• Tidak ada hasil yang ditemukan

59 D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 59-62)

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, yaitu sebagai berikut:

1. Guru dapat memperoleh gambaran tentang pembelajaran Pendidikan Agama Katolik

yang efektif, menyenangkan dan menggembiakan.

2. Guru dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas, sekaligus mencari

jalan pemecahannya.

3. Guru dapat menyusun program peningaktan efektivitas pembelajaran Pendidikan

Agama Katolik pada tahap berikutnya. Manfaat penelitian ini bagi siswa:

1. Meningkatkan minat dan motivasi serta prestasi belajar.

2. Meningkatkan aktifitas dan semangat kooperatif dalam belajar dan dalam

kebersamaan di kelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMAHAMAN TENTANG PENELITIAN TINDAKAN 1) Pengertian dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolahnya tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

Gwynn Mettetal (1998) mengatakan: “Classroom Action Research is research designed to help a teacher find out what is happening in his or her classroom, and to use that information to make wise decisions for the future. Methods can be qualitative or quantitative, descriptive or experimental.” (From Wikipedia, the free encyclopedia).

Dalam pengertian tersebut mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai penelitian untuk membantu guru mengetahui apa yang terjadi dalam kelas mereka dan menggunakan semua informasi yang didapat untuk membuat keputusan yang bijaksana untuk masa depan. Metode yang dapat dipergunakan dapat menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, atau eksperimen.

Penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Kegiatan penelitian dilakukan oleh guru dalam kelas tempat mengajarnya untuk penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Aqib, 2006:13; Susilo, 2007:16).Tujuan PTK pada umumnya adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan keterampilan guru dan menumbuhkan budaya meneliti pada guru.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi empat aspek, yakni: perencanaan, tindakan, obsevari dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya.

2) Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Dalam perkembangan penelitian tindakan sedikitnya dikenal empat model penelitian tindakan sesuai dengan nama pengembangnya, yakni model Kurt Lewin, model Kemmis & Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model Mc Kernan (Sukardi, 2003:214-218; Aqib, 2006:21-4).

a) Model Kurt Lewin

Sudah dikemukakan bahwa riset tindakan pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni

60

perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

Oleh Ernest T. Stringer (1996) model Kurt Lewin dielaborasi menjadi tiga langkah yakni perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing) dan penelitian (evaluating).

Gambar 2.1 PTK Model Kurt Lewin

b) Model Kemmis & Taggart

Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt Lewin dalam suatu sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan

(planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Namun yang membedakan dengan Kurt Lewin adalah sesudah suatu siklus selesai, yakni sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri, demikian seterusnya dengan beberapa kali siklus. Model Kemmis & Taggart dapat digambarkan sebagai berikut:

c) Model Ebbut

Model Ebbut terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama, ide awal kembangkan menjadi langkah tindakan pertama, kemudian tindakan pertama tersebut dimonitor implementasi pengaruhnya terhadap subjek yang diteliti. Semua akibatnya dicatat secara sistematis termasuk keberhasilan dan kegagalan yang terjadi. Catatan monitoring tersebut digunakan sebagai bahan revisi rencana umum tahap kedua.

Tingkat kedua, rencana umum hasil revisi dibuat langkah tindakannya, kemudian laksanakan, monitor efek tindakan yang terjadi pada subjek yang diteliti, dokumentasikan efek tindakan tersebut secara detail dan digunakan sebagai bahan untuk masuk pada langkah ketiga.

Tingkat ketiga, tindakan seperti yang dilakukan pada tingkat sebelumnya, dilakukan, didokumentasikan efek tindakan, kemudian kembali ke tujuan umum penelitian tindakan untuk mengetahui apakah permasalahan yang telah dirumuskan dapat terpecahkan.

Gambar 2.2 Siklus Model Kemmis

PLAN PLAN PLAN

Observasi

Reflektif

act

Reflektif

Observasi

act

PLAN

REVISED PLAN REVISED PLAN

Observasi

Reflektif

act

Reflektif

Observasi

act

61

Tabel 2.1 Siklus Model Ebbut

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3

- Ide awal, identifikasi per masalahan, tujuan & manfaat

- Langkah tindakan

- Monitor ing efek tindakan

- Revisi r encana umum

- Langkah tindakan

- Monitor ing efek tindakan sebagai bahan untuk masuk ke tingkatan ketiga

- Revisi r encana umum

- Rencana diper baiki

- Langkah tindakan

- Monitor ing efek tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan penelitian

d) Model Elliot

Model ini dikembangkan oleh Elliot & Edelman. Mereka mengembangkan model dari Kemmis, dibuat lebih rinci pada setiap tingkatannya, agar lebih memudahkan dalam tindakannya. Proses yang telah dilaksanakan dalam semua tingkatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan penelitian.

Dalam penelitian tindakan model Elliot, setelah ditemukan ide dan permasalahan yang menyangkut dengan peningkatan praktis maka dilakukan tahapan reconnaisance atau peninjauan ke lapangan. Tujuan peninjauan adalah untuk melakukan semacam studi kelayakan untuk mensinkronkan antara ide utama dan perencanaan dengan kondisi lapangan, sehingga diperoleh perencanaan yang lebih efektif dan dibutuhkan subjek yang diteliti.

Setelah diperoleh perencanaan yang baik dan sesuai dengan keadaan lapngan maka tindakan yang terencana dan sistematis dapat diberikan kepada subjek yang diteliti. Pada akhir tindakan, peneliti melakukan kegiatan monitoring terhadap efek tindakan yang mungkin berupa keberhasilan dan hambatan disertai dengan faktor-faktor penyebabnya. Atas dasar hasil monitoring tersebut, peneliti dapat menggunakannya sebagai bahan perbaikan yang dapat diterapkan pada langkah tindakan kedua dan seterusnya sampai diperoleh informasi atau kesimpulan tentang apakah permasalahan yang telahdirumuskan dapat dipecahkan.

e) Model McKernan

Pada model McKernan, ide umum telah dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasinya permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian kebutuhan subjek dan dinyatakannya hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah di dalam setiap tingkatan atau daur. Setiap daur tindakan yang ada selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai. Jika ternayata sudah dapat memecahkan masalah maka penelitian dapat diakhiri. Pabila belum dapat memecahkan permasalahannya maka peneliti dapat masuk pada tingkat berikutnya. Siklus model Mc Kernan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.3. Siklus Model Elliot

Ide utama Peninjauan Perencanaan

62

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 59-62)

Dokumen terkait