawan dari Denmark, membuat sistem klasifikasi bentuk hidup berdasarkan jarak antara permukaan tanah dan posisi tertinggi kuncup- kuncup yang membawa tumbuhan melalui musim yang tidak menguntungkan. Klasifikasi yang
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 3 dibuat bermanfaat untuk mempertelakan dan membandingkan struktur berbagai komunitas.
Kalsifikasi bentuk hidup menurut Raunkier adalah sebagai berikut.
a. Fancrofit (tumbuhan tinggi dalam udara).
Kelompok ini terdiri atas pohon dan perdu yang mempunyai kuncup-kuncup tertinggi yang tumbuh dari tahun ke tahun pada pucuk-pucuk yang mencuat ke udara. Berdasarkan ukurannya (Gambar 1.2), dibedakan menjadi :
Megafanerofit – tingginya lebih dari 30 m
Mesofanerofit – tingginya 7,5 – 30 m
Mikrofanerofit – tingginya 2 – 7,5 m
Nanofanerofit – tingginya 0,25 – 2 m
Sering juga dimasukan dalam kelompok ini adalah fanerofit memanjat (scandentia atau liana), yaitu tumbuhan berbatang berkayu yang memanjat
Gambar 1.1
Bentuk hidup Fanerofit (Lovelles, 1983) b. Kamefit (tumbuhan permukaan tanah)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 4 Tumbuhan ini mempunyai kuncup-kuncup parenial dekat permukaan tanah (0-0,25 m) dan tidak terlalu terbuka seperti fanerofit. Jika pucuk-pucuk tumbuh lebih dari kira-kira 0,3 m selama musim tumbuh, kemudian akan mati pada akhir musim tersebut dan pada tahun berikutnya diganti dengan pucuk-pucuk baru timbul dari bagian bawah batang- batang tua. Kelompok ini meliputi perdu-perdu kecil dan berbagai tumbuhan batangnya menjalar di atas tanah atau membentuk rumpun yang rapat. Misalnya Tridax procumbent (gletang).
c. Hemikriptofit (tumbuhan setengah di bawah tanah)
Tumbuhan ini mempunyai kuncup-kuncup parenial pada permukaan tanah dan terlindung oleh tanah di sekelilingnya serta oleh sistem pucuk dari musim sebelumnya. Tumbuhan kelompok ini sering mempunyai akar besar yang membengkak dan pada permukaan tanah ditutupi oleh batang yang memadat dan dari sini daun-daun serta kuncup-kuncup cabang tumbuh setiap tahun. Misalnya Elephantopus scaber (tapak liman)
d. Kriptofit (tumbuhan tersembunyi)
Tumbuhan ini mempunyai kuncup-kuncup perennial yang tertanam dalam tanah, dalam air atau dalam lumpur. Kelompok tumbuh ini dapat dibagi menjadi:
Geofita (tumbuhan tanah)
Tumbuhan yang memiliki kuncup parenial yang tertanam di dalam tanah, misalnya tumbuhan yang mempunyai umbi lapis, umbi, rimpang dan sebagainya.
Helofit (tumbuhan tumbuhan rawa)
Tumbuhan rawa musiman dengan kuncup-kuncup parenial terdpat dalam lumpur yang terendam air.
Hidrofit (tumbuhan air)
Tumbuhan air dengan kuncup-kuncup parenial terdapat dibawah permukaan air.
e. Terofit (tumbuhan anual)
Tumbuhan yang menyelesaikan daur hidupnya, yaitu dari perkecambahan sampai terbentuknya biji yang masak, dalam waktu masa pertumbuhan vegetatif yang terbatas, dan mempertahankan diri selama waktu tidak menguntungkan dalam bentuk biji. Misalnya Zea mays L. (Jagung), Nicotiana tabacum L. (Tembakau)
Selain bentuk hidup seperti di atas dikenal juga tumbuhan sukulen dan epifit. Kedua kelompok tumbuhan ini berkaitan dengan habitatnya. Sukulen, tumbuhan yang tumbuh pada habitat kering, mempunyai batang dan daun tebal berdaging, dan kadang-kadang sama sekali tidak berdaun. Misalnya Opuntia elatior (kaktus). Epifit adalah herba atau tumbuhan berkayu yang
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 5 tumbuh menempel pada batang atau cabang tumbuhan lain. Misalnya Phalaenopsis amabilis (anggrek bulan).
Gambar 1.2
Bentuk hidup kamefit, hemikriptofit, kriptofit dan trofit (Loveless, 1983)
1.4 Lembaran Kerja Mahasiswa
Kegiatan 01.
Pengamatan Bentuk Dasar dan Brentuk Hidup Tumbuhan Berbunga
Tujuan:
Setelah selesai melakukan kegiatan observasi di lapangan, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mendeskripsikan perbedaan organ-organ penyusun sistem pucuk dengan sistem akar, 2. Menunjukkan dan menggambarkan bagian-bagian utama penyusun tubuh tumbuhan
berbunga,
3. Mendeskripsikan perbedaan kerangka tumbuhan antara dikotil dan monokotil, dan 4. Mendeskripsikan bentuk hidup beberapa tumbuhan yang ada di kebun.
Bahan dan Alat
1. Tanaman Jagung (Zea mays), Padi (Oryza sativa), Bayam (Amaranthus sp.), dan Tomat (Solanum lycopersicum)
2. Tumbuhan berbunga yang ada di kebun.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 6 3. Meteran
4. Cetok 5. Ember 6. Vasiculum
Prosedur Kerja
1. Amatilah dengan teliti bagian-bagian tanaman jagung, padi, bayam dan tomat. Kemudian gambar dan beri keterangan secukupnya.
2. Amatilah 20 tumbuhan berbunga yang ada di kebun dan tentukanlah bentuk hidupnya berdasarkan keadaan batang dan klasifikasi Raunkier. Tulislah data anda dalam bentuk table seperti di bawah ini.
No Spesies Bentuk Hidup Keterangan
Klarifikasi Tradisional
Klarifikasi Raunkier
Pertanyaan
1. Buatlah perbedaan utama bentuk dasar tumbuhan dikotil dengan monokotil ! 2. Apakah manfaat mempelajari bentuk hidup suatu tumbuhan ?
3. Apakah perbedaan klasifikasi bentuk hidup tradisional dengan Raunkier ? Jelaskan dengan contoh !
1.5 Rangkuman
Struktur tumbuhan berbunga sangat bervariasi. Secara umum tumbuhan berbunga terdiri dari sistem pucuk dan sistem akar. Sistem pucuk terdiri dari sumbu batang yang mendukung daun, ranting, bunga dan buah, sedangkan sistem akar terdiri dari akar utama (akar primer) dan akar lateral.
Bentuk hidup tumbuhan berbunga juga sangat bervariasi. Berdasarkan keadaan batang dapat dibedakan menjadi herba, perdu, semak, pohon kecil, dan pohon.
Raunkier menggolongkan menjadi fanerofit, kamefit, hemikriptofit, kriptofit, dan terofit.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 7
BAB 2 DAUN
2.1 Rasional
Daun merupakan organ vegetatif yang melekat pada nodus batang yang pada umumnya lebar, pipih, dah berfungsi dalam fotosintesis. Secara morfologi daun merupakan organ tumbuhan paling bervariasi. Karakter yang terdapat pada daun seperti komposisi daun, morfologi bagian-bagian daun, dan filotaksis (tata letak daun pada batang) perlu dipelajari untuk memudahkan dalam mendeskripsikan suatu tumbuhan dan pengetahuan ini sangat diperlukan dalam klasifikasi tumbuhan. Di samping itu perlu juga dipelajari mengenai perkembangan suatu daun sehingga dapat mengetahui bagian-bagian yang berkembang pada daun dewasa yang menyebabkan terjadinya variasi morfologi daun.
2.2 Sasaran Belajar
Setelah mempelajari pokok bahasan ini melalui diskusi-informasi dan observasi diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan minimal tiga organ berbentuk seperti daun (filom), 2. Membedakan bagian-bagian daun tunggal dan daun majemuk,
3. Memberi contoh minimal tiga macam daun yang tidak memiliki tangkai daun, 4. Menjelaskan dengan contoh bagian-bagian tambahan pada daun,
5. Menjelaskan variasi susunan tulang daun,
6. Menjelaskan perbedaan perkembangan daun tunggal dan majemuk,
7. Menjelaskan dengan disertai gambar bagan dan contoh morfologi helaian daun (sircumscriptio, apex, margo, dan basis),
8. Menjelaskan dengan contoh macam-macam daun majemuk, 9. Menjelaskan macam-macam varnasi
10. Menjelaskan dengan contoh modifikasi daun, dan
11. Mendeskripsikan susunan daun pada batang dalam bentuk uraian filotaksis, rumus daun, dan diagram daun.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 8
2.3 Uraian Materi Kuliah
1. Filom
Semua bentuk seperti daun yang terdapat pada tumbuhan disebut filom. Beberapa filom yang umum terdapat pada tumbuhan adalah daun lebar, katafil, hipsofil, profil, dan kotiledon.
a. Daun lebar (folium), daun yang memiliki fungsi utama untuk melakukan fotosintesis (Gambar 2.1a).
b. Katafil (catapphyllum), daun berbentuk sisik yang terdapat pada kuncup dan batang dalam tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau penyimpanan cadangan makanan (Gambar 2.1b).
c. Profil (prophyll), daun pertama pada ranting (Gambar 2.1c). Pada monokotil terdapat satu helai dan pada dikotil terdapat dua helai.
d. Hipsofil (hypsophyllum), daun pelindung yang melekat pada bagian dasar perbungaan.
Daun pelindung seperti brakte (bractea) merupakan hipsofil (Gambar 2.1d).
e. Kotiledon (cotyledonae), daun pertama pada tumbuhan, dapat dilihat pada biji dan kecambah (Gambar 2.1e).
2. Bagian-bagian Daun
Berdasarkan jumlah helaian daun (lamina), maka daun (folium) dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) daun tunggal dan b) daun majemuk. Bila daun memiliki hanya satu helaian daun, tanpa adanya sendi daun (pulvinus) pada bagian pangkal tangkai daun disebut daun tunggal (folium simplex) dan bila daun terdiri dari dua atau lebih helaian daun (anak daun) dan memiliki pulvinus pada pangkal tangkai daun atau pada tangkai anak daun disebut daun majemuk (folium compositum).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 9 Gambar 2.1 Filom
a.Daun lebar (folium) pada Colocasia esculentum Schott., b. Katafil pada Costus spiralis, c.
Profil pada Philodendron pedatum, d. Hipsofil pada Aster spectabilis, e. Kotiledon pada Dolicos lablab L.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 10
Bagian-bagian daun tunggal
Bagian-bagian daun tunggal tidak sama dengan daun majemuk. Daun tunggal yang lengkap terdiri dari tiga bagian (Gambar 2.2a), yaitu pelepah atau upih (vagina), tangkai daun (petioles), dan helaian daun (lamina).
a. Pelepah atau upih (vagina), merupakan bagian daun yang biasanya memeluk batang, seperti pada daun pisang(Musa sp.) dan padi (Oryza sativa L.).
b. Tangkai daun (petiolus), umumnya berbentuk silindris dan bagian adaksial sering beralur.
Tangkai daun berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi tertentu sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak mungkin.
Ukuran dan bentuk tangkai daun bervariasi, ada yang panjang seperti pada daun kaliki atau jarak kepyar (Richinus communis L.) daun yang pendek seperti pada pacar air (Impatients sp.). berdasarkan penampang melintang tangkai daun, maka bentuk tangkai daun ada yang bulat berongga (misalnya pada Carica papaya L.), bulat (misalnya pada Begonia sp.), setengah lingkaran dan beralur (misalnya pada Musa paradisiaca L.), melebar (seperti filodium Acacia auriculiformis), dan bersegi (misalnya pada Pasiflora sp.).
Tidak semua daun memiliki tangkai daun, misalnya pada :
1. Daun duduk (sessilis), daun yang tidak memiliki tangkai daun dan pangkal helaian daun langsung melekat pada nodus batang (Gambar 2.3a). Misalnya pada gewor (Commelina nudiflora L.) dan biduri (Calotropis gigantea R.Br.).
2. Daun memeluk batang (amplexicaulis), pangkal helaian daun lebar dan memeluk atau melingkari batang (Gambar 2.3b). Misalnya pada tempuyung (Sonchus oleraceus L.).
3. Daun saling memeluk (equitans), daun yang lebih bawah menutupi (menyelubungi) bagian dasar dari daun berikutnya atau daun di atasnya (Gambar 2.3c), seperti terdapat pada wordi (Belamcanda chinesis (L.)DC.).
c. Helaian Daun (lamina), merupakan bagian daun yang pipih, melebar, dan umumnya berwarna hijau.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 11 Gambar 2.2 Bagian-bagian daun
a.Daun tunggal, b.Daun majemuk
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 12
Bagian-bagian daun majemuk.
Daun majemuk memiliki bagian-bagian sebagai berikut (Gambar 2.2b).
a. Ibu tangkai daun (petiolus communis), tangkai daun sampai anak daun atau cabang tangkai daun terbawah.
b. Rakis (rachis), bagian ibu tangkai daun di atas dari anak daun atau cabang ibu tangkai daun terbawah. Pada daun mejemuk berganda, bisa memiliki rakis sekunder bahan rakis tertier.
c. Tangkai anak daun (petiololus), pendukung anak daun, yaitu melekatkan anak daun pada rakis.
d. Helaian anak daun (foliolum), bagian yang paling lebar dan biasanya berwarna hijau pada daun majemuk.
Gambar 2.3 Beberapa daun tidak bertangkai a.Sessilis, b. Amplexicaulis, c. Equitans
Bagian tambahan pada daun.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 13 Selain bagian-bagian daun diatas, pada daun sering dijumpai organ pelengkap seperti : a. Daun penumpu (stipulae), merupakan satu atau dua helai daun kecil pada bagian pangkal daun. Fungsi umum daun penumpu ini adalah untuk melindungi kuncup daun yang masih muda. Berdasarkan letaknya, maka daun penumpu dapat dibedakan menjadi :
1. Stipulae liberae, daun penumpu yang bebas terdapat dikanan-kiri pangkal tangkai daun (Gambar 2.4a), misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
2. Stipulae adnatae, daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal daun (Gambar 2.4b), misalnya pada mawar (Rosa sp.)
3. Stipulae axillaris atau stipulae intrapetolar, daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan terdapat pada bagian tengah-tengah ketiak daun (Gambar 2.4c), misalnya pada Melianthus major.
4. Stipulae petiole opposite atau stipulae antidroma, daun penumpu mengelilingi batang yang posisinya berhadapan dengan tangkai daun (Gambar 2.4d), misalnya pada Platanus.
5. Stipulae interpetiolaris, daun penumpu yang melekat di antara dua tangkai daun pada buku yang sama (Gambar 2.4e), misalnya pada kaca piring (Gardenea augusta Merr.).
b. Selaput bumbung (ochrea atau ocrea), adalah selaput tipis mirip bumbung yang menyelubungi pangkal ruas batang (Gambar 2.5a), seperti pada Polygonum sp.
c. Lidah daun (ligula), berupa selaput tipis atau bulu-bulu yang biasanya terdapat pada perbatasan antara helaian daun dengan pelepah daun (Gambar 2.5b). Fungsi ligula ini adalah untuk mencegah masuknya air ke dalam pelepah daun, sehingga pembusukan pada pelepah dapat dihindari. Misalnya terdapat pada daun jagung (Zea mays L.) dan tebu (Saccharum officnarum L.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 14 Gambar 2.4 Beberapa maccam tpe stipula berdasarkan letak stipula
a.Stipula liberae, b. Stipula adnatae, c. stipula intrapetiolar, d. stipula antidroma, e. stipula iterpeitolar.
Susunan Tulang Daun (Nervatio atau Nervatio)
Tulang daun (gambar 2.6) dapat dibedakan menjadi :
1. Ibu tulang daun (tulang daun utama) atau tulang daun tengah (costa), adalah tulang daun yang merupakan terusan dari tangkai daun yang biasanya agak menonjol, terdapat ditengah helaian daun. Daun yang memiliki ibu tulang daun tepat membagi helaian daun menjadi dua disebut daun simetris, misalnya daun sri rejeki (Aglaonema sp.) dan bila tidak membagi helaian daun menjadi dua bagian yang sama disebut daun asimetris, misalnya daun begonia (Begonea sp.)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 15 2. Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), adalah seluruh cabang dari ibu tulang daun.
Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang daun disebut cabang tingkat 1, tulang cabang dari tulang tingkat 1 disebut tulang cabang tingkat 2, dan seterusnya.
3. Urat daun (vena), adalah tulang daun yang amat kecil. Urat daun ini dapat membentuk jalinan urat daun terbuka dan membentuk jalinan urat daun tertutup.
Gambar 2.5 Ochrea dan Ligula
a. Ochrea pada Polygonumsp., b1. Ligula berbentuk membrane pada Poaannua, b2.
Ligula berbentuk bulu pada Phragmites communis.
Berdasarkan arah tulang-tulang cabang, maka susunan tulang daun dapat dibedakan menjadi :
1. Tulang daun menyirip (penninervis), bila tulang-tulang cabang keluar dari ibu tulang daun ke arah samping sehingga kelihatan seperti sirip ekor ikan (Gambar 2.7a), misalnya susunan tulang daun manga (Mangifera indica L.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 16 2. Tulang daun menjari (palminervis), bila beberapa tulang-tulang daun keluar dari ujung
diskal tangkai daun sehingga kelihatan seperti jari-jari pada tangan (Gambar 2.7b), misalnya susunan tulang daun pepaya (Carica papaya L.)
3. Tulang daun sejajar atau pararel (rectinervis), bila tulang-tulang daun keluar dari pangkal ibu tulang daun kemudian membentang hamper sejajar dan akhirnya bertemu lagi di ujung daun (Gambar 2.7c), misalnya daun bambu (Bambusa sp.)
4. Tulang daun melengkung (cervinervis), seperti tulang daun sejajar tetapi arah tulang-tulang daun melengkung (Gambar 2.7d), misalnya susunan tulang daun gadung (Dioscorea hispida Dennst.)
Gambar 2.6 Susunan tulang daun
a.Jenis-jenis tulang daun, b. Daun simetris, c. Daun asimetris
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 17 Gambar 2.7 Macam-macam susunan daun
a.Penninervis, b. Palminervis, c. Rectrinervis, d. Cervinervis.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 18
3. Perkembangan Daun
Daun dewasa berkembang dari bakal daun (primordium daun) yang berupa tonjolan kecil pada bagian apeks pucuk batang (Gambar 2.8). Sel-sel meristem apeks pucuk membelah dan membesar sehingga tumbuh bertambah tinggi. Setelah mencapai ketinggian tertentu akan dibentuk bakal daun yang berikutnya. Proses ini berulang terus. Urutan pembentukan dan posisi bakal daun akan memberikan filotaksis yang khas pada tumbuhan. Bagian pangkal bakal daun tumbuhan dikotil terbatas posisinya pada sebagian besar apeks batang. Dengan demikian, bakal daun tumbuhan dikotil mirip pasak dan pada tumbuhan monokotil mirip kerah yang mengelilingi bahkan sampai menutupi meristem apeks. Bakal daun akan tumbuh karena aktivitas meristem yang terdapat pada bakal daun itu sendiri.
Mula-mula meristem apeks daun aktif sehingga daun betambah tinggi. Setelah aktivitas meristem apeks mereda, maka meristem interkalar yang terletak pada bagian pangkal aktif memperpanjang daun. Helaian daun yang pipih dan lebar disebabkan oleh aktivitas meristem marginal dan meristem papan. Apabila meristem marginal hanya aktif pada tempat-tempat tertentu disepanjang sumbu daun, maka pada bagian yang aktif tersebut akan menghasilkan tonjolan seperti halnya bakal daun, dan akan berkembang menjadi anak daun dengan cara yang sama seperti daun tunggal. Dengan demikian akan terbentuk daun majemuk. Ibu tulang daun menjadi lebih tebal dari helaian daun karena aktivitas meristem adaksial. Jika meristem adaksial tetap aktif sementara meristem marginal tidak aktif maka daun memipih dalam bidang vertikal sehingga terbentuk daun ensiformis (seperti pedang).
Bagian yang aktif dari bakal daun pada tumbuhan dikotil dan tumbuham monokotil berbeda. Bagian bawah bakal daun tumbuhan dikotil akan berkembang menjadi pangkal daun dengan daun pemumpu jika ada, sedangkan bagian atas bakal daun berkembang menjadi helaian daun. Aktivitas meristem interkalar dan meristem adaksial memisahkan helaian daun dari pangkal daun dengan terbentuknya tangkai daun yang silindris. Pada tumbuhan monokotil seluruh helaian daun, tangkai daun serta pelepah, jika ada dibentuk oleh bagian bawah dari bakal daun. Bagian atas bakal daun menghasilkan ujung daun samping. Pada pisang tampak ujung tersebut berwarna coklat serta sering melingkar.
Dalam perkembangan daun, kadang-kadang terdapat sel daun yang mati, seperti pembentukan lubang daun pada Araceae, misalnya daun Monstera deliciosa Liebm, dan beberapa daun palma
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 19
4. Morfologi Helaian Daun
Dalam mendeskripsikan daun satu jenis tumbuhan biasanya dipertelakan karakter- karakter seperti berikut.
Bentuk helaian daun (circumscription)
Ujung helaian daun (apex)
Pangkal helaian daun (basis)
Tepi helaian daun (margo)
Tekstur helaian daun
Permukaan helaian daun
Bentuk helaian daun (circumscription)
Bentuk helaian daun dapat ditentukan dengan mengamati letak bagian terlebar pada helaian daun dan memperhatikan ratio antara lebar dengan panjang helaian daun.
Bagian terlebar berada ditengah-tengah helaian daun
1. Bangun bulat (orbicularis), bila panjang : lebar = 1:1 dan ujung distal tangkai daun melekat pada bagian dasar helaian daun (Gambar 2.9a), misalnya pada daun Manihot utilissima Grants.
2. Bangun perisai (peltatus), bangun daun bulat tetapi ujung distal tangkai daun melekat pada bagian agak ke tengah helaian daun (Gambar 2.9b), misalnya pada daun teratai (Nymphaea sp.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 20 Gambar 2.8 Bagan perkembangan daun
a.Pucuk dikotil, b. Pucuk monokotil, c. Daerah meristematik sehelai daun sedang berkembang yang dilihat dari atas, d. Penampang melintang
gambar bagan c, e. Daun majemuk
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 21 3. Bangun jorong (ovalis) atau elips (elipticus), bila panjang : lebar = 1,5-2 : 1 (Gambar 2.9c)
misalnya pada nangka (Artocarpus integra Merr.).
4. Bangun memanjang (oblongus), bila panjang : lebar = 2,5-3 : 1 (Gambar 2.9d) misalnya daun sirsak (Annona squamosal L.).
5. Bangun lanset (lanceolatus), bila panjang : lebar = 3-5 : 1 (gambar 2.9e) misalnya pada daun kenyiri (Nerrium oleander L.)
Gambar 2.9 Circumscriptio : bagian terlebar berada ditengah-tengah helaian daun a. Orbicularis, b. peltatus, c. ovalis, d. oblongus, e. lanceolatus
Bagian terlebar berada di bawah tengah-tengah helaian daun
Bangun daun yang memiliki bagian terlebar berada di bawah tengah-tengah dapat dibedakan dalam dua kelomok, yaitu :
a. Bagian pangkal daun tidak berlekuk. Dalam kelompok ini di kenal bentuk daun sebagai berikut.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 22 1. Bangun bulat telur (ovatus), Gambar 2.10a, misalnya pada daun cabe rawit (Capsicum
frutescens L.).
2. Bangun segitiga (triangularis), berbentuk segi tiga sama kaki, Gambar 2.10b, misalnya pada daun kembang pukul empat (Mirabilis jalapa L.).
3. Bangun delta (deltoideus), berbentuk segi tiga sama sisi, Gambar 2.10c, misalnya pada daun air mata pengantin (Antigonom leptopus L.).
4. Bangun belah ketupat (rhomboideus), bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang, Gambar 2.10d, misalnya anak daun bagian ujung daun bangkuang (Pachyrrhizus erosus Urb.)
b. Bagian pangkal daun berlekuk. Dalam kelompok ini termasuk bangun daun seperti berikut :
1. Bangun jantung (cordatus), seperti segitiga, tetapi bagian pangkal melekuk, Gambar 2.11a, misalnya pada daun waru (Hibiscus tiliaceus L.).
2. Bangun ginjal (reniformis), bentuk seperti ginjal, ujung disal maupun sisi-sisinya semua tumpul, Gambar 2.11b, misalnya daun kaki kuda (Cantela asiatica Urb.).
3. Bangun anak panah (sagitatus), segitiga dengan ujung distal dan dua kedua ujung kaki runcing, Gambar 2.11c, misalnya daun Sagitaria sagitifolia L.
4. Bangun tombak (hastatus), seperti bangun anak panah tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai daun mendatar, Gambar 2.11d, misalnya pada daun enceng besar (Monocharia hastate Solms.).
5. Bangun bertelinga (auriculatus), seperti bangun tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai daun membulat, Gambar 2.11e, misalnya daun sempuyung (Sonchusasper Vill.)
Gambar 2.10 Circumscriptio : bagian terlebar berada di bawah tengah-tengah helaian daun dan bagian pangkal daun tidak berlekuk. a. ovatus, b. triangularis, c. deltoideus, d.
rhomboideus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 23 Gambar 2.11 Circumscriptio : bagian terlebar berada di bawah tengah-tengah helaian daun
dan bagian pangkal daun berlekuk. a. cordatus, b. reniformis, c. sagitatus, d. hastatus, e.
auriculatus.
Bagian terlebar berada di atas tengah-tengah helaian daun
1. Bangun bulat telur terbalik (obovatus), seperti bulat telur tetapi bagian yang terlebar terdapat dekat ujung daun, Gambar 2.12a, misalnya daun sawo kecik (Manilkara kauki Dub.).
2. Bangun jantung terbalik (obcordatus), Gambar 2.12b, misalnya pada anak daun semanggi gunung (Oxalis corniculata L.).
3. Bangun segi tiga terbalik (curneatus), Gambar 2.12c, misalnya pada anak daun semanggi (Marselia crenata Presl.).
4. Bangun sudip (spathulatus), bentuknya seperti spatula dengan bagian distal lebar dan meramping ke dasar, Gambar 2.12d, misalnya daun tapak liman (Elephantopus scaber L.).
Bagian terlebar hampir sama diseluruh bagian daun
1. Bangun garis (linearis), daun panjang dan penampang melintang daun pipih, Gambar 2.13a, misalnya daun rumput teki (Cyperus rotundus L.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 24 2. Bangun pita (ligulatus), seperti daun bangun garis, tetapi lebih panjang dan lebih lebar,
Gambar 2.13b, misalnya daun jagung (Zea mays L.).
3. Bangun pedang (ensiformis), seperti bangun garis tetapi pada bagian tulang daun tengah tebal dan bagian tepi lebih tipis, Gambar 2.13c, misalnya daun nenas sebrang (Agave sisalana Perr.).
4. Bangun paku (subulatus), bentuk daun kecil, agak pipih, kaku dengan ujung daun runcing, dan panjangnya kurang dari 12 mm, Gambar 2.13d, misalnya daun Araucaria cunninghamii Ait.
5. Bangun jarum (acerosus), seperti jarum, kecil, panjang dan ujung meruncing, Gambar 2.13e, misalnya daun Pinus merkusii Jungh & De Vr.
Ujung helaian daun (apex)
Bentuk-bentuk ujung daun yang sering dijumpai adalah:
1. Runcing (acutus), tepi daun secara perlahan ke arah ujung membentuk sudut yang runcing, Gambar 2.14a, misalnya ujung daun kenyiri (Nerium oleander L.).
Gambar 2.12
Circumscriptio: bagian terlebar berada di atas tengah-tengah helaian daun. a. obovatus, b.
obcordatus, c. cuneatus, d. spathulatus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 25 Gambar 2.13
Circumscriptio: bagian terlebar hampir sama diseluruh helaian daun. a. linearis, b. ligulatus, c. ensiformis, d. subulatus, e. acerosus.
1. Meruncing (acuminatus), seperti ujung runcing, tetapi sudut yang dibentuk diujung daun lebih kecil dan panjang, Gambar 2.14b, misalnya ujung daun kamboja (Plumeria acuminate Ait.).
2. Bersungut (aristatus), tulang daun tengah melewati ujung daun, sehingga tampak seperti sungut (bristle), Gambar 2.14c, misalnya ujung daun vinca (Lohnera rosea Rchb.).
3. Tajam (cuspidatus), ujung daun tajam dan kaku, Gambar 2.14d, misalnya ujung daun lidah mertua (Sansevierria trifasciata Prain)
4. Berlekuk (emarginatus), ujung daun berlekuk, takikan lebar, Gambar 2.14e, misalnya daun katag-katang (Ipomoea pes-caprae(L.)Sweet).
5. Berbelah (retusus), ujung daun berlekuk dengan takikan sempit, Gambar 2.14f, misalnya ujung daun melati (Jasminum sambac(L.) W.Ait.).
6. Berduri (mucronatus), ujung daun berduri tajam, dengan ujung yang jelas terpisah, Gambar 2.14g, misalnya ujung daun nenas (Agave sp.).
7. Terpotong (truncatus), ujung daun datar, seperti dipotong pada bagian tulang daun tengahnya, Gambar 2.14h, misalnya ujung daun jepun jepang.
8. Berkuncir (cirrhosis), ujung daun seperti kuncir, Gambar 2.14i, misalnya ujung daun kembang sungsang (Gloriosa superba L.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 26 9. Tumpul (obstusus), ujung daun tumpul, Gambar 2.14j, misalnya ujung daun sawo kecik
(Manilkara kauki L.).
10. Membulat (rotundatus), ujung daun melengkung lebar, Gambar 2.14k, misalnya ujung daun teratai (Nymphaea sp.).
Tepi helaian daun (margo)
Secara garis besar tepi helaian daun dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
a. Rata (integer), tepi helaian daun licin, rata, Gambar 2.15a, misalnya tepi daun alamanda (Alamanda cathartica) dan kebanyakan monokotil.
b. Bertoreh (divisus), tepi helaian daun tidak rata, ada bagian yang melakuk disebut
Gambar 2.14. Apex folii
a.acutus, b. acuminatus, c. aristatus, d. cuspidatus, e. emarginatus, f. retusus, g. mucronatus, h. truncatus, i. cirrhosis, j. obtosus, k. rotundatus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 27 Sinus dan ada bagian menonjol disebut angulus, Gambar 2.15b. Jenis torehan ada yang
“merdeka”, yaitu torehan yang tidak mempengaruhi bentuk daun, misalnya tepi daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan “tidak merdeka”, yaitu torehan yang mempengaruhi bentuk daun, misalnya tepi helaian daun pepaya (Carica papaya L.). Berdasarkan jenis torehan maka dikenal bentuk-bentuk tepi helaian daun seperti berikut.
Tepi helaian daun dengan torehan merdeka.
1. Bergerigi (serratus), jika sudut sinus dan angulus hampir sama, Gambar 2.16a, misalnya tepi daun kumis kucing (Orthosiphon grandflorus Auct. Non Terrac.).
2. Bergerigi ganda (biserratus), jika tepi helaian daun bergerigi dan bagian angulusnya bergerigi lagi, Gambar 2.16b, misalnya tepi helaian daun paku harupat (Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott).
3. Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul dan angulusnya lancip, Gambar 2.16c, misalnya tepi helaiandaun beluntas (Pluchea indica Less.).
4. Beringgit (crenatus), jika sinusnya lancip dan angulus tumpul, Gambar 2.16d, misalnya tepi helaian daun jawer kotok (Coleus sp.).
5. Berombak (repandus), jika sinus dan angulusnya tumpul, Gambar 2.16e, misalnya tepi helaian daun air mata pengantin (Antigonom leptopus Hook et Arn.).
6. Bergelombang (undulatus), jika sinus dan angulus tumpul membulat, Gambar 2.16f, misalnya tepi daun glodogan (Polyalthia longifolia)
7. Berduri (spinosus atau aculiatus), jika tepi helaian daun berduri, Gambar 2.16g, misalnya pada tepi daun nenas (Ananas comosus (L.) Merr.)
Tepi helaian daun bertoreh tidak merdeka
Berdasarkan dalanya torehan tepi helaian daun dapat dibedakan menjadi :
1. Berlekuk (lobatus), jika dalam torehan kurang dari setengah panjangnya tulang cabang primer dari tulang daun tengah, Gambar 2.17a.
2. Bercangap (fissus), jika dalam torehan kurang lebih setengah panjang tulang cabang primer dari tulang daun tengah, Gambar 2.17b.
3. Berbai (partitus), jika dalam torehan melebihi setengah panjang tulang cabang primer dari tulang daun tengah, Gambar 2.17c.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 28 Gambar 2.15 Margo folii : a. integer, b. divisus
Gambar 2.16 Morgo folii : bertoreh merdeka
a.serratus, b. biserratus, c. dentatus, d. crenatus, e. repandus, f. undulatus, g. spinosus atau aculeatus
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 29 Gambar 2.17 Margo folii ; bertoreh tidak merdeka
a.lobatus, b. fissus, c. partitus.
Berdasarkan dalamnya torehan tepi helaian daun dan jenis tulang daunnya, maka dikenal bentuk tepi helaian daun seperti berikut.
1. Berlekuk menyirip (pinnatilobus), gambar 2.18a, misalnya pada daun terong (Solanum melongena L.).
2. Berlekuk menjari (palmatilobus), gambar 2.18b, misalnya pada daun kapas (Gossypium sp.).
3. Bercangap menyirip (pinnatifidus), gambar 2.18c, misalnya pada daun keluwih (Artocarpus communis Forst.).
4. Bercangap menjari (palmatifidus), gambar 2.18d, misalnya pada daun kaliki (Ricinus communis L.).
5. Berbagi menyirip (pinnatipartitus), gambar 2.18e, misalnya pada daun gemitir (Tagetes erecta L.).
6. Berbagi menjari (palmatipartitus), gambar 2.18f, misalnya pada daun ketela pohon (manihot esculenta Crantz.).
Pangkal helaian daun (basis)
1. Bentuk baji (Cuneatus), bentuk seperti baji, secara gradual menyempit kea rah pangkal petioles, gambar 2.19a.
2. Runcing (acutus), pangkal helaian daun runcing, gambar 2.19b.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 30 3. Meruncing (acuminatus), pangkal daun meruncing, gambar 2.19c.
4. Tidak simetris (obliqus atau inequaliteral), salah satu helaian posisinya pada tangkai daun lebih rendah dari yang lain, gambar 2.19d.
5. Tumpul (obtusus), pangkal helaian daun tumpul, gambar 2.19e.
6. Membulat (rotundatus), pangkal helaian daun berbentuk lengkungan yang lebar atau seperti busur panah, gambar 2.19f.
7. Berbentuk panah (sagitatus), pangkal helaian daun seperti pangkal anak panah, gambar 2.19g.
8. Berbentuk tombak (hstatus), pangkal helaian daun seperti pangkal tombak.
Gambar 2.18
Margo folii : berdasarkan tiper torehan tidak merdeka dan susunan tulang daun. a.
pinnatilobus, b. palmatilobus, c. pinnatifidus, d. palmatifidus, e. pinnatipartitus, f.
palmatipartitus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 31 9. Bertelinga (auriculatus), pangkal helaian daun berlobus seperti telinga, gambar 2.19i.
10. Berbentuk jantung (cordatus), pangkal helaian daun berbentuk seperti pangkal daun berbentuk jantung, gambar 2.19j.
11. Romping (truncatus), pangkal helaian daun seperti terpotong, gambar 2.19k.
Tekstur Helaian Daun
Berdasarkan tebal dan tipisnya helaian daun, dikenal beberapa tekstur daun.
1. Tipis seperti selaput (membranceus), misalnya daging daun paku (Hymenophyllum austral Willd.).
2. Seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis tetapi cukup tegar, misalnya daging daun pisang (Musa paradisiaca L.).
3. Tipis lunask (herbaceous), misalnya daging daun selada bokor (Lactuca sativa)
4. Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku, misalnya daging daun kelapa (Cocos nucifera L.)
5. Seperti kulit (coreaceus), daun tebal dan kaku, misalnya daging daun nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)
6. Berdaging (carnosus), daging daun tebal dan berair, misalnya daging daun lidah buaya (Aloe sp.)
Permukaan Helaian Daun
Variasi sifat yang biasanya ditemukan pad permukaan daun adalah seperti sifat-sifat berikut:
1. Licin (laevis), jika diraba terasa licin dan halus. Permukaan daun yang licin ada yang mengkilap (nitidus), misalnya permukaan daun kopi (Coffea sp.); suram (opacus), misalnya permukaan daun ketela rambat (Ipomoea batatas Poir.); dan berselaput lilin (prunosus), misalnya permukaan bawah daun pisang (Musa paradisiaca L.)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 32 Gambar 2.19 Basis folii
a. Cuneatus, b. acutus, c. acuminatus, d. inequaliteral, e. obtusus, f. rotundatus, g.
sagitatus, h. hstatus, i. auriculatus, j. cordatus, k. truncatus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 33 2. Gundul (glaber), misalnya permukaan daun jambu air (Eugenia aquea Burm.)
3. Kasap (scaber), misalnya permukaan daun jati (Tectona grandis L.)
4. Berkerut (rugosus), misalnya permukaan daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.) 5. Berbingkul-bingkul (bullatus), seperti berkerut tetapi keturunannya lebih besar, misalnya
permukaan daun air mata pengantin (Antogonom leptopus Hook et Arn.) 6. Berkelenjar (glanduler)
7. Bersisik (Lepidus) 8. Berambut (pilus)
a. Berambut pendek dan tersebar (pilosus), gambar 2.20a.
b. Berambut Panjang dan lunak (villosus), gambar 2.20b.
c. Berambut bludru (velutinus), rambut pendek dan rapat, gambar 2.20c.
d. Berambut kasar (hirsutus) rambut kaku, gambar 2.20d.
e. Berambut bintang (stellate-pillosus), rambut bercabang, gambar 2.20e.
f. Berambut duri (setosus), rambut amat kaku dan tegar, gambar 2.20 f.
g. Berambut bulu (plumosus), rambut bercabang seperti bulu, gambar 2.20 g.
h. Berambut empuk (pubescens), rambut pendek, lunak dan rapat, gambar 2.20 h.
i. Berambut sutera (sericeus), rambut tegak, rapat, lurus, lunak dan mengkilap, gambar 2.20 i.
j. Berambut wol (lanatus), rambut panjang dan keriting tidak teratur, gambar 2.20 j.
k. Berambut seperti vilt (tomentosus), susunan rambut tidak teratur dan padat, gambar 2.20 k.
l. Berambut seperti sikat (strigosus), rambut kaku dan merapat ke permukaan, gambar 2.20 l.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 34 Gambar 2.20 Tipe rambut (pilus) pada permukaan daun
a.pilosus, b. villosus, c. velutinus, d. hirsutus, e. stellate-pillosus, f. setosus, g. plumosus, h.
pubescens, i. sericeus, j. lanatus, k. tomentosus, l. strigosus.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 35
5. Daun Majemuk (folium compositum)
Berdasarkan susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu :
Daun majemuk menyirip (pinnatus)
Daun majemuk menjari (palmatus)
Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
Daun mejemuk menyirip (pinnatus)
Kelompok daun ini memiliki anak daun yang tersusun seperti sirip ikan pada rakisnya.
Berdasarkan letak anak daun (foliolum) pada rakis, maka dikenal :
1. Daun majemuk menyirip tunggal (unipinnatus), bila anak daun terdapat pada rakis primer, gambar 2.21 a, misalnya pada daun cermai (Phylanthus acidus L.Skeels.).
2. Daun mejemuk menyirip ganda (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada rakis sekunder, gambar 2.21 b, misalnya pada daun flamboyant (Delonix regia (Boyer.ex Hook) Rafin.)
3. Daun mejemuk ganda tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada rakis tertier, gambar 2.21 c, misalnya pada daun adas (Foeneculum vulgare Mill.)
4. Daun menyirip ganda empat (tetrapinnatus), dst.
Daun mejemuk menyirip tunggal memiliki sifat bervariasi.
- Berdasarkan susunan anak daun pada rakis primer daun majemuk menyirip dibedakan menjadi :
- Daun menyirip berpasangan, bila anak daun pada rakis tersusun berhadapan, gambar 2.22 a, misalnya pada daun belimbing manis (Averhoa bilimbi L.)
- Daun menyirip berseling, gambar 2.22 b, anak daun pada rakis tidak berhadapan, misalnya daun angsana (Pterocarpus indicus Willd.)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 36 Gambar 2.21
Tipe daun mejemuk menyirip (pinnatus) berdasarkan letak anak daun pada rakis. a.
unipinnatus, b. bipinnatus, c. tripinnatus.
Gambar 2.22
Tipe daun menyirip (pinnatus) berdasarkan susunan anak daun pada rakis primer. a. daun menyirip berpasangan, b. daun menyirip berseling.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 37
Berdasarkan banyaknya anak daun dan ada tidaknya daun pada ujung rakis primer, dibedakan mejadi:
- Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus), gambar 2.23 a, misalnya pada jeruk besar (Citrus maxima Merr.)
- Daun mejemuk menyirip genap (abrupte pinnatus), di ujung rakis tidak terdapat daun, gambar 2.23 b, misalnya daun pohon asam (Tamarindus indica L.)
- Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), pada ujung rakis terdapat anak daun, gambar 2.23 c, misalnya daun mawar (Rosa sp.)
- Berdasarkan urutan perkembangan anak daun, dibedakan menjadi:
- Daun majemuk menyirip basipetal, perkembangan anak daun mulai dari ujung rakis dan berturut-turut kearah basal rakis, gambar 2.24 a.
- Daun mejemuk menyirip akropetal, perkembangan anak daun mulai dari rakis bagian basal dan berturut-turut kea rah ujung rakis, gambar 2.24 b.
- Daun majemuk menyirip divergen, perkembangan anak daun mulai dari dekat bagian tengah rakis dan kemudian terjadi perkembangan secara basipetal dan akropetal, gamber 2.24 c.
Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus)
Pada daun majemuk ini tangkai anak daun melekat pada suatu titik di ujung distal ibu tangkai daun, sehingga kelihatan letaknya seperti letak jari-jari tangan. Berdasarkan jumlah anak daun dikenal:
1. Daun majemuk menjari beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai daun terdapat dua anak daun, gambar 2.25 a, misalnya daun nam-nam (Cynometra cauliflora L.)
2. Daun mejemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai daun terdapat tiga anak daun, gambar 2.25 b, misalnya daun para (Hevea brasiliensis Muell.)
3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun gambar 2.25 c, misalnya daun kipuyuh.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 38 Gambar 2.23 Tipe daun menyirip (pinnatus) berdasarkan banyaknya anak daun dan ada tidaknya anak daun pada ujung rakis. a. unifoliolatus, b. abrupte pinnatus, c. impraripinnatus.
Gambar 2.24 Tipe daun menyirip (pinnatus) berdasarkan urutan perkembangan anak daun. a.
basipetal, b. akropetal, c. divergen.
(Schefflera aromatic)
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 39 4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu
tangkai daun terdapat tujuh anak daun, gambar 2.25 d.
5. Daun majemuk menjari beranak daun banyak (polyfoliolatus), bila pada ujung ibu tangkai dan terdapat lebih dari tujuh anak daun, gambar 2.25 e, misalnya daun kapok (Ceiba petandra Gaertn.) memiliki Sembilan anak daun.
Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
Daun majemuk ini seperti daun majemuk menjari tetapi dua anak daun yang di bagian pinggir bawah, yaitu di kiri dan kanan tangkai anak daunnya melekat pada tangkai anak daun terdekat, gambar 2.26 a, misalnya pada daun Arisaema filiform.
Daun majemuk campuran (digitatopinnatus)
Daun majemuk campuran adalah daun majemuk yang memiliki sifat menjari, namun setiap anak daun berupa daun majemuk yang menyirip, gambar 2.26 b, misalnya daun sikejut (Mimosa pudica L.)
Gambar 2.26
a. daun majemuk bangun kaki, b. daun majemuk campuran
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 40
6. Susunan Daun pada Batang
Pada batang atau cabang dewasa daun-daun tersusun secara teratur dengan pola tertentu dan bila dilihat dari atas daun tampak tumbuh pada beberapa jalur vertikal yang disebut ortostik.
Pola duduk daun pada suatu batang atau cabang disebut filotaksis. Tipe filotaksis dapat ditentukan dengan memperhatikan jumlah daun yang terdapat pada buku dan susunan daun sesamanya, dapat dinyatakan dengan bilangan pecahan yang sering disebut sebagai rumus daun dan dalam bentuk diagram daun.
Tipe Filotaksis
a. Pada buku mekekat satu helai daun
1. Monostik (folia monosticha). Seluruh daun melekat pada satu sisi batang, sehingga bila dilihat dari atas daun-daun terletak dalam satu baris atau memiliki satu ortostik, gambar 2.27 a. Tipe filotaksis ini sangat jarang dan sering diikuti dengan pertumbuhan asimetris pada ruas di antara dua daun berturutan, menyebabkan terjadi sedikit perputaran pada batang. Akibat dari pertumbuhan seperti ini susunan daun agak seperti helik dan filotaksisnya disebut spiromonostik (folia spiromonosticha), misalnya filotaksis pada pacing (Costus spesiosus (Koen.) J.E.Smith.).
2. Distik (folia disticha). Bila dilihat dari atas, daun tersusun dala dua baris lurus vertikal sejajar dengan sumbu batang, biasanya antara dua baris berjarak 180°, gambar 2.27 b.
filotaksis seperti ini umum terdapat pada Gramineae. Jika filotaksis distik diiringi dengan sedikit perputaran, maka filotaksis seperti ini disebut spirodistik (spirodisticha).
3. Tristik (folia tristicha). Daun tersusun dalam tiga baris atau memiliki tiga ortostik, dengan sudut antara dua baris adalah 120°, gambar 2.27 c. filotaksis ini terdapat pada Cyperaceae.
Bila terjadi perputaran disebut spirotristik (folia spirotristicha), misalnya pada pandan (Pandanus sp.).
4. Daun spiral atau daun tersebar (folia sparsa). Filotaksis yang memiliki lebih dari tiga ortistik, ada yang memiliki lima ortistik, gambar 2.27 d, misalnya filotaksis tembakau (Nicotiana tabacum L.), delapan ortostik pada kubis (Brassica oleracea L.)
b. Pada satu buku melekat dua helaian daun
Pada filotaksis ini terdapat dua daun pada buku yang letaknya berhadapan, terpisah dengan jarak 180°, gambar 2.27 g. Posisi daun-daun antara satu buku dengan buku lain adalah berhadapan-bersilang (folia opposite atau folia decussate), dengan demikian daun tersusun dalam empat otostik, misalnya filotaksis daun soka (Ixora sp.).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 41 c. Pada satu buku melekat tiga helai daun atau lebih
Filotaksis seperti ini disebut berkarang (folia verticillata), gambar 2.27 h, misalnya filotaksis daun alamanda (Alamanda cathartica L.). Suatu karangan semu dapat terjadi jika tanaman memiliki ruas pendek dan setiap buku melekat satu daun, antara ruas-ruas yang pendek diseingi ruas yang panjang, sehingga kelihatan seperti filotaksis berkarang, misalnya filotaksis Lilium martagon.
Rumus dan Diagram Daun
Filotaksis untuk tanaman yang memiliki sehelai daun pada setiap buku (distik, tristik dan spiral) dapat dideskripsikan dalam bentuk pecahan (x/y). y adalah jumlah ortostik (garis vertikal yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain), dan x adalah jumlah putaran spiral yang menghubungkan tempat daun menempel melingkari batang dari sehelai daun pada suatu ortostik ke daun yang terletak tepat di atasnya pada ortostik yang sama. Garis spiral yang menghubungkan daun berturut-turut dari bawah ke atas disebut spiral genetik.
Gambar 2.28, menunjukkan gambar bagan filotaksis 2/5, sebab jumlah putaran spiral yang digambarkan dengan garis titik-titik dua kali melingkari batang dari daun 1 sampai daun 6 yang terletak secara vertikal tepat di atasnya. Bilangan pecahan x/y sering disebut rumus daun (divergensi). Bila diteliti rumus daun pada tanaman berfiloktaksis spiral, maka akan diperoleh
Gambar 2.27
Tipe filotaksis dilihat dari atas. a. monostik, b. distik, c. tristik, d. folia sparsa, e-f. spiral, g.
berhadapan spiral. H. berkarang.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 42 Deretan rumus daun 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, 13/34, dst. Dari deretan rumus daun ini tampak bahwa angka pembilang dan penyebut dari rumus daun ke tiga dan seterusnya, menunjukkan sifat karakteristik, yaitu:
- Pembilang diperoleh dari penjumlahan pembilang dua rumus daun sebelumnya atau selisih antara penyebut dan pembilang rumus daun sebelumnya.
- Penyebut diperoleh dari penjumlaham penyebut dua rumus daun sebelumnya atau jumlah penyebut rumus daun sebelumnya dengan pembilang sendiri.
Misalnya:
- Rumus daun 2/5, angka 2 berasal dari 1 + 1 atau 3 – 1 dan angka 5 berasal dari 2 + 3 atau 3 + 2.
- Rumus daun 5/13, angka 5 berasal dari 2 + 3 atau 8 – 3 dan angka 13 berasal dari 5 + 8 atau 8 + 5.
Deret angka-angka pecahan di atas disebut deret Fibonanci. Pecahan x/y menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut, bila diproyrksikan pada bidang datar. Besarnya sudut antara dua daun pada satu tanaman tetap yang besarnya x/y x 360°, dan sudut ini disebut sudut divergensi. Dengan demikian berarti tanaman yang memiliki rumus daun 2/5 memiliki sudut divergensi 144°, 3/8 memiliki sudut dirvegensi 135°, dan seterusnya.
Filotaksis tanaman dapat juga dideskripsikan dalam bentuk diagram daun, gambar 2.28.
buku-buku batang diproyeksikan dalam bentuk lingkaran-lingkaran konsentris dan buku yang paling muda letaknya paling dalam. Untuk membuat diagram daun suatu tanaman dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukanlah rumus daun tanaman yang akan dibuat diagram daunnya, misalnya x/y.
2. Buatlah lingkaran-lingkaran konsentris sebanyak y + 1 (lingkaran-lingkaran ini merupakan buku-buku batang).
3. Buatlah garis-garis atau jari-jari berturut-turut mulai dari lingkaran luar sampai lingkaran paling dalam ke titik pusat lingkaran. Jarak antara satu garis dengan garis berikutnya adalah sebesar x/y x 360°. Jumlah garis yang dibuat sama dengan jumlah ortostiknya.
4. Tulislah angka pada masing-masing garis pada lingkaran, mulai dari lingkaran luar sampai lingkaran paling dalam berturut-turut dengan angka 0, 1, 2, 3, dst.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 43 Gambar 2.28. Diagram daun 2/5
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 44
2.4 Lembar Kerja Mahasiswa
Kegiatan 02.
Pengamatan Morfologi dan Tata Letak Daun pada Batang
Tujuan :
Setelah selesai mengadakan pengamatan dan pengukuran daun di lapangan, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mendeskripsikan morfologi bagian-bagian daun yang ada di lingkungan sekitar, 2. Menunjukkan dan menggambarkan morfologi daun,
3. Membedakan morfologi daun monokotil dan dikotil, 4. Menentukan tiper filotaksis tanaman yang diamati, dan 5. Membuat diagram dan rumus daun tanaman yang diamati
Bahan dan Alat
1. Tanaman yang ada di lingkungan sekitar 2. Meteran atau jangka sorong
3. Vasculum 4. Tally counter 5. Gunting ranting
Prosedur kerja
1. Amatilah morfologi daun dan filotaksis beberapa tanaman yang ada di lingkungan sekitar.
2. Butalah deskripsi tentang :
a. Komposisi daun : apakah termasuk daun tunggal atau daun majemuk. Jika daun majemuk tentukanlah macamnya.
b. Bagian-bagian daun.
Buatlah gambar bagan yang diamati yang dilengkapi dengan keterangan gambarnya
Upih daun : apakah ada atau tidak, uraikan mengenai bentuk, ukuran dan sifat-sifat lain yang ada.
Tngkai daun : apakah ada atau tidak, uraikan mengenai bentuk, ukuran dan sifat- sifat lain yang ada.
Helaian daun : tentukanlah tipe dari circumscrpitio, margo folii, apex folii, basis folii, nervasio, dan keadaan permukaan daun yang diamati.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 45
Uraikan dan gambar bagian-bagian tambahan yang terdapat pada daun yang diamati.
c. Filotaksis
Buatlah diagram daun dan gambar bagan posisi duduknya daun pada batang.
Tentukanlah rumus daun dan tipe filoktasinya.
Pertanyaan
1. Morfologi daun tanaman sangat bervariasi, ada daun yang berlubang-lubang, daun tunggal, daun majemuk, daun lebar dan daun seperti pedang. Jelaskanlah fenomena tersebut dari segi perkembangan daun.
2. Apakah morfologi daun dapat dipengaruhi oleh lingkungan? Jelaskan dengan contoh!
3. Apakah perbedaan antara morfologi daun monokotil dengan dikotil?
4. Bagaimanakah cara menentukan suatu daun tunggal atau daun majemuk?
2.5 Rangkuman
Semua bentuk seperti daun yang terdapat pada tumbuhan disebut filom yang umunya berupa daun lebar, katafil, hipsofil, profil dan kotiledon. Berdasarkan jumlah helaian daun, maka daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal yang lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai daun dan helaian daun. Pada daun majemuk tersusun dari ibu tangkai daun, rakis, tangkai anak daun, dan helaian anak daun. di samping bagian-bagian tersebut ditemukan juga adanya bagian tambahan pada daun seperti daun penumpu, selaput bumbung dan lidah daun.
Daun dewasa berkembang dari bakal daun yang berupa tonjolan kecil pada bagian apeks pucuk batang, sedangkan bagian-bagian daun berkembang dari meristem yang terdapat pada daun seperti meristem apeks, meristem marginal, meristem papan, dan meristem adaksial.
Karakter yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan morfologi daun adalah bentuk helaian daun, ujung helaian daun, pangkal helaian daun, tepi helaian daun, tekstur helaian daun, dan permukaan daun. Di samping itu perlu juga diperhatikan mengenai filotaksisnya.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 46
BAB 3 BATANG
3.1 Rational
Batang merupakan organ vegetative tanaman yang memiliki morfologi yang beraneka ragam, ada yang bulat, seperti daun, umbi, dan bentuk-bentuk lainnya. Tingkah laku tumbuhnya pun berbeda-beda, yaitu ada yang tumbuh tegak, horizontal, dan lain sebagainya.
Percabangan dari tumbuhan akan mempengaruhi arsitektur dari tumbuhan itu sendiri. Dalam mempelajari ilmu tumbuhan (Botani) pemahaman mengenai morfologi batang sangat diperlukan, terutama dalam mempelajari tumbuhan.
3.2 Sasaran Belajar
Setelah proses pembelajaran ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat, 1. Menjelaskan dengan tepat fungsi batang
2. Menguraikan dengan tepat sifat-sifat batang 3. Menguraikan asal perkembangan batang
4. Membedakan pertumbuhan monopodial, simpodial, dan dikotomi,
5. Memberi contoh tumbuh-tumbuhan yang pertumbuhannya ritmis, dan kontinu, 6. Menjelaskan perbedaan pertumbuhan silepsis dan prolepsis
7. Membedakan pertumbuhan batang/cabang secara ortrotop dan pladiotrop,
8. Menguraikan perbedaan batang herba, berkayu, culmus, calamus, dan batang pipih, 9. Menyebutkan dan memberi contoh berbagai bentuk permukaan batang,
10. Menguraikan dan memberi contoh berbagai morfologi kulit pohon,
11. Menentukan model kontruksi pohon dengan menggunakan kunci deteminasi, dan 12. Menjelaskan dan memberi contoh modifikasi batang.
3.2 Uraian Materi
Batang merupakan bagian tumbuhan yang umumnya berada di permukaan tanah yang berfungsi untuk medukung daun, bunga, buah, jalur pengalokasi air dan garam-garam mineral dan bahan organik, dan dapat pula sebagai organ penyimpanan cadangan makanan. Pada umumnya batang memiliki sifat-sifat:
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 47 1. Tersusun atas ruas yang dibatasi oleh buku, pada buku terdapat daun dan umumnya pada
ketiak daun terdapat kuncup yang disebut kuncup aksiler,
2. Selalu bertambah panjang pada ujung, yaitu melalui meristem apikal, 3. Tumbuh menuju cahaya matahari (bersifat fototrop atau heliotrope), 4. Umumnya berbentuk bulat, dan
5. Umumnya tidak berwarna hijau.
1. Perkembangan Batang
Ujung batang yang merupakan titik tumbuh batang disebut meristem apikal yang dikelilingi oleh daun muda membentuk kuncup batang. Batang berkembang dari meristem apikal ini.
Pada Gymnospermae, meristem apikal memiliki beberapa zone sel induk (Gambar 3.1), yaitu,
1. Zone meristem permukaan yang sel-selnya membelah menghasilkan sel-sel epidermis dan meristem apikal lainnya,
2. Meristem rusuk yang terletak di daerah tengah apikal di bawah meristem permukaan yang membelah menghasilkan empulur,
3. Meristem periferi yang membelah menghasilkan korteks, prokambium, dan primordium daun.
Pada angiospermae, perkembangan meristem apikal dikemukakan oleh beberapa teori.
Salah satu diantaranya yang banyak dianut adalah Teori Tunika-Korpus. Menurut teori ini, pada meristem apikal terdapat dua jaringan, yaitu tunika dan korpus (Gambar 3.2).
Tunika terdiri atas lapisan terluar atau lapisan sel yang menyeliputi masa sel di dalamnya yaitu korpus. Bidang pembelahan sel pada tunika bersifat anti klinal dan membesar di daerah permukan. Korpus, bidang pembelahan selnya ke segala arah dan memperbesar volumenya.
Gambar 3.1
Irisan membujur apeks pucuk Gymnospermae
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 48 Gambar 3.2
Irisan membujur apeks pucuk Angiospermae
Tunika terdiri atas satu sampai beberapa lapis sel, tergantung pada jenis dan tahapan perkembangan dari tumbuhan. Korpus sangat kurang homogen dibandingkan dengan tunika.
Pada angiospermae dibedakan dua tipe korpus, yaitu:
1. Tipe angiospermae biasa. Pada korpus ini dapat dibedakan tiga zone utama, (a) zone sel induk sentral, (b) meristem rusuk, dan (c) meristem peiferi.
2. Tipe opuntia, pada tipe ini selain kedua zone di atas dapat dibedakan zone transisional lir- kambium, yang terdapat diantara sel induk sentral meristem rusuk serta meristem periferi.
Dari apa yang telah diketahui dapat diketahui dapat dikemukakan bahwa, epidermis dan turunannya berasal dari lapisan terluar tunika. Meristem periferi berkembang menjadi primordium daun, korteks, prokambium, dan bagian luar empulur.
Pada tumbuhan monokotil, perluasan pertumbuhan batang dihasilkan oleh meristem primer. Pemanjangan sumbu batang disebabkan oleh meristem yang ada pada ruas subapikal yaitu meristem tak terinterupsi, dan meristem interkalar (Gambar 3.3).
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 49 Gambar 3.3
Gambar skematik sumbu pucuk dengan meristem interkalar (1,3,4) dan meristem tak terinterupsi (2).
Meristem tak terinterupsi terletak pada bagian diatas ruas sampai ke subapikal batang.
Meristem interkalar merupakan meristem terisolasi dan terputus dari meristem subapikal dan terletak pada pangkal ruas, seperti pada rumput-rumputan. Adanya meristem interkalar ini mengakibatkan terjadinya pemanjangan batang.
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 50
Tugas LKM 3.1 Perkembangan Batang
Tujuan
Setelah kegiatan ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat, 1. Menggambarkan penampang membujur meristem apikal dan
2. Menunjukkan jaringan tunai, korpus, serta jaringan-jaringan lainnya seperti, prikambium, meristem perifer, dan primordium daun
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan adalah, mikroskup dengan perlengkapannya. Bahan yang diperlukan adalah, preparat (awetan atau segar) ujung batang Sambucus javanica.
Prosedur Kerja
1. Dengan menggunakan mikroskup, lihatlah preparat irisan membujur ujung batang Sambucus javanica
2. Gambar preparat yang diamati dan tunjukkan jaringan-jaringan tunika, korpus, meristem perifer, prokambium, meristem rusuk, dan primordium daun.
Pertanyaan
Dalam mempelajari perkembangan meristem apikal, dikenal juga teori Histogen Dari Hanstain. Bagaimana dasar pemikiran dari teori ini ? jelaskan!
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 51
2. Pertumbuhan Batang
Seperti apa yang telah dikemukakan di atas, sumbu tubuh berkembang menjadi lebih tinggi akibat aktivitas meristem apikal. Pertumbuhan batang pada tanaman dapat dibedakan menjadi:
a. Pertumbuhan monopodial
Batang yang tumbuh berasal dari satu meristem apikal, kemudian tumbuh baik secara ritmis atau kontinu menghasilkan satu sumbu batang monopodium, dan pertumbuhan seperti ini disebut pertumbuhan monopodial (Gambar 3.4). Contohnya pada pinus (Pinus merkusii) dan kelapa (Cocos nucifera).
Gambar 3.4
Gambar sumbu monopodial
Buku Ajar Morfologi Tumbuhan | 52 b. Pertumbuhan simpodial
Sumbu batang dihasilkan oleh sederet kuncup. Suatu saat kuncup utama dan meristem apikal tidak berfungsi karena tumbuh bunga terminal atau berdifernsiasi menjadi parenkim.
Dari kuncup aksiler di bawah meristem apikal yang tak berfungsi itu akan tumbuh yang arahnya sejajar dengan sumbu sebelumnya dan tumbuh seperti sumbu yang digantikannya itu, dan demikian seterusnya terjadi berulang-ulang sehingga terbentuk sumbu secara berkesinambungan membentuk suatu sumbu atau simpodium. Pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan simpodial (Gambar 3.5).
Gambar 3.5
Gambar pertumbuhan sumbu simpodial
c. Pertumbuhan dikotomi (percabangan menggarpu)
Dikotomi merupakan percabangan batang terbagi menjadi dua yang utama. Kadang- kadang ampak percabangan seperti dikotomi, namun jika diamati dengan cermat terlihat ujung sumbu utama yang tehenti pertumbuhannya. Percabangan seperti ini disebut dikotomi semu.
Pada Gambar 3.6 memperlihatkan bagan pertumbuhan cabang dikotomi dan dikotomi semu.
Dilihat dari saat aktivitas meristem, pertumbuhan batang/cabang dapat dibedakan menjadi pertumbuhan ritmis dan pertumbuhan kontinu.