• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN TIGA: LIMA PULUH KHOTBAH TERAKHIR

101. Devadaha Sutta: Di Devadaha. Sang Buddha memeriksa

tesis Jain bahwa kebebasan harus dicapai melalui penyiksaan-diri, mengusulkan penjelasan berbeda tentang bagaimana usaha menjadi berbuah.

102. Pañcattaya Sutta: Lima dan Tiga. Sebuah tinjauan pada berbagai pandangan spekulatif tentang masa depan dan masa lampau dan kekeliruan tentang Nibbāna.

103. Kinti Sutta: Bagaimana Pendapat Kalian mengenai Aku?

Sang Buddha menjelaskan bagaimana para bhikkhu dapat memecahkan ketidak-sepakatan tentang Dhamma.

104. Sāmagāma Sutta: Di sāmagāma. Sang Buddha

menetapkan prosedur disiplin sebagai tuntunan bagi Sangha untuk memastikan fungsi keharmonisan setelah Beliau wafat.

105. Sunakkhatta Sutta: Kepada Sunakkhatta. Sang Buddha mendiskusikan persoalan individu yang menilai diri sendiri terlalu tinggi dalam hal kemajuannya dalam meditasi.

106. Āneñjasappāya Sutta: Jalan Menuju Ketanpa-gangguan.

Sang Buddha menjelaskan pendekatan-pendekatan pada berbagai tingkat kondisi meditatif yang lebih tinggi yang memuncak dalam Nibbāna.

107. Gaṇakamoggallāna Sutta: Kepada Gaṇaka Moggallāna.

Sang Buddha membabarkan latihan bertahap bagi bhikkhu Buddhis dan menggambarkan diriNya sebagai “Penunjuk jalan.”

108. Gopakamoggallāna Sutta: Kepada Gopaka Moggallāna. Yang Mulia Ānanda menjelaskan bagaimana Sangha memelihara persatuan dan disiplin internal setelah wafatnya Sang Buddha.

109. Mahāpuṇṇama Sutta: Khotbah Panjang di Malam Purnama. Seorang bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha tentang kelompok-kelompok unsur kehidupan, kemelekatan, pandangan personalitas, dan realisasi tanpa-diri.

110. Cūlapuṇṇama Sutta: Khotbah Pendek di Malam Purnama.

Sang Buddha menjelaskan perbedaan antara seorang “bukan manusia sejati” dan seorang “manusia sejati.”

111. Anupada Sutta: Satu demi Satu Bermunculan. Sang

Buddha menggambarkan perkembangan pandangan terang dari Yang Mulia Sāriputta ketika ia masih berlatih untuk mencapai Kearahantaan.

112. Chabbisodhana Sutta: Enam Kemurnian. Sang Buddha

menjelaskan bagaimana seorang bhikkhu harus ditanyai ketika ia mengaku telah mencapai pengetahuan akhir dan bagaimana ia harus menjawab jika klaimnya adalah benar. 113. Sappurisa Sutta: Manusia Sejati. Sang Buddha

membedakan karakter seorang manusia sejati dari karakter seorang bukan manusia sejati.

114. Sevitabbāsevitabba Sutta: Yang Harus Dilatih dan Tidak Boleh Dilatih. Sang Buddha menyatakan kerangka ringkas dari hal-hal yang harus dilatih dan tidak boleh dilatih, dan Yang Mulia Sāriputta melengkapinya dengan penjelasan rincinya.

115. Bahudhātuka Sutta: Banyak Jenis Unsur. Sang Buddha

menjelaskan secara terperinci tentang unsur-unsur, landasan-landasan indria, kemunculan bergantungan, dan jenis-jenis situasi yang mungkin dan tidak mungkin di dunia. 116. Isigili Sutta: Kerongkongan Para Petapa. Suatu daftar nama

dan gelar para paccekabuddha yang pernah menetap di Gunung Isigili.

117. Mahācattārisaka Sutta: Empat Puluh Besar. Sang Buddha mendefinisikan faktor-faktor Jalan Mulia Berunsur Delapan dan menjelaskan hubungannya satu sama lain.

118. Ānāpānasati Sutta: Perhatian pada Pernafasan. Suatu pembabaran atas enam belas langkah dalam perhatian pada pernafasan dan hubungan antara meditasi ini dengan empat landasan perhatian dan tujuh faktor pencerahan. 119. Kāyagatāsati Sutta: Perhatian pada Jasmani. Sang Buddha

menjelaskan bagaimana perhatian pada jasmani harus dikembangkan dan dilatih dan manfaat-manfaat yang dihasilkan.

120. Sankhārupapatti Sutta: Kemunculan Kembali Melalui

Aspirasi. Sang Buddha mengajarkan bagaimana seseorang dapat terlahir kembali sesuai keinginannya.

121. Cūḷasuññata Sutta: Khotbah Pendek tentang Kekosongan.

Sang Buddha mengajarkan kepada Ānanda tentang jalan masuk ke dalam kekosongan, yang asli, tidak menyimpang, dan murni.

122. Mahāsuññata Sutta: Khotbah Panjang tentang Kekosongan.

Melihat bahwa para bhikkhu mulai menyukai pergaulan sosial, Sang Buddha menekankan perlunya keterasingan untuk berdiam di dalam kekosongan.

123. Acchariya-abbhūta Sutta: Mengagumkan dan Menakjubkan. Dalam suatu pertemuan para bhikkhu Yang Mulia Ānanda menceritakan peristiwa-peristiwa mengagumkan dan menakjubkan menjelang dan pada saat kelahiran Sang Buddha.

124. Bakkula Sutta: Bakkula. Siswa senior Bakkula menguraikan

praktik kerasnya selama delapan puluh tahun dalam Sangha dan memperlihatkan kematian yang luar biasa.

125. Dantabhūmi Sutta: Tingkatan Kejinakan. Melalui analogi

menjinakkan gajah, Sang Buddha menjelaskan bagaimana Beliau menjinakkan para siswaNya.

126. Bhūmija Sutta: Bhūmija. Sang Buddha menguraikan serangkaian perumpamaan untuk mengilustrasikan buah alami dari Jalan Mulia Berunsur Delapan.

127. Anuruddha Sutta: Anuruddha. Yang Mulia Anuruddha menjelaskan perbedaan antara kebebasan pikiran yang tanpa batas dan kebebasan pikiran yang luhur.

128. Upakkilesa Sutta: Ketidak-sempurnaan. Sang Buddha

membahas berbagai rintangan pada kemajuan meditatif yang Beliau alami selama pencarian pencerahanNya, dengan referensi khusus pada mata dewa.

129. Bālapaṇḍita Sutta: Orang Dungu dan Orang Bijaksana.

Penderitaan neraka dan alam binatang di mana si dungu terlahir kembali karena perbuatan-perbuatan jahatnya, dan

kenikmatan surgawi yang dipetik oleh orang bijaksana karena perbuatan-perbuatan baiknya.

130. Devadūta Sutta: Utusan Surgawi. Sang Buddha

menjelaskan penderitaan-penderitaan neraka yang menanti para pelaku kejahatan setelah kematian mereka.

131. Bhaddekaratta Sutta: Satu Malam Yang Baik.

132. Ānandabhaddekaratta Sutta: Ānanda dan Satu Malam Yang

Baik.

133. Mahākaccānabhaddekaratta Sutta: Mahā Kaccāna dan Satu

Malam Yang Baik.

134. Lomasakangiyabhaddekaratta Sutta: Lomasakangiya dan

Satu Malam Yang Baik.

Empat sutta di atas semuanya berkembang di sekitar syair yang diucapkan oleh Sang Buddha yang menekankan perlunya usaha saat ini dalam mengembangkan pandangan terang ke dalam segala sesuatu sebagaimana adanya. 135. Cūḷakammavibhanga Sutta: Pembabaran Singkat tentang

Perbuatan. Sang Buddha menjelaskan bagaimana kamma mempengaruhi keberuntungan dan ketidak-beruntungan makhluk-makhluk.

136. Mahākammavibhanga Sutta: Pembabaran Panjang tentang Perbuatan. Sang Buddha mengungkapkan kompleksitas halus dalam bekerjanya kamma yang membalikkan dogma sederhana dan generalisasi luas.

137. Saḷāyatanavibhanga Sutta: Penjelasan tentang Enam

Landasan. Sang Buddha menjelaskan enam landasan indria internal dan eksternal dan topik-topik lainnya yang berhubungan.

138. Uddesavibhanga Sutta: Penjelasan suatu Ringkasan. Yang

Mulia Mahā Kaccāna membabarkan ucapan singkat Sang Buddha tentang latihan kesadaran dan penanggulangan gejolak.

139. Araṇavibhanga Sutta: Penjelasan tentang Tanpa-Konflik.

Sang Buddha membabarkan khotbah terperinci tentang hal- hal yang mengarah pada konflik dan yang menghindari konflik.

140. Dhatuvibhanga Sutta: Penjelasan tentang Unsur-unsur.

Mampir di rumah kerja seorang pengrajin tembikar untuk bermalam, Sang Buddha bertemu dengan seorang bhikkhu bernama Pukkusāti dan membabarkan khotbah mendalam tentang unsur-unsur yang memuncak dalam empat landasan Kearahantaan.

141. Saccavibhanga Sutta: Penjelasan tentang Kebenaran- kebenaran. Yang Mulia Sāriputta membabarkan analisis terperinci tentang Empat Kebenaran Mulia.

142. Dakkhiṇāvibhanga Sutta: Penjelasan tentang Persembahan.

Sang Buddha membabarkan empat belas jenis persembahan kepada pribadi dan tujuh jenis persembahan kepada Sangha.

143. Anāthapiṇḍikovāda Sutta: Nasihat kepada Anāthapiṇḍika.

Yang Mulia Sāriputta diminta untuk mendatangi ranjang kematian Anāthapiṇḍika dan membabarkan khotbah yang mengguncang tentang ketidak-melekatan.

144. Channovāda Sutta: Nasihat kepada Channa. Yang Mulia

Channa, yang sedang sakit keras, membunuh diri walaupun kedua bhikkhu bersaudara menghalanginya.

145. Puṇṇovāda Sutta: Nasihat kepada Puṇṇa. Bhikkhu Puṇṇa menerima nasihat singkat dari Sang Buddha dan memutuskan untuk pergi menetap di antara orang-orang kejam di wilayah jauh.

146. Nandakovāda Sutta: Nasihat kepada Nandaka. Yang Mulia

Nandaka membabarkan khotbah kepada para bhikkhunī tentang ketidak-kekalan.

147. Cūḷarāhulovāda Sutta: Khotbah Pendek Nasihat kepada

Rāhula yang mengarahkannya pada pencapaian Kearahantaan.

148. Chachakka Sutta: Enam Kelompok Enam. Suatu khotbah

yang sangat mendalam dan menembus tentang perenungan semua faktor-faktor pengalaman indria sebagai tanpa-diri.

149. Mahāsaḷāyatanika Sutta: Enam Landasan Besar. Bagaimana pandangan salah tentang enam jenis pengalaman indria dapat mengarah pada keterikatan di masa depan, sedangkan pandangan benar tentangnya akan mengarahkan menuju kebebasan.

150. Nagaravindeyya Sutta: Kepada Penduduk Nagaravinda.

Sang Buddha menjelaskan kepada sekelompok brahmana perumah-tangga tentang jenis petapa dan brahmana yang harus dihormati.

151. Piṇḍapātapārisuddhi Sutta: Pemurnian Dana Makanan.

Sang Buddha mengajarkan Sāriputta tentang bagaimana seorang bhikkhu melihat dirinya sendiri agar menjadikan dirinya layak menerima dana makanan.

152. Indriyabhāvana Sutta: Pengembangan Indria-Indria. Sang Buddha menjelaskan pengembangan pengendalian tertinggi atas organ-organ indria dan penguasaan Arahant atas persepsi-persepsi.

Peta India tengah dan timur yang menunjukkan beberapa nama tempat penting yang disebutkan dalam Tipiṭaka Kanon Pāli dengan nama sekarang di dalam tanda kurung (sumber:

Cambridge History of India, vol. 1 map 5; T. W. Rhys Davids, Buddhist India).