• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Pergi Berlindung

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 154-158)

Pergi Berlindung

V. Fungsi Pergi Berlindung

Pergi berlindung adalah pintu masuk ke dalam ajaran Buddha. Ia berfungsi di dalam konteks ajaran sebagai jalan masuk ke semua praktik disiplin Buddhis. Untuk terlibat dalam praktik-praktik ini dalam pengaturannya yang sesuai, kita harus memasukinya melalui pintu mengambil perlindungan, persis seperti untuk masuk ke dalam sebuah restoran dan memesan makanan, kita harus masuk melalui pintu. Apabila kita hanya sekadar berdiri di luar restoran dan membaca menu di jendela, kita mungkin mengetahui menunya secara menyeluruh namun tidak dengan selera yang terpuaskan. Sama halnya, dengan hanya mempelajari dan mengagumi ajaran Buddha, kita tidak memasuki praktiknya. Bahkan jika kita mengintisarikan elemen- elemen tertentu dari praktik untuk penggunaan secara pribadi tanpa

pertama-tama mengambil perlindungan, usaha-usaha kita tidak dapat dihitung sebagai praktik ajaran Buddha yang sejati. Praktik-praktik tersebut hanyalah praktik-praktik yang diambil dari ajaran tersebut, atau berpraktik selaras dengan ajaran tersebut, namun selama mereka tidak digabungkan dengan suatu sikap mental dari mengambil perlindungan di dalam Tiga Permata, praktik-praktik tersebut belumlah merupakan praktik dari ajaran Buddha.

Untuk menunjukkan signifikansi pergi berlindung, kita dapat

mempertimbangkan suatu kekontrasan antara dua individu. Individu yang satu dengan amat teliti menjalankan aturan-aturan yang terdapat di dalam lima aturan moralitas (pañcasila). Ia tidak secara formal mengambil aturan moralitas tersebut dalam konteks praktik etis Buddhis namun secara spontan sesuai dengan standar-standar perilaku yang dianjurkannya melalui penilaian batinnya sendiri mengenai benar dan salah; yaitu, ia mengikuti aturan-aturan tersebut sebagai

bagian dari moralitas alami. Kita bisa lebih jauh mengandaikan bahwa

ia praktik meditasi beberapa jam sehari, tetapi tidak melakukannya dalam kerangka Dhamma namun hanya sebagai sebuah sarana untuk menikmati kedamaian pikiran di sini dan sekarang. Kita bisa

mengandaikan lebih jauh lagi bahwa orang ini telah bertemu dengan

ajaran Buddha, menghargainya dan menghormatinya, namun tidak merasa cukup teryakinkan untuk mengakui kebenarannya atau merasa dirinya terdorong untuk pergi berlindung.

Di sisi lain, mari kita mengandaikan ada orang lain yang karena keadaannya mencegah ia dari pelaksanaan aturan moralitas yang

sempurna dan tidak memiliki waktu luang untuk mempraktikkan meditasi. Namun walaupun ia kekurangan pencapaian-pencapaian ini,

dari hatinya yang terdalam, dengan penuh ketulusan, pengertian, dan pengabdian atas tujuan, ia telah pergi berlindung pada Tiga Permata. Dengan membandingkan kedua orang ini, kita dapat bertanya sikap mental siapa yang nilai spiritual jangka panjangnya lebih besar – orang yang tanpa pergi berlindung melaksanakan prinsip-prinsip moral yang

Pergi Berlindung

ada di dalam lima aturan moralitas dan praktik meditasi beberapa jam setiap hari, atau orang yang satunya yang tidak dapat melakukan praktik-praktik ini namun telah secara tulus pergi berlindung pada Buddha, Dhamma, and Sangha. Tidak ada pernyataan yang jelas tentang kasus ini yang ditemukan di dalam sutta-sutta dan kitab-kitab komentar, namun cukup banyak indikasi yang diberikan untuk mendukung suatu tebakan yang cerdas. Berlandaskan pada ini, kita dapat mengatakan

bahwa sikap mental dari orang yang kedua, yang telah pergi berlindung

dengan pengertian yang jelas dan ketulusan hati, memiliki nilai spiritual jangka panjang yang lebih besar. Alasan untuk pertimbangan seperti itu adalah sebagai berikut.

Sebagai hasil dari praktik moral dan meditasinya, individu yang pertama akan menikmati kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupannya yang sekarang, dan akan mengumpulkan jasa kebajikan yang akan membimbingnya menuju suatu kelahiran kembali yang menguntungkan di masa depan. Akan tetapi, ketika jasa kebajikannya matang, maka jasa kebajikan tersebut akan terkuras dan memakai kekuatannya tanpa membimbing ke arah perkembangan spiritual yang lebih jauh. Ketika kelahiran kembali yang menguntungkan, yang merupakan hasil dari jasa kebajikan berakhir, maka kelahiran tersebut akan diikuti dengan kelahiran kembali di alam lainnya, yang ditentukan oleh timbunan kamma, dan orang tersebut akan terus berputar dalam siklus eksistensi. Pelaksanaan-pelaksanaan bajik yang dilakukannya tidak berkontribusi secara langsung terhadap pelampauan lingkaran samsara.

Di sisi lain, orang yang telah secara tulus pergi berlindung pada Tiga Permata, tanpa mampu melakukan praktik-praktik yang lebih tinggi, masih tetap meletakkan fondasi untuk kemajuan spiritual dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang hanya dengan tindakan sepenuh hatinya dalam mencari perlindungan. Tentu saja ia harus menuai hasil dari kammanya dan tidak dapat meloloskan diri dari hasil-hasil kamma tersebut dengan mengambil perlindungan, tetapi sama seperti tindakan mental yang lainnya, tindakan mental dari pergi berlindung,

jika benar-benar merupakan fokus dari kehidupan batinnya, tindakan pergi berlindung itu sendiri akan menjadi kamma positif yang sangat kuat. Pergi berlindung akan berfungsi sebagai sebuah penghubung

yang akan cenderung membawa ia kembali terhubung dengan ajaran

Buddha dalam kehidupan-kehidupan yang akan datang, dengan demikian membantunya dengan memberikan kesempatan-kesempatan untuk kemajuan yang lebih lanjut. Dan jika ia gagal untuk mencapai pembebasan di dalam ajaran dari Buddha masa kini, maka akan sangat mungkin ia akan dituntun ke dalam ajaran Buddha-Buddha masa depan, sampai ia pada akhirnya mencapai tujuan. Karena semua ini datang melalui pembenihan dari tindakan mental pergi berlindung tersebut, kita

dapat memahami bahwa pengambilan perlindungan sangatlah penting.

Pentingnya pergi berlindung dapat lebih lanjut diukur dengan sebuah simile tekstual yang membandingkan keyakinan dengan sebuah benih. Karena keyakinan adalah kekuatan yang memotivasi di balik tindakan berlindung, analoginya dapat dipindahkan ke dalam tindakan-

perlindungan itu sendiri. Kami telah menjelaskan sebelumnya bahwa

tindakan mental dari pergi berlindung mencakup tiga kemampuan yang amat penting – pengertian, niat, dan emosi. Ketiga kemampuan ini telah ada bahkan di dalam tindakan mencari perlindungan yang sangat sederhana dan mendasar itu, tersimpan di sana sebagai benih-benih yang berpotensi untuk berkembang menjadi bunga-bunga dan buah- buah dari kehidupan spiritual Buddhis. Pengertian yang menuntun seseorang untuk pergi berlindung – pengertian akan bahaya dan rasa takut dari eksistensi di samsara – ini adalah benih untuk kemampuan kebijaksanaan yang lambat laun akan menghasilkan penembusan langsung empat kebenaran mulia. Elemen kehendak adalah benih bagi

niat untuk pelepasan keduniawian – kekuatan pendorong yang mendesak

seseorang untuk melepaskan nafsu keinginannya, kenikmatannya, dan kemelekatan-kemelekatan egoistis, dalam rangka untuk pergi keluar dalam pencarian akan pembebasan. Elemen ini juga berfungsi sebagai benih untuk praktik dari usaha benar, ruas keenam di dalam jalan mulia beruas delapan, yang dengannya kita berjuang untuk meninggalkan

Pergi Berlindung

keadaan-keadaan mental yang tidak murni dan tidak bajik dan untuk mengembangkan keadaan-keadaan mental yang bajik dan murni. Pengabdian dan rasa hormat kepada Tiga Permata – ini menjadi benih untuk pembenihan “kepercayaan yang teguh” (aveccappasada),

kepastian dari seorang siswa mulia yang kepercayaannya ada di dalam

Buddha, Dhamma, dan Sangha tidak akan pernah bisa digoyahkan oleh kekuatan luar mana pun. Dengan cara ini, tindakan sederhana dari pergi berlindung berperan sebagai benih beruas tiga bagi perkembangan kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi dari pengertian benar, usaha benar, dan kepercayaan yang tak tergoyahkan. Dari contoh ini,

kita dapat sekali lagi memahami bahwa pengambilan perlindungan

sangatlah esensial.

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 154-158)