• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahaya-bahaya yang berkenaan dengan kehidupan saat in

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 124-128)

Pergi Berlindung

I. Alasan-Alasan untuk Mengambil Perlindungan

1. Bahaya-bahaya yang berkenaan dengan kehidupan saat in

A. Aspek objektif. Bahaya yang paling nyata yang menghadang

kita adalah kerapuhan dari tubuh fisik kita dan material-material

pendukungnya. Sejak saat kita dilahirkan, kita mengalami penyakit, kecelakaan, dan luka-luka. Alam menyulitkan kita

dengan bencana-bencana seperti gempa bumi dan banjir, keberadaan bermasyarakat menyulitkan kita dengan kejahatan,

eksploitasi, penindasan, dan ancaman perang. Peristiwa- peristiwa di bidang politik, sosial, dan ekonomi jarang

berlangsung lama tanpa meletus menjadi krisis. Usaha-usaha pada reformasi dan revolusi selalu berakhir dengan mengulang cerita lama yang sama tentang stagnasi, kekerasan, dan

kekecewaan yang membuntutinya. Bahkan pada masa-masa

yang relatif damai, ketenteraman hidup kita tidak pernah cukup sempurna. Sesuatu atau yang lainnya selalu seperti keluar dari fokus. Halangan yang tiba-tiba dan situasi yang sulit mengikuti satu dan lainnya tanpa henti.

Walaupun kita mungkin cukup beruntung untuk meloloskan diri dari kesengsaraan-kesengsaraan yang hebat, ada satu hal yang tidak dapat kita hindari. Hal ini adalah kematian. Kita pasti mengalami kematian, dan dengan seluruh kekayaan, keahlian, dan kekuatan kita, kita tetap tidak berdaya berdiri di hadapan kematian kita yang tak terelakkan. Kematian membebani kita

sejak kita terlahir. Setiap momen membawa kita semakin dekat

dengan yang tidak terelakkan. Sepanjang kita terseret, merasa aman di tengah-tengah kenyamanan kita, kita seperti seseorang

yang berjalan melintasi danau yang beku, mempercayai bahwa dirinya aman sementara es di bawahnya meretak.

Bahaya-bahaya yang bergelantungan di atas kita dibuat menjadi lebih rumit lagi dengan segi ketidakpastiannya. Kita tidak memiliki pengetahuan kapan bahaya-bahaya tersebut akan terjadi. Apabila kita mengetahui kekacauan akan melanda, kita dapat paling tidak bersiap-siap sebelumnya untuk pasrah dengan tabah. Akan tetapi, kita tidak memperoleh meski hanya tepiannya sekalipun tentang masa depan. Karena kita kekurangan pengetahuan tentang masa depan itu, harapan- harapan kita berdiri tegak, momen demi momen, ditemani

Pergi Berlindung

dengan firasat samar bahwa kapan pun, dalam sekejap,

harapan-harapan tersebut dapat tiba-tiba hancur berkeping- keping. Kesehatan kita mungkin diserang oleh penyakit, bisnis

kita gagal, teman-teman kita berbalik melawan kita, orang-

orang yang kita cintai meninggal dunia – kita tidak tahu. Kita

tidak memiliki jaminan bahwa nasib-nasib sial tersebut tidak

akan datang menghampiri kita. Bahkan kematian hanyalah

pasti dalam batasan bahwa kita dapat yakin ia pasti menyerang.

Tepatnya kapan ia akan menyerang tetaplah tidak pasti.

B. Aspek Subjektif. Kesengsaraan-kesengsaraan yang baru saja digambarkan di atas hanyalah segi-segi objektif yang sudah ada dalam keadaan dunia. Pada satu sisi terdapat malapetaka, krisis, dan situasi sulit, pada sisi lainnya terdapat ketidakpastian yang radikal meliputinya. Aspek subjektif dari bahaya yang berkenaan dengan kehidupan saat ini tercakup dalam respon negatif kami terhadap kerentanan beruas dua ini.

Elemen ketidakpastian cenderung untuk memancing di dalam diri kita suatu kecemasan terus-menerus yang berlari-lari di

bawah permukaan kepercayaan diri kita. Pada level interior

yang dalam, kita merasakan ketidakstabilan dari sandaran kita, ketidakkekalannya dan kerapuhannya untuk berubah, dan

kewaspadaan ini menghasilkan suatu kekhawatiran yang terus- menerus yang pada waktu-waktu tertentu terbit menjadi sebuah

puncak kegelisahan. Sumber dari kecemasan kita mungkin tidak selalu dapat kita tunjuk secara persis, namun kecemasan itu tetap mengintai di dalam aliran dalam pikiran – sebuah

ketakutan yang tak terlokalisir bahwa dukungan-dukungan

yang kita kenal akan tiba-tiba terlucuti, meninggalkan kita tanpa kerangka-kerangka acuan kita yang biasa.

Kegelisahan ini sendiri sudah cukup merupakan sebuah gangguan. Akan tetapi, seringkali ketakutan-ketakutan kita

terkonfirmasi. Rangkaian peristiwa-peristiwa mengikuti

polanya sendiri, terbebas dari kemauan kita, dan keduanya tidak harus bertemu. Dunia melemparkan penyakit, kehilangan,

dan kematian, yang menyerang kita ketika waktunya matang. Ketika rangkaian peristiwa-peristiwa bertentangan dengan

kemauan kita, hasilnya adalah rasa sakit dan ketidakpuasan.

Jika konflik yang terjadi kecil, kita menjadi marah, tersinggung,

depresi, atau terganggu; jika besar, kita mengalami kesedihan yang mendalam, dukacita, atau keputusasaan. Dalam kasus yang manapun, ketidakselarasan yang mendasar muncul dari celah antara keinginan dan dunia, dan hasilnya, bagi kita, adalah penderitaan.

Penderitaan yang muncul tidak semata-mata signifikan pada

penderitaan itu sendiri. Ia memiliki nilai gejala, menunjuk pada beberapa penyakit yang tertimbun lebih dalam lagi yang mendasarinya. Penyakit ini terletak pada sikap kita terhadap dunia. Kita beroperasi di dalam kerangka mental yang terbangun atas harapan, proyeksi, dan tuntutan. Kita mengharapkan kenyataan untuk menyesuaikan diri dengan harapan-harapan kita, untuk tunduk pada amanat kita, untuk

mengonfirmasi asumsi kita, namun kenyataan itu menolak untuk

melakukannya. Ketika kenyataan itu menolak, kita bertemu

dengan rasa sakit dan ketidakpuasan, yang lahir dari konflik

antara pengharapan dan keadaan yang sesungguhnya. Untuk meloloskan diri dari penderitaan ini, salah satu dari keduanya harus berubah, kemauan kita atau dunia. Oleh karena kita tidak dapat mengubah sifat dunia untuk membuatnya selaras dengan kemauan kita, alternatif satu-satunya adalah dengan mengubah diri kita sendiri, dengan menyingkirkan kemelekatan dan kebencian kita terhadap dunia. Kita harus melepaskan kemelekatan kita, untuk berhenti menginginkan sesuatu dengan sangat dan menggenggam, untuk belajar memandang naik

Pergi Berlindung

terlepas yang bebas dari ayunan kegirangan dan kekecewaan.

Pikiran yang seimbang, berdiri dengan tenang di luar permainan

pertentangan duniawi, adalah keselamatan dan keamanan

yang tertinggi, namun untuk meraih keseimbangan batin ini, kita membutuhkan bimbingan. Bimbingan yang tersedia tidak mampu memproteksi kita dari kesengsaraan objektif dan hanya bisa melindungi kita dari bahaya-bahaya respon negatif – dari kegelisahan, kesedihan, rasa frustasi, dan keputusasaan. Inilah satu-satunya proteksi yang mungkin, dan karena ia menganugerahi kita perlindungan yang esensial ini, bimbingan seperti ini dapat dipertimbangkan sebagai perlindungan yang sejati.

Ini adalah alasan pertama untuk pergi berlindung – kebutuhan akan proteksi dari reaksi-reaksi negatif terhadap bahaya-bahaya yang menimpa kita di sini dan sekarang.

2. Bahaya-bahaya yang berkenaan dengan kehidupan-

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 124-128)