• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN UKURAN

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 35-39)

35 3.5. TATA CARA PENULISAN

3.5.1. BAHAN DAN UKURAN

3.5. TATA CARA PENULISAN

Tata cara penulisan meliputi: bahan dan ukuran, pengetikan, penomoran, tabel dan gambar, bahasa, dan penulisan nama.

3.5.1. BAHAN DAN UKURAN

Bahan dan ukuran naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada sampul, dan ukuran diuraikan berikut ini.

a. Naskah

Naskah dibuat di atas kertas Kwarto HVS 70 gr/m2 dan tidak bolak-balik.

b. Sampul

Sampul dibuat dari kertas bufalo atau yang sejenis dan sedapat-dapatnya diperkuat dengan jilidan (soft atau hard cover). Tulisan yang tercetak warna hitam.

c. Ukuran

Ukuran kertas sebaiknya kwarto (21,5 cm x 28 cm).

3.5.2. PENGETIKAN

Pada pengetikan disajikan jenis huruf, bilangan dan satuan, jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, alinea baru, permulaan kalimat, judul dan sub judul, perincian ke bawah dan letak simetris.

a. Jenis huruf

1. Naskah diketik dengan huruf Time New Roman atau bookman old style (ukuran 12 point) dan untuk seluruh naskah harus dipakai jenis huruf yang sama.

2. Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik harus ditulis

dengan rapi memakai tinta hitam.

b. Bilangan dan satuan

1. Bilangan nol sampai sepuluh kecuali untuk hitung-menghitung diketik dengan huruf, bilangan 11 ke atas diketik dengan angka, kecuali jika terdapat pada permulaan kalimat, maka bilangan itu harus dieja, misalnya :

(awal kalimat) Sebelas keluarga... bukan 11 keluarga. Bilangan di tengah atau akhir kalimat ditulis dengan bilangan.

2. Bilangan desimal ditandai dengan koma bukan dengan titik, misalnya berat telur 50,50g. Ditulis 2 angka di belakang koma.

3. Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik dibelakangnya,

misalnya m, g, kg, cal. c. Jarak baris

Jarak antara 2 baris dibuat 2 atau 1,5, spasi, kecuali abstraksi, kutipan langsung, judul tabel dan gambar yang lebih dari satu baris, dan daftar pustaka, yang diketik dengan jarak 1 spasi ke bawah.

d. Batas tepi

batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas, diatur sebagai berikut. - tepi atas : 4 cm,

- tepi bawah : 3 cm, - tepi kiri : 4 cm, - tepi kanan : 3 cm. e. Pengisian ruangan

Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan harus mulai dari batas tepi kiri sampai ke batas tepi kanan dan jangan sampai ada ruangan yang terbuang-buang, kecuali akan mulai dengan alinea baru, persamaan, tabel, gambar, judul subbab, atau hal-hal yang khusus.

f. Alinea baru

Alinea baru dimulai pada ketikan yang ke-6 dari batas tepi kiri.

6. Permulaan kalimat

Bilangan, lambang, atau kimia yang memulai suatu kalimat harus dieja, misalnya: Sepuluh kaum muda.

36

a. Judul bab harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua dan diatur supaya simetris, dengan jarak 4 cm tepi atas tanpa diakhiri dengan titik. b. Judul subbab semua kata dimulai dengan huruf besar (kapital), kecuali

kata penghubung dan kata depan, dan semua dicetak tebal atau diberi garis bawah tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah judul anak subbab dimulai dengan alinea baru.

c. Judul anak subbab diketik dari mulai tepi kiri dan dicetak tebal atau diberi garis bawah, tetapi hanya huruf yang pertama saja yang berupa huruf besar, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah judul anak subbab dimulai dengan alinea baru.

d. Judul anak subbab ditulis mulai dari ketikan ke-6 diikuti dengan titik dan dicetak tebal atau diberi garis bawah. Kalimat pertama yang menyusul kemudian, diketik terus ke belakang dalam satu baris dengan subjudul anak subbab. Kecuali itu subjudul anak subbab dapat juga ditulis langsung berupa kalimat, tetapi yang berfungsi sebagai subjudul ditempatkan paling depan dan dicetak tebal atau diberi garis bawah.

2. Perincian ke bawah

Jika pada penulisan naskah ada perincian yang harus disusun ke bawah, pakailah nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian. Penggunaan garis penghubung (-) atau titik tebal(.) yang ditempatkan di depan perincian tidak dibenarkan.

3. Letak simetris

Gambar, tabel, persamaan, judul bab dan judul subbab ditulis simetris terhadap tepi kiri dan kanan pengetikan.

4. Penomoran

Bagian ini dibagi menjadi penomoran halaman, tabel, gambar, dan persamaan.

a. Halaman

1. Bagian awal laporan penelitian, mulai dari halaman judul sampai ke

daftar singkatan, diberi nomor halaman dengan angka romawi kecil (i,ii,iii,... dst...).

2. Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari pendahuluan (Bab I) sampai ke halaman terakhir, memakai angka Arab sebagai nomor halaman (1,2,3, ...,dst...).

3. Nomor halaman ditempatkan di bagian bawah secara simetris, kecuali

ada judul atau bab halaman itu tidak pelu diberi nomor halaman.

b. Tabel

Tabel diberi nomor urut dengan angka Arab.

c. Gambar

Gambar (termasuk bagan, grafik, potret foto, peta) diberi nomor dengan angka Arab.

d. Persamaan

Nomor urut persamaan yang berbentuk rumus matematika, reaksi kimia, dan lain-lainnya ditulis dengan angka Arab di dalam kurung dan ditempatkan di dekat batas tepi kanan.

5. Tabel dan Gambar

a. Tabel

1. Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel, tanpa diakhiri dengan titik.

2. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali kalau memang panjang sehingga

tidak mungkin diketik dalam 1 halaman. Pada halaman lanjutan tabel, dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan, tanpa judul.

3. Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara yang satu dengan yang lain cukup tegas.

4. Kalau tabel lebih besar dari ukuran kertas sehingga harus dibuat memanjang kertas, maka bagian atas tabel harus diletakkan di sebelah kiri kertas.

5. Di atas dan di bawah tabel dipasang garis batas agar terpisah dari uraian pokok dalam makalah.

37

7. Tabel yang lebih dari 2 halaman atau yang harus dilipat, ditempatkan pada lampiran.

b. Gambar

1. Bagan, grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan).

2. Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan simetris di bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.

3. Gambar tidak boleh dipenggal

4. Keterangan gambar dituliskan pada tempat-tempat yang lowong di dalam gambar, tetapi jangan pada halaman lain.

5. Bila gambar ditulis melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian atas gambar harus diletakkan di sebelah kiri kertas.

6. Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahakan supaya sewajar-wajarnya (jangan terlalu kurus atau terlalu gemuk).

7. Skala pada grafik harus dibuat agar mudah dipakai untuk

mengadakan interpolasi atau ekstrapolasi.

8. Bagan dan grafik dibuat dengan tinta hitam/tinta Cina yang tidak larut dalam air, dan garis lengkung grafik dibuat dengan bantuan kurve Perancis (French curve) atau dengan batang plastik yang dapat dibengkokkan sesuai dengan lengkungan yang akan dibuat.

9. Letak gambar diatur supaya simetris.

6. Bahasa

a. Bahasa yang dipakai

Bahasa yang dipakai ialah bahasa Indonesia yang baku (ada subjek dan predikat dan supaya lebih sempurna, ditambah dengan objek dan keterangan).

Ejaan sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

b. Bentuk kalimat

Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, aku, engkau, dan lain-lain), tetapi dibuat berbentuk pasif. Pada penyajian ucapan terima kasih pada kata pengantar, sebaiknya menggunakan kata ‘peneliti’.

c. Istilah

1. Istilah yang dipakai ialah istilah Indonesia atau yang sudah diindonesiakan.

2. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, maka dicetak dengan huruf miring dan diberi tafsiran arti. Contoh setting (latar).

3.5.3. PENGUTIPAN

Penulisan nama mencakup cara pengutipan, nama penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dari 1 kata, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.

a. Cara pengutipan dan penulisan nama sumber penuis

Pengutipan ada dua cara pengutipan langsung dan pengutipan tidak langsung (parafrase). Penulisan nama sumber penulis hanya nama akhir atau nama besar (family/marga).

Pengutipan langsung

Pengutipan langsung kurang dari 5 baris ditulis seperti biasa (2 spasi) dengan menggunakan tanda petik atau ditulis miring. Kalau lebih 5 baris maka penulisannya 1 spasi menjorok ke dalam dari tepi kiri dengan menggunakan tanda (lihat contoh).

Misalnya kita memakai sumber dari Howard Clinebell, 2002, Tipe-tipe Pendampingan dan Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius.

38

Menurut Clinebel (2002:32): “penggembalaan dan konseling pastoral adalah pemanfaatan hubungan seseorang dan orang lainnya di dalam pelayanan. Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu orang lainnya.”

Misalnya kita memakai sumber dari Amir Tengku Ramli, 2005, Menjadi Guru Kaya, Bekasi:Pustaka Inti

Contoh kutipan langsung lebih dari lima baris: Selanjutnya Ramli (2005:37) mengatakan:

“Guru kaya, secara pribadi akan tergambar oleh lima kualitas dirinya sebagai manusia, yaitu: kualitas iman dan taqwa, kualitas pola pikir, kualitas proses mengajar, kualitas hasil pengajaran dan kualitas hidup pribadi. Untuk itu seorang guru memperhatikan lima ini sebagai satu kesatuan yang simultan, tidak menekankan pada satu aspek satu ”

Kalau sumber acuan ada dua penulis maka yang dicantumkan adalah nama besar dua nama tersebut.

Pengutipan tidak langsung

Pengutipan tidak langsung disebut parafrase, artinya menggunakan kutipan dari sumber acuan namun tidak dikutip kata perkata tetapi dengan menggunakan bahasa dari penulis yang mengutip. Gagasan-gagasan hasil pengolahan penulis yang mengutip tidak dibubuhi tanda petik atau cetak miring. Cara penulisan nama sumber penulis ditempatkan pada bagian akhir kalimat atau paragraf. Tiketik seperti biasa 2 spasi. Misalnya kita menggunakan sumber buku dari Thomas P. Sweetser, S.J., 2005, The Parish as Covenant A Call to Pastoral Partnership, Dioma: Malang.

Pengutipan menjadi:

(Gagasan-gagasan yang diolah sendiri oleh penulisi)

...(Sweetser, 2005:31-32).

b. Nama penulis yang harus diacu dalam uraian dari dua.

Hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan diikuti dengan et.al

atau dkk.

Contoh:

Kita memakai sumber dari penulis Meisel, S. Ivancevich, McCullough, J.Parker, Leckhaler, C.Heinz, and Weisz, P.Nollan, Gerard Weil (1990) Maka penulisannya menjadi:

Meisel, et. al (1990:32) mengatakan : “...” Atau

Meisel, dkk (1990:32) mengungkapkan bahwa...

c. Apabila nama penulis/pengarang dan tulisannya ada dalam satu sumber yang dikumpulkan atau diedit oleh penulis yang lain, maka nama penulis arikel yang dicantumkan dengan tetap mencantumkan nama editor.

Misalnya kita memakai sumber dari Steward Hiltner, Pengantar untuk Teologi Pastoral, di mana tulisannya ini ada dalam buku dari Prof Tjaard. G. Hommes Th.D., dan E. Gerrit Singgih, Ph.D., 1992, Teologi dan Praksis Pastoral antologi Teologi Pastoral, Yogjakarta: Kanisius.

Contoh pengutipan langsung:

Steward Hiltner (dalam Hommes dan Singgih, 1992:72) mengatakan:

“Sejak zaman Reformasi istilah, pastoral. Dipakai dalam dua pengertian. Sejak buku Zwingli , ‘Gembala’ (The Shepherd), ‘pastoral’ dipakai sebagai kata sifat dari kata benda ‘pastor’. Apapun yang dilakukan oleh pastor atau gembala adalah tindakan penggembalaan. Fungsinya mengikuti profesinya. Tersimpul segala sesuatu yang dilakukan oleh orang yang disebut ‘pastor’ itulah muncul pengertian Penggembalaan.”

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 35-39)

Dokumen terkait