• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Sebuah Perlindungan

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 136-140)

Pergi Berlindung

II. Keberadaan Sebuah Perlindungan

Menyadari bahwa keadaan manusia memaksa kita untuk mencari sebuah

perlindungan adalah sebuah syarat yang diperlukan untuk mengambil perlindungan, namun itu saja bukanlah syarat yang cukup. Untuk pergi

berlindung, kita juga harus teryakinkan bahwa perlindungan yang efektif benar-benar ada. Namun sebelum kita dapat memutuskan tentang ada

tidaknya sebuah perlindungan, kita pertama-tama harus menentukan untuk diri kita sendiri mengenai apa sebenarnya yang disebut sebagai

sebuah perlindungan.

Kamus mendefinisikan “perlindungan” sebagai tempat bernaung atau

proteksi dari bahaya dan kesukaran, seseorang atau sebuah tempat yang memberikan proteksi semacam itu, dan suatu cara yang digunakan untuk meraih proteksi semacam itu. Ini cocok dengan penjelasan dari kata Pali sarana, yang berarti “perlindungan”, yang diturunkan dalam kitab-kitab komentar Pali. Kitab-kitab komentar membubuhi kata sarana dengan kata lainnya yang berarti “untuk menghancurkan” (himsati), menjelaskan bahwa “ketika orang-orang telah pergi

berlindung, maka dengan tindakan pergi berlindung itu sendiri, tindakan itu menghancurkan, menghalau, menyingkirkan, dan menghentikan ketakutan, kesedihan yang mendalam, penderitaan, risiko kelahiran yang tidak menyenangkan, dan kekotoran batin.”[1]

Penjelasan-penjelasan ini menasihatkan dua kualifikasi esensial dari

sebuah perlindungan. (1) Pertama, sebuah perlindungan haruslah berada di luar bahaya dan kesukaran. Seseorang atau benda yang merupakan subjek dari bahaya tidaklah aman untuk dirinya sendiri, dan karenanya tidak dapat memberikan keamanan bagi orang lain. Hanya sesuatu yang berada di luar ketakutan dan bahaya yang dapat dengan yakin dijadikan sandaran untuk proteksi. (2) Kedua, perlindungan yang diakui ini harus dapat dicapai oleh kita. Sebuah kondisi di luar ketakutan dan bahaya yang tidak dapat dicapai adalah tidak relevan dengan kepentingan kita dan karenanya tidak dapat berfungsi sebagai sebuah perlindungan. Dalam rangka agar sesuatu menjadi sebuah perlindungan, maka ia harus dapat didekati sekaligus mampu untuk memberikan proteksi dari bahaya.

Dari penentuan abstrak mengenai kualifikasi-kualifikasi dari sebuah

perlindungan, kita dapat kembali pada pertanyaan konkret yang ada. Apakah ada sebuah perlindungan yang mampu memberikan proteksi dari ketiga macam bahaya yang digambarkan di atas: dari kegelisahan, frustasi, kesedihan, dan kesukaran pada kehidupan saat ini; dari risiko

Pergi Berlindung

tempat-tempat tujuan yang tidak menyenangkan setelah kematian; dan dari transmigrasi yang terus berlanjut di dalam samsara? Tugas

untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini harus didekati dengan hati-hati. Kita harus mengetahui dengan segera bahwa jawaban yang

dapat diuji secara objektif dan dapat ditunjukkan secara umum tidaklah

dapat diberikan. Keberadaan sebuah perlindungan, atau spesifikasi dari

sebuah perlindungan tertentu, tidak dapat dibuktikan secara logika dalam cara yang tak terbantahkan dan mengikat untuk semua. Yang terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mengemukakan alasan-

alasan yang kuat dan jelas untuk mempercayai bahwa orang-orang atau objek-objek tertentu memenuhi kualifikasi-kualifikasi dari sebuah

perlindungan. Selebihnya tergantung pada keyakinan, suatu rasa yakin yang lahir dari rasa percaya, paling tidak sampai penyetujuan

awal tersebut diubah menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung. Akan tetapi, bahkan pada saat itu, verifikasinya

tetaplah mengarah ke dalam dan bersifat personal, lebih merupakan suatu pengambilan subjektif dibandingkan dengan pembuktian secara logis atau demonstrasi secara objektif.

Dari sudut pandang Buddhis, terdapat tiga buah perlindungan yang secara bersama menyediakan proteksi menyeluruh dari bahaya dan kesukaran. Mereka adalah Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ketiganya bukanlah perlindungan-perlindungan yang terpisah yang mencukupi dirinya sendiri; namun lebih merupakan anggota-anggota yang saling bertautan dari sebuah perlindungan tunggal yang efektif yang terbagi menjadi tiga berdasarkan perbedaan pada karakteristik-karakteristik dan fungsi-fungsi dari setiap anggotanya. Mengapa perbedaan seperti itu diperlukan menjadi jelas apabila kita mengingat urutan pengenalan ketiganya.

Buddha diperkenalkan terlebih dahulu karena beliau adalah seorang manusia. Karena kita adalah manusia, kita secara alami mencari manusia lain untuk bimbingan, inspirasi, dan petunjuk. Ketika adalah pembebasan tertinggi yang dipertaruhkan, yang kita cari pertama-

tama adalah seseorang yang dirinya sendiri telah mencapai kebebasan penuh dari bahaya dan dapat membimbing kita menuju keadaan aman yang sama. Ini adalah Buddha, yang tercerahkan, yang diperkenalkan

pertama kali dari tiga serangkai ini dengan alasan bahwa beliaulah

yang menemukan, mencapai, dan menyatakan keadaan perlindungan. Pada posisi kedua, kita membutuhkan keadaan perlindungan itu sendiri, keadaan yang melampaui ketakutan dan bahaya; kemudian kita membutuhkan suatu jalan yang mengarah pada sasaran ini; dan kita membutuhkan seperangkat instruksi untuk menuntun kita sepanjang jalan. Ini adalah Dhamma, yang seperti akan kita lihat nanti, memiliki denotasi beruas tiga ini. Kemudian, di posisi ketiga, kita membutuhkan orang-orang yang memulai sama seperti kita – sebagai orang biasa yang disulitkan oleh penderitaan – dan dengan mengikuti jalan yang diajarkan oleh sang penuntun, mencapai keadaan aman di luar ketakutan dan bahaya. Ini adalah Sangha, komunitas dari orang-orang spiritual yang telah memasuki jalan, merealisasikan tujuan, dan kini dapat mengajarkan jalan tersebut pada yang lainnya.

Di dalam tiga serangkai ini, setiap anggotanya bekerja selaras dengan dua anggota lainnya untuk membuat cara-cara pembebasan menjadi terjangkau dan efektif. Buddha berfungsi sebagai indikator dari perlindungan. Beliau bukan juru selamat yang dapat menganugerahkan keselamatan melalui dirinya. Keselamatan atau pembebasan tergantung pada diri kita, pada usaha dan tekad kita sendiri untuk mempraktikkan ajaran. Buddha terutama adalah seorang guru, yang menguraikan jalan, yang menunjukkan jalan yang harus kita lalui sendiri dengan energi dan kecerdasan kita sendiri. Dhamma adalah perlindungan yang sebenarnya. Karena tujuan dari mengajarkan Dhamma adalah keadaan keamanan yang bebas dari bahaya; sebagai jalan, Dhamma adalah cara untuk mencapai tujuan; dan sebagai ajaran lisan, Dhamma merupakan pokok dari instruksi-instruksi yang menggambarkan cara

untuk mempraktikkan jalan tersebut. Namun untuk memanfaatkan

secara efektif cara-cara yang kita miliki tersebut, kita membutuhkan bantuan dari mereka yang akrab dengan jalan tersebut. Mereka

Pergi Berlindung

yang mengetahui jalan membentuk Sangha, para penolong dalam menemukan perlindungan, kumpulan teman-teman spiritual yang dapat mengarahkan kita menuju pencapaian kita sendiri dari jalan.

Struktur tiga serangkai dari ketiga perlindungan ini dapat dipahami dengan bantuan sebuah analogi sederhana. Apabila kita sakit dan kita ingin sembuh, kita membutuhkan seorang dokter untuk mendiagnosis penyakit kita dan memberikan pengobatan; kita membutuhkan obat- obatan untuk menyembuhkan penyakit kita; dan kita membutuhkan pembantu untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kita. Dokter dan para pembantunya tidak dapat menyembuhkan kita. Yang terbaik yang dapat mereka lakukan untuk kita adalah memberikan obat-obatan yang

tepat untuk kita dan memastikan bahwa kita memakannya. Obat-obatan

adalah pengobatan yang sebenarnya yang mengembalikan kesehatan kita. Dengan cara yang sama, ketika mencari pembebasan dari penderitaan dan kesukaran, kita bersandar pada Buddha sebagai dokter yang dapat menemukan sebab dari penyakit kita dan menunjukkan jalan untuk sembuh; kita bersandar pada Dhamma sebagai obat yang menyembuhkan penderitaan kita; dan kita bersandar pada Sangha sebagai pembantu yang akan membantu kita meminum obat tersebut. Untuk sembuh, kita harus meminum obat. Kita tidak dapat hanya duduk dan berharap dokter akan menyembuhkan kita begitu saja. Dengan cara yang sama, untuk mencari pembebasan dari penderitaan, kita harus mempraktikkan Dhamma, karena Dhamma adalah perlindungan yang sebenarnya yang membimbing ke arah keadaan pembebasan.

Dalam dokumen Pergi Berlindung Mengambil Aturan Moralitas (Halaman 136-140)