• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.4 Siklus Model McKernan Daur 1

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 48-52)

Hasil Identifikasi permasalahan Evaluasi tindakan1

Tindakan 1

Impliksi tindakan 1 Penilaian kebutuhan Hipotesis ide

Daur 1

Penetapan hasil 2 Redefinisi permasalahan Revaluasi tindakan 2 Penilaian kebutuhan Impliksi tindakan 2 Hipotesis ide

Tindakan 1

Daur n

49

 Riset tindakan dapat disebut teorisasi praktek karena menemukan teori dari praktek lapangan.

 Riset tindakan membantu praktisi menjadi kritis terhadap prakteknya. Praktisi

merefleksikan dan mengevaluasi apa yang dilakukan dan mengembangkan yang perlu dimajukan.

5) Kegunaan Penelitian Tindakan

Kegunaan riset tindakan dalam lingkup pendidikan (Soeparno, 2008:22-24), antara lain:

 Memecahkan persoalan pendidikan yang dihadapi guru dan sekolah.

 Membantu guru untuk merefleksikan kembali pekerjaannya sehari-hari sebagai

pendidik dan pengajar.

 Guru dapat menguji-coba metode-metode baru dan dapat melihat apakah efektif

membantu siswa.

 Guru lebih percaya mengadakan perbaikan karena berdasarkan riset dan

mengadakan perubahan yang konkrit dan lebih yakin akan profesinya.

 Melibatkan guru dalam pengajaran secara profesional di sekolah, dalam lingkup

ilmiah dan wawasan menjadi lebih luas dan mendalam.

 Guru dapat terlibat dalam pengambilan keputusan & kebijakan sekolah berdasarkan riset mereka.

 Guru secara nyata dapat mengembangkan mutu pendidikan dan menjadi

sumbangsi yang berguna untuk peningkatan mutu pendidikan secara lebih luas.

 Model riset tindakan dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan

model pendekatan problem solving.

B. MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

Pembelajaran konstruktivisme (constructivist Theories of Learning) adalah model pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks.

Di bawah ini beberapa hal sehubungan dengan pemecahan masalah belajar sebagai implikasi dari teori konstruktivisme (Aqib:2006:131-132).

1) Belajar adalah Proses Pemaknaan Informasi Baru

Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. Implikasi terhadap pembelajaran atau evaluasi, yaitu:

 Dorongan munculnya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari.

 Dorongan munculnya divergent, kaitan dan pemecahan ganda, bukan hanya ada satu jawaban yang benar.

 Dorongan munculnya berbagai jenis luapan pikiran/aktivitas, seperti main peran, debat dan pemberian penjelasan kepada teman.

 Tekanlah pada keterampilan berpikir kritis seperti analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi dan menghipotesis.

 Kaitan informasi baru ke pengalaman pribadi atau ke pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.

 Gunakan informasi pada situasi baru.

2) Strategi Belajar

Strategi yang dipakai siswa dalam belajar akan menentukan proses dan hasil belajarnya. Implikasinya terhadap pembelajaran atau evaluasi, yaitu:

 Berikan kesempatan untukmenerapkan cara perpikiryang paling cocok dengan dirinya.

 Beri kesempatan kepada siswa melakukan evaluasi diri tentang cara berpikirnya, belajarnya dan mengapa ia menyukai tugas tertentu.

50

3) Perbedaan Model Behavioristik dan Konstruktivistik

Menurut Gedeng (2001) dalam Aqib (2001:132) terdapat komparasi mendasar antara pembelajaran model behavioristik dengan konstruktivistik. Belajar menurut model

behavioristik adalah memperoleh pengetahuan, sedangkan mengajar adalah

meningkatkan pengetahuan kepada yang belajar. Belajar menurut model kosntruktivistik adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interkasi. Sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar pembelajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakpastian.

Skema pelaksanaan pembelajaran model konstruktivistik dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.2. Skema pembelajaran Model Konstruktivistik

TAHAP I TAHAP II TAHAP III

 Pembelajar an kelompok

 Penyampaian mater i dan masalah dar i gur u

 Siswa memilih sendir i masalah untuk kelompoknya

 Siswa ber diskusi dengan kelompoknya

 Setiap siswa har us menguasai hasil pembahasannya

 Penyampaian hasil dis kus i kelompok pada kelas

 Siswa kelompok lain member i tanggapan

Dalam proses pembelajaran model konstruktivistik, guru berfungsi sebagai fasilitator yang selalu mendampingi kegiatan masing-masing kelompok sekaligus mengarahkan bila terjadi penyimpangan jalannya diskusi.

C. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Mata pelajaran Pendidikan Agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada semua jenjang pendidikan bagi siswa. Menurut Komisi Katektik KWI ada beberap hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik (KWI, 2007:5-9).

1) Kompetensi Dasar dalam Kurikulum PAK

Berdasarkan pandangan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka dalam setiap pembelajaran yang menjadi perhatian bukan pada materi, akan tetap pada kompetensi. Seorang siswa dianggap berkompeten apabila:

 Ia mampu menguasai ajaran imannnya, menginterpretasikan, menganalisis dan

membuat sintesis-sintesis daripadanya secara bertanggung-jawab (know how, know

why).

 Ia mampu bertindak, berbuat sesuai dengan ajaran imannya (know to do).

 Ia mampu berperilaku dan berkembang dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (to be).

 Ia dapat hidup mengumat dan memasyarakat sesuai dengan ajaran imannya (to live

together).

Kompetensi persatuan jenjang pendidikan tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

1. Memahami diri dan lingkungan sebagai kurnia Tuhan dan mensyukurinya dengan doa, naynyian dan perbuatan-perbuatan nyata.

2. Memahami, mengimani dan mencintai Allah sebagai Bapa Pencipta dan

Penyelenggara seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan diwartakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru.

3. Memahami, mengaggumi dan meneladan Yesus Kristus seperti yang dikisahkan

dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.

4. Memahami dan mengimani Roh kudus yang diutus oleh Yesus sebagai jiwa gereja.

5. Memahami dan menghayati hidup menggereja dan merayakan

sakramen-sakramennya dengan benar.

2) Pola atau Pendekatan PAK

Kurikulum Pendidikan Agama Katolik adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dasar siswa. Maka pendekatan yang dipakai hendaknya menunjang kompetensi siswa itu sendiri, yakni:

51

 Memungkinkan siswa untuk aktif. Dia menjadi partisipan aktif dalam proses PAK.

 Kalau siswa menjadi partisipan, maka diandaikan dalam proses PAK ada interaksi

antarsiswa serta antara siswa dan guru.

 Interkasi yang terjadi hendaknya terarah, sehingga diandaikan ada suatu proses yang berkesinambungan.

 Interkasi yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan

mengapliasikan ajaran iman dalam hidup nyata sehingga ia menjadi semakin beriman.

Pendekatan atau pola yang dipakai dapat dikatakan pendekatan atau pola interkasi (komunikasi) aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran imannya dalam hidup nyata. Dapat disebut juga pola eksploratif atau inquiry (discovery method).

Pendekatan/pola ini hendaknya dijabarkan dalam pelbagai metode di mana siswa sungguh-sungguh berpartisipasi aktif. Metode-metode itu antara lain:

1. Metode dialog-partisipatif. Metode ini mendorong siswa untuk kreatif, kritis,

amndiri dan terampil berkomunikasi. Metode ini dapat

dijabarkan/dikonkretkan dalam kegiatan-kegiatan seperti: diskusi kelompok dan pleno, sharing pengalaman iman, wawancara, dramatisasi, dinamika kelompok, dan sebagainya.

2. Metode Naratif (eksperiential). Metode naratif eksperiential merupakan

metode yang memakai cerita sebagai bahan utama yang dapat berbentuk cerita rakyat, cerita sufi, cerita kehidupan dan cerita kanonik.

3) Materi PAK

Materi Pendidikan Agama Katolik mengandung empat dimensi atau aspek ajaran iman, yaitu:

a. Dimensi atau aspek pribadi siswa, termasuk relasinya dengan sesasma dan lingkungan hidupnya. Materi PAK mau tidak mau harus menyentuh pribadi siswa dan pengalaman hidupnya.

b. Dimensi diri dan pribadi Yesus Kristus. Dia adalah pribadi penentu dalam ajaran iman Kristiani. Kekhasan ajaran iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus.

c. Dimensi gereja. Gereja sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang

melanjutkan karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang dalam persekutuan ini.

d. Dimensi kemasyarakatan. Kehidupasn Yesus dan Gerejan-Nya bukan untuk

diri-Nya, tetapi untuk dunia. Maka, dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi pendidikan agama Katolik.

D. MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

Media pembelajaran PAK adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran iman Katolik oleh guru dan siswa sehingga dapat semakin dipahami, dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Media pembelajaran PAK dapat digolongkan dalam tiga bentuk yakni: media visual, audio dan audioisual/proyeksi (Runtuwene, 2009:7). Media visual antara lain: gambar (gambar diam, cerita bergambar, gambar bergerak, foto, sketsa, peta). Media audio antara lain: tape recorder, piringan hitam, pita kaset, rekaman suara, radio). Media audio visual antara lain: televisi, video, komputer, CD/LCD, film.

3. METODOLOGI A. OBJEK TINDAKAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah sebagai berikut:

- Minat siswa untuk belajar menemukan sendiri.

- Kerja-sama dalam mengkomunikasikan hasil belajaranya, dan

- Keaktifan dan sikap kooperatif siswa selama mengikuti pembelajaran.

52

Dalam dokumen Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan id (Halaman 48-52)

Dokumen terkait