• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan analisis temuan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.

Kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus dalam lima tindak tutur yakni menolak, meminta, memerintah, melarang dan menawarkan direalisasikan dengan delapan strategi, yaitu: 1) memberi alasan, 2) meminta maaf, 3) berterima kasih, 4) menunda, 5) menggunakan kalimat berpagar, 6) bersikap pesimis, 7) menggunakan ujaran tidak langsung, 8) meminimalkan tekanan, dan 9) menawarkan.

Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menolak, masyarakat Pasisi Barus menggunakan lima strategi, yaitu: 1) memberi alasan, 2) berterima kasih, 3) meminta maaf, 4) menunda dan 5) menggunakan kalimat berpagar. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur meminta, masyarakat Pasisi Barus menggunakan empat strategi, yaitu: 1) kalimat berpagar, 2) bersikap pesimis atau menunjukkan kesangsian, dan 3) menggunakan ujaran tidak langsung serta 4) meminimalkan tekanan. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur memerintah, masyarakat Pasisi Barus menggunakan empat strategi, yaitu: 1) kalimat berpagar, 2) bersikap pesimis atau menunjukkan kesangsian, 3) menggunakan ujaran tidak langsung dan 4) meminimalkan tekanan. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur melarang, masyarakat

menggunakan ujaran tidak langsung. Untuk menunjukkan kesantunan berbahasa dalam tindak tutur menawarkan, masyarakat Pasisi Barus menggunakan satu strategi, yaitu strategi menawarkan.

Penggunaan akhiran dan partikel dalam tuturan sehari-hari masyarakat Pasisi

Barus juga mempunyai andil dalam menunjukkan kesantunan berbahasa pada masyarakat ini, khususnya pada tuturan memberi perintah. Partikel dan akhiran yang digunakan untuk menunjukkan kesantunan berbahasa pada masyarakat Pasisi Barus yakni: 1) akhiran –kan, 2) partikel –yo, 3) partikel –jo, dan 5) partikel –lah.

Dari strategi-strategi yang digunakan untuk membentuk kesantunan dalam berbahasa didapat sepuluh pola pembentukan kesantunan. Pola-pola pembentukan kesantunan berbahasa yang berterima dalam bahasa yang digunakan masyarakat

Pasisi Barus tersebut didapat dengan metode padan intralingual.

Kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus dalam bertindak tutur saat berinteraksi di ranah keluarga dan lingkungan tetangga mencerminkan sikap-sikap yang mengandung kearifan lokal sebagai berikut: 1) sikap menghindari perselisihan, dan 2) sikap tenggang rasa.

Pengajaran kesantunan berbahasa terhadap generasi muda telah diberikan sejak dini kepada anak dalam interaksi antar anggota keluarga. Sering terjadi orang tua lebih memilih strategi yang lebih santun saat bertutur kepada anak, walaupun ia tetap dianggap santun jika bertutur secara langsung (on record). Hal ini dilakukan orang tua sebagai pembelajaran kepada anak-anaknya untuk menggunakan bahasa yang santun dalam berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan keluarga merupakan

tempat yang paling ampuh sebagai tempat terjadinya proses penguatan pendidikan kesantunan berbahasa anak atau generasi muda.

5.2 Saran

Temuan dalam penelitian telah memberikan penjelasan mengenai kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus dalam berinteraksi dan berkomunikasi dalam ranah keluarga dan lingkungan tetangga. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kearifan lokal dalam kesantunan berbahasa dalam ranah lain.

Temuan hasil penelitian kearifan lokal kesantunan berbahasa hanya terbatas pada masyarakat Pasisi Barus saja, jadi perlu ditindaklanjuti dengan penelitian yang sama untuk masyarakat tutur lainnya.

Penelitian ini menyoroti kesantunan berbahasa yang direalisasikan dalam tindak tutur menolak, meminta, memerintah, melarang dan menawarkan. Maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji salah satu tindak tutur saja agar penelitian tersebut dapat menghasilkan pola-pola yang lebih rinci mengenai bentuk kesantunan berbahasa dalam bahasa daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Akmajian, Adrian. 2001. Linguistics: An Introduction to Language and Communication. New Delhi: Prentice Hall.

Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik: Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Bandung :Angkasa.

Ataupah, 2004, Peluang Pemberdayaan Kearifan Lokal Dalam Pembangunan Kehutanan. Kupang:

Ayatrohaedi, (Ed). 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

Bungin, Burhan (Ed). 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Brown, Penelope and S. C Levinson. 1987. Politeness Some Universals in Language

Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Denzin, Norman K. Yvona S. & Lincoln. 2009. Qualitative Research. Penerjemah Dariatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Drakard, Jane. 2003. Sejarah Raja-Raja Barus. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Evizariza. 2002. Tindak Tutur Permintaan dalam Bahasa Indonesia Studi Kasus Penutur Bahasa Melayu Riau pada Ranah Keluarga di Pekan Baru. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pacasarjana.

Fasold, Ralph. 1990. The Sociolinguistics of Language. Oxford: Basil Blackwell. Guillot, Claude. 2002. Lobu Tua: Sejarah Awal Barus. Jakarta: Yayasan Obor

Guillot. 2008. Barus: Seribu Tahun yang Lalu. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Gunarwan, Asim. Implikatur dan Kesantunan Berbahasa: Beberapa Tilikan dari Sandiwara Ludruk. PELBBA 18. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Jakarta: Unika Atmajaya.

Hasibuan, Namsyah Hot. 2005 Perangkat Tindak Tutur dan Siasat kesantunan Berbahasa (Data Bahasa Mandailing). LOGAT Volume 1: 87-95

Hoed, Benni H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.

Keraff, Sony. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia.

Leech, Geoffrey N. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press.

Mahsun, M.S. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, metode dan Tekniknya. Jakarta: RajaGrafindo Perkasa.

Makmur, Ade (Ed). 2011.Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Peneltian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Murni, Sri Minda. 2009. Kesantunan Linguistik dalam ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara. [Disertasi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.

Nababan, A. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Adat. Pelatihan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB.

Panggabean, Hamid. 1995. Bunga Rampai Tapian Nauli. Jakarta: Tapian Nauli-Tujuh Sekawan.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.

Sibarani, Robert 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Sinar, T. Silvana. 2010. Teori & Analisis Wacana : Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Sinar, T. Silvana. 2011. Kearifan Lokal Berpantun dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan: USU Press.

Yule, G. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/merumuskan-prinsip-kesantunan-berbahasa-

dalam-masyarakat-indonesia/ [29 Juli 2013].

Dokumen terkait