• Tidak ada hasil yang ditemukan

Barus Sebagai Wilayah Bahasa Pesisir

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.2 Barus Sebagai Wilayah Bahasa Pesisir

Dalam Panggabean (1995: 12) dinyatakan bahwa wilayah Barus Raya terletak di pantai barat Sumatera. Sebagian wilayahnya yang dulu, kini termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara dan sebagian lagi Daerah Istimewa Aceh (kini Nangroe Aceh Darussalam). Barus Raya meliputi Kecamatan Barus (kini telah di pecah menjadi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Barus, Barus Utara, Sirandorung dan ), kecamatan Sorkam, sebagian kecamatan Sibolga (kini Kotamadya Sibolga), kecamatan Pakkat, Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Onan Ganjang, dan seluruh wilayah yang terletak di sebelah kanan atau timur sungan Simpang-kanan atau sebagian dari Kabupaten Aceh Selatan termasuk Kota Singkil Baru.

Dalam penulisan sejarah Indonesia, Barus paling banyak dikenal sebagai tempat kediaman penyair Melayu Hamzah Fansuri dan sebagai sumber kapur barus dan menyan. Kedua damar ini sudah termasuk perdagangan Sumatera dengan Cina sekurang-kurangnya mulai abad ke-7, dan pada waktu-waktu tertentu juga dicari oleh pedagang dari India dan Timur Tengah. Benar tidaknya Barus dikunjungi secara langsung oleh pedagang Cina dan India yang mencari dammar-damar itu, ataukah barang dagangan ini diangkut dulu oleh pengantara ke pelabuhan-pelabuhan di Sumatra Utara dan Timur, masih belum diketahui dengan pasti. Namun yang telah diketahui adalah bhwa nama Barus dalam catatan Cina masa dulu dihubungkan dengan dammar kapur barus yang paling tinggi mutunya dan paling murni sifatnya.

Pada kira-kira abad ke-10 ada bukti yang menimbulkan kesan bahwa pedagang dari Timur Tengah memang langsung mendatangi pantai barat Sumatra untuk mencari kedua dammar tadi. Barus dikenal oleh bangsa Arab dengan nama Fansur dan kedua nama itu telah muncul di beberapa sumber masa dulu.

Penelitian dari segi arkeologi mengenai sejarah dini pelabuhan tersebutmasih pada tingkat awal. Temuan arkeologi yang paling terkenal dari Barus ialah sebuah tiang bertulis dari Lobu Tua di dekat Pansur yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dalam prasasti yang telah dibaca oleh K.A. Nilakanta Sastri itu terdapat terdapat angka tahun yang sama dengan tahun 1088 M (Drakard, 2003: 17). Menurutnya prasasti itu berasal dari sebuah serikat dagang Tamil (“merchant guilt”) yang rupanya dating berdagang dengan daerah ini selama abad ke-11. Keramik dari Lobu Tua boleh jadi dari masa sedini abad ke-8 atau ke-9 dan berdasarkan temuan keramik dapat dikemukakan sebagai tahun batas sementara untuk pemukiman paruh pertama abad ke-12.

Bukti-bukti dalam kesusasteraan Minagkabau tradisional menceritakan ada hubungan khusus antara Kerajaan Minangkabau di pegunungan dengan pelabuhan- pelabuhan pantai di pesisir barat dan timur pulau Sumatera. Meskipun ada bukti tentang adanya ikatan yang berkesinambungan antara Minangkabau dan raja-rajanya di Barus dan daerah-daerah sekitarnya sampai abad ke-19.

Kira-kira abad ke-16 Barus menjadi pusat budaya dan agama yang boleh jadi keci namun penuh kegiatan. Salah satu petunjuk ke arah ini ialah hubungan antara Barus dengan penyair Melayu Hamzah Fansuri. Tidak diketahui apakah Hamzah menamakan dirinya Fansuri karena ia lahir di Barus atau karena ia pernah hidup di

tempat itu. Yang sudah jelas ialah bahwa ia kenal pelabuhan itu dan menghabiskan sebagian dari hidupnya di sana. Kapur barus dan nama Barus ada disebut dalam syairnya. Makam penyair ini ditemukan di Mekkah, Arab Saudi.

Barus juga tempat beberapa situs makam dengan nisan-nisan yang pahatannya kurang lazim dan yang beberapa di antaranya ada tulisannya. Salah satu hipotesa yang menjadi pertimbangan ahli purbakala ialah kemungkinan bahwa penganut- penganut Hamzah dan murid-muridnya menghindar dari pengejaran yang yang bersifat keagamaan di Aceh dan akhirnya dikubur di Barus. Banyaknya nisan di Barus boleh jadi menunjukkan kemakmuran dan kegiatan keagamaan yang terdapat di kerajaan itu pada tahun-tahun sebelum persentuhan dengan Eropa (Drakard, 2003: 21).

Dalam Panggabean (1995) diceritakan bahwa Sultan Ibrahimsyah yang makamnya terdapat di makam Mahligai (kini menjadi tujuan wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah) menjadi raja di Barus di daerah tepi laut dekat tepi sungai di penghujung abad ke-15 dengan nama Kerajaan Hatorusan.

Namun ternyata di bagian hulu juga sudah ada negeri/kampung dan mempunyai raja sendiri hingga terjadilah sengketa. Melalui perjanjian sumpah, akhirnya Sultan Ibrahimsyah tetap berdiam di hilir dan raja yang sudah berdiam di hulu masing-masing menjadi raja sendiri.

Pada pertengahan abad ke-16 VOC pertama kali datang ke Barus dan mengetahui bahwa Barus diperintah oleh dua raja (Raja di hulu dan raja di hilir). Dokumen Belanda menamakannya Kampung Mudik dan Kampung Hilir. Hingga sekarang, nama Kampung Mudik tetap digunakan sedangkan Kampung Hilir terakhir

berpindah hingga ke Sigambo-gambo. Pusat perdagangan dan benteng Belanda didirikan di Batu Gerigis.

Wilayah Barus Raya dahulu, saat ini telah menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Barus, Kecamatan Barus Utara, Kecamatan Manduamas dan Kecamatan Sirandorung. Keempat kecamatan tersebut merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah di samping lima belas kecamatan lain yaitu Sorkam, Pandan, Pinang Sori, Kolang, Tapian Nauli, Sibabangun, Sosor Gadong, Sorkam Barat, Andam Dewi, Sitahuis, Tukka, Badiri, Pasaribu Tobing, Suka Bangun dan Lumut. Peta kecamatan Barus dapat dilihat di Gambar 3.5.

Kecamatan Barus berada di Pantai Barat Sumatera dengan ketinggian antara 0 – 3 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Barus terletak pada Koordinat 02° 02’05” - 02° 09’29” Lintang Utara, 98°17’18” - 98° 23’28” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Andam Dewi, sebelah Selatan dengan Kecamatan Sosorgadong, sebelah Timur dengan Kecamatan Barus Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Kecamatan Barus terdiri dari 2 Kelurahan dan 11 Desa, dengan luas keseluruhan 21,81 Km2, seluruhnya berada di daratan Pulau Sumatera. Desa Ujung Batu merupakan Kelurahan/Desa terluas yaitu dengan luas 4,51 Km2. Kecamatan Barus tergolong daerah beriklim tropis dan hanya ada dua

musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Antara Januari – Desember 2011 suhu udara maksimum bisa mencapai 32,80C dan suhu minimum mencapai 20,90C.

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Tengah

Kecamatan Barus terdiri dari 11 Desa dan 2 Kelurahan. Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah Desa/Kelurahan hanya ada satu tingkatan yaitu Dusun untuk Desa dan Lingkungan untuk Kelurahan. Dari 11 Desa dan 2 Kelurahan di Kecamatan Barus terdapat 33 dusun dan 8 Lingkungan. Kelurahan Padang Masiang adalah Desa/Kelurahan yang mem

Kelurahan Padang Masiang yaitu 5 Lingkungan dan di urutan kedua adalah Desa Patupangan dengan 4 Dusun.

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Jumlah dusun/lingkungan menurut desa/kelurahan

Gambar 3.5. Peta Kecamatan Barus Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Tengah

Kecamatan Barus terdiri dari 11 Desa dan 2 Kelurahan. Satuan Lingkungan tempat (SLS) di bawah Desa/Kelurahan hanya ada satu tingkatan yaitu Dusun untuk Desa dan Lingkungan untuk Kelurahan. Dari 11 Desa dan 2 Kelurahan di Kecamatan Barus terdapat 33 dusun dan 8 Lingkungan. Kelurahan Padang Masiang adalah Desa/Kelurahan yang mempunyai Dusun/Lingkungan terbanyak yaitu Kelurahan Padang Masiang yaitu 5 Lingkungan dan di urutan kedua adalah Desa Patupangan dengan 4 Dusun.

Tabel 3.1

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Tengah Jumlah dusun/lingkungan menurut desa/kelurahan

Kecamatan Barus terdiri dari 11 Desa dan 2 Kelurahan. Satuan Lingkungan tempat (SLS) di bawah Desa/Kelurahan hanya ada satu tingkatan yaitu Dusun untuk Desa dan Lingkungan untuk Kelurahan. Dari 11 Desa dan 2 Kelurahan di Kecamatan Barus terdapat 33 dusun dan 8 Lingkungan. Kelurahan Padang Masiang punyai Dusun/Lingkungan terbanyak yaitu Kelurahan Padang Masiang yaitu 5 Lingkungan dan di urutan kedua adalah Desa

No. Desa/kelurahan Dusun Lingkungan Jumlah 1. Patupangan 4 - 4 2. Kedai Gedang 3 - 3 3. Sigambo-gambo 3 - 3 4. Padang Masiang - 5 5 5. Kampung Solok 4 - 4

6. Pasar Batu Gerigis - 3 3

7. Pasar tarandam 3 - 3 8. Kinali 2 - 2 9. Ujung Batu 3 - 3 10. Kampung Mudik 3 - 3 11. Gabungan Hasang 3 - 3 12. Aek Dakka 3 - 3 13. Bungo Tanjung 3 - 3 Jumlah 33 8 41

Dokumen terkait