• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEROAN TIDAK MEMILIKI LIABILITAS-LIABILITAS LAIN, KOMITMEN DAN KONTINJENSI YANG TELAH DIUNGKAPKAN DALAM PROSPEKTUS INI DAN SESUAI

D. Kegiatan Operasional dan Kondisi Keuangan

2. Beban Pendapatan Langsung

Tabel berikut ini menggambarkan rincian beban pendapatan langsung Perseroan untuk periode-periode terkait:

(dalam jutaan Rupiah)

Keterangan 30 September 31 Desember

2013 2012 2012 2011 2010

Bahan Bakar 24.622 30.544 41.264 42.386 41.033

Suku Cadang dan Perlengkapan 17.252 21.773 24.504 24.356 23.143

Gaji, Upah dan Tujangan Lainnya Awak Armada 11.619 15.186 17.153 16.984 16.279 Biaya Penyeberangan/Terminal/Tol 7.365 8.229 10.947 10.667 9.472

Biaya Kir/Pengurusan Perizinan Armada 363 406 536 567 191

Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan 1.032 1.539 2.133 2.102 1.549

Biaya Sewa Operasi Bus 402 223 511 360 416

Biaya Penyusutan Armada 14.736 17.617 23.967 21.960 22.810

Biaya Pelayanan Penumpang 3.965 3.528 4.167 4.444 4.682

Biaya Asuransi Armada 569 445 518 694 914

Biaya Lainnya 241 118 145 298 176

Jumlah 82.166 99.607 125.845 124.819 120.664

Periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dibandingkan dengan periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012

Beban Pendapatan Langsung mengalami penurunan signifikan sebesar Rp17.441 juta atau 17,51% menjadi Rp82.166 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp99.607 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang disebabkan adanya penurunan biaya bahan bakar, biaya perlengkapan suku cadang, biaya gaji, upah dan tunjangan awak armada, dan biaya penyusutan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Bahan Bakar mengalami penurunan signifikan sebesar Rp5.922 juta atau 19,39% menjadi Rp24.622 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp30.544 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama disebabkan oleh kebijakan Perseroan untuk mengoptimalisasi armada yang beroperasi dengan mengurangi jumlah armada yang beroperasi pada segmen AKAP. Contohnya, menggabungkan penumpang pada trayek yang berada dalam satu lintasan sehingga terjadi efisiensi jumlah bus beroperasi.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Suku Cadang dan perlengkapan mengalami penurunan signifikan sebesar Rp4.521 juta atau 20,76% menjadi Rp17.252 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp21.773 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan sehubungan dengan kebijakan efisiensi Perseroan mengurangi jumlah armada beroperasi yang secara otomatis mengurangi penggunaan suku cadang, kontrol pemakaian suku cadang yang lebih ketat dengan memberikan kebijakan penggantian suku cadang yang memang sangat di butuhkan atau bersifat urgent dengan mempertimbangan keselamatan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyusutan Armada mengalami penurunan sebesar Rp2.881 juta atau 16,35% menjadi Rp14.736 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp17.617 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh dua hal, yaitu: 1) metode penyusutan armada yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, Perseroan menambah usia ekonomis chassis menjadi 10 tahun, sedangkan pada tahun 2012 adalah 8 tahun. Alasan Perseroan merubah estimasi usia pakai chassis adalah berdasarkan pengalaman bahwa chassis bisa digunakan dengan baik hingga lebih dari 10 tahun, sementara body harus mengalami rekondisi setiap 3 tahun dan penggantian body secara total setiap 5 atau 6 tahun. Dengan demikian, sebuah chassis dapat memiliki body yang baru sebanyak 2 kali. 

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Gaji, Upah dan Tunjangan lainnya mengalami penurunan sebesar Rp3.567 juta atau 23,49% menjadi Rp11.619 juta periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp15.186 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh kebijakan Perseroan untuk mengoptimalisasi armada yang beroperasi dengan mengurangi jumlah armada yang beroperasi pada segmen AKAP yang secara otomatis mengurangi jumlah kru yang beroperasi. Dengan demikian, terjadi efisiensi pada premi dan bonus kru yang dibayarkan Perseroan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyeberangan/terminal/tol mengalami penurunan sebesar Rp864 juta atau 10,50% menjadi Rp7.365 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp8.229 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh kebijakan Perseroan untuk mengoptimalisasi armada yang beroperasi dengan mengurangi jumlah armada yang beroperasi pada segmen AKAP yang secara otomatis mengurangi biaya penyeberangan/terminal/tol.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Pelayanan Penumpang mengalami kenaikan sebesar Rp437 juta atau 12,39% menjadi Rp3.965 juta periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp3.528 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh berkurangnya jumlah penumpang pada periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dibandingkan jumlah penumpang pada periode yang sama pada tahun 2012.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan mengalami penurunan sebesar Rp507 juta atau 32,94% menjadi Rp1.032 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp1.539 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan sehubungan dengan kebijakan efisiensi Perseroan mengurangi jumlah armada beroperasi yang secara otomatis mengurangi biaya perbaikan dan pemeliharaan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Asuransi armada mengalami kenaikan sebesar Rp124 juta atau 27,87% menjadi Rp569 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp445 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh perpanjangan polis untuk armada yang sudah habis masa pertanggungnya sampai dengan 30 September 2013.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp123 juta atau 104,24% menjadi Rp241 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2013 dari Rp118 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2012, yang terutama dikarenakan oleh meningkatnya jumlah santunan pada korban kecelakaan yang melibatkan armada Perseroan. Kecelakaan yang melibatkan armada Perseroan lebih banyak terjadi dengan kendaraan sepeda motor. Peningkatan populasi sepeda motor yang signifikan dari tahun ke tahun, semakin meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan di jalan raya akibat perilaku berkendara pengendara sepeda motor yang tidak mematuhi etika berlalu-lintas di jalan raya.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011

Beban Pendapatan Langsung mengalami kenaikan sebesar Rp1.026 juta atau 0,82% menjadi Rp125.845 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp124.819 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang sebagian besar dikarenakan oleh penyusutan armada, gaji dan tunjangan awak armada dengan perincian sebagai berikut:

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Bahan Bakar mengalami penurunan sebesar Rp1.122 juta atau 2,65% menjadi Rp41.264 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp42.386 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh penurunan jam operasi armada bus segmen Busway TransJakarta akibat kurang sterilnya jalur Busway TransJakarta.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Suku Cadang dan Perlengkapan mengalami kenaikan sebesar Rp148 juta atau 0,61% menjadi Rp24.504 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp24.356 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 yang terutama dikarenakan oleh kenaikan harga suku cadang berkisar 5% sampai dengan 10% dan kenaikan pemakaian suku cadang yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah armada bus yang harus diperbaiki.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyusutan Armada mengalami kenaikan sebesar Rp2.007 juta atau 9,14% menjadi Rp23.967 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp21.960 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan nilai perolehan dari hasil revaluasi yang digunakan sebagai dasar menghitung beban penyusutan, sedangkan pembaginya adalah dari sisa umur ekonomis sebelum revaluasi.



Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Gaji, Upah dan Tunjangan lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp169 juta atau 1,00% menjadi Rp17.153 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp16.984 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan gaji tahunan berkala.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyeberangan/terminal/tol mengalami kenaikan sebesar Rp280 juta atau 2,62% menjadi Rp10.947 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp10.667 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan biaya penyeberangan antara pulau dan kenaikan tarif jalan tol, untuk kenaikan tol sekitar 4,3% dan untuk biaya penyeberangan sekitar 17,11%.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Pelayanan Penumpang mengalami penurunan sebesar Rp277 juta atau 6,23% menjadi Rp4.167 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp4.444 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh berkurangnya jumlah perjalanan yang mengakibatkan biaya pelayanan penumpang menurun.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan mengalami kenaikan sebesar Rp31 juta atau 1,47% menjadi Rp2.133 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp2.102 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan naiknya biaya pemeliharaan bangunan kantor seiring dengan peningkatan usia bangunan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Asuransi Armada mengalami penurunan sebesar Rp176 juta atau 25,36% menjadi Rp518 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp694 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh penurunan nilai pertanggungan seiring dengan penurunan nilai pasar akibat meningkatnya usia kendaraan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Sewa Operasi Bus mengalami kenaikan sebesar Rp151 juta atau 41,94% menjadi Rp511 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

dikarenakan oleh kenaikan tarif armada yang disewa dari pihak lain saat menjelang dan sesudah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Adakalanya Perseroan mengalami kekurangan armada akibat melonjaknya permintaan penumpang terutama saat menjelang dan sesudah perayaan Hari Raya Idul Fitri sehingga Perseroan perlu menyewa armada bus dari pihak lain. Saat seperti ini Pemerintah memberi kelonggaran untuk mengoperasikan armada dengan bebas (tidak harus sesuai dengan jumlah armada dan izin trayek). Pada tahun 2012, Perseroan menyewa sejumlah 10 (sepuluh) unit bus dari PO Patriot sesuai dengan perjanjian tertanggal 02 Juli 2012 dengan biaya sewa sebesar Rp2.653.000,- per unit bus per hari selama 8 (delapan) hari yang dibagi dalam dua periode masa sewa yaitu dari tanggal 26 Agustus 2012 hingga 28 Agustus 2012 dan dari tanggal 23 Agustus 2012 hingga 29 Agustus 2012. Pada tahun 2011, Perseroan menyewa sejumlah 10 (sepuluh) unit bus dari PO Patriot sesuai dengan perjanjian tertanggal 02 Agustus 2011 dengan biaya sewa sebesar Rp2.653.000,- per unit bus selama 8 (delapan) hari yang dibagi dalam dua periode masa sewa yaitu dari tanggal 26 Agustus 2012 hingga 28 Agustus 2012 dan dari tanggal 03 September 2012 hingga 11 September 2012.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari biaya lainnya mengalami penurunan sebesar Rp153 juta atau 51,34% menjadi Rp145 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dari Rp298 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012, yang terutama dikarenakan oleh menurunnya jumlah santunan pada korban kecelakaan lalu lintas yang melibatkan armada Perseroan.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010

Beban Pendapatan Langsung mengalami kenaikan sebesar Rp4.155 juta atau 3,44% menjadi Rp124.819 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp120.664 Juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan pada hampir seluruh pos-pos beban pendapatan langsung yang secara umum berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan, dengan perincian sebagai berikut:

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Bahan Bakar mengalami kenaikan sebesar Rp1.353 juta atau 3,30% menjadi Rp42.386 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp41.033 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh mulai beroperasinya segmen Feeder Busway.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Suku Cadang dan Perlengkapan mengalami kenaikan sebesar Rp1.213 juta atau 5,24% menjadi Rp24.356 Juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp23.143 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan jumlah pemakaian dan harga suku cadang.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyusutan Armada mengalami penurunan sebesar Rp850 juta atau 3,73% menjadi Rp21.960 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp22.810 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh sebagian bus AKAP yang dibeli pada pertengahan tahun 2003 telah habis disusutkan pada pertengahan tahun 2011, sehingga penyusutan atas bus tersebut pada tahun 2011 hanya beberapa bulan saja.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Gaji, Upah dan Tunjangan lainnya mengalami kenaikan sebesar Rp705 juta atau 4,33% menjadi Rp16.984 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp16.279 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh penambahan jumlah karyawan pada segmen Feeder TransJakarta dan kenaikan gaji berkala tahunan.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Penyeberangan/terminal/tol mengalami kenaikan sebesar Rp1.195 juta atau 12,62% menjadi Rp10.677 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp9.472 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

2010, yang terutama dikarenakan oleh kenaikan biaya penyeberangan antara pulau dan kenaikan tarif jalan tol. Biaya jalan tol turun 1,25%, sedangkan biaya penyeberangan antar pulau naik 16%.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Pelayanan Penumpang mengalami penurunan sebesar Rp238 juta atau 5,08% menjadi Rp4.444 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp4.682 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh berkurangnya jumlah perjalanan yang mengakibatkan biaya pelayanan penumpang menurun.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan mengalami kenaikan sebesar Rp553 juta atau 35,70% menjadi Rp2.102 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp1.549 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh peningkatan biaya perbaikan/pemeliharaan bus segmen Busway TransJakarta, serta meningkatnya jumlah bus segmen AKAP yang sisa umur ekonomisnya berkurang sehingga biaya perawatan semakin tinggi. Hal seperti ini sudah menjadi karakteristik dari aset armada bus pada industri transportasi, dimana semakin tua usia kendaraan maka semakin banyak komponen yang mengalami keausan sehingga sehingga membutuhkan penggantian suku cadang yang akhirnya akan meningkatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan. Kebijakan manajemen untuk menggunakan suku cadang asli yang meskipun harganya lebih mahal dibandingkan dengan suku cadang imitasi adalah merupakan bagian dari strategi Perseroan dengan tujuan untuk memperpanjang usia pakai kendaraan bus.

Beban Pendapatan langsung yang berasal dari Biaya Kir/pengurusan perizinan armada mengalami kenaikan sebesar Rp376 juta atau 196,86% menjadi Rp567 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp191 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh penambahan jumlah armada baru yang harus dikir yaitu Feeder TransJakarta, serta pergeseran waktu pelaksanaan kir bus segmen AKAP (setiap enam bulan terhitung sejak tanggal proses kir bus yang bersangkutan).

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Sewa Operasi bus mengalami penurunan sebesar Rp56 juta atau 13,46% menjadi Rp360 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp416 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, yang terutama dikarenakan oleh berkurangnya jumlah bus milik pihak lain yang disewa dan dioperasikan oleh Perseroan sebagai bus tambahan pada saat musim ramai penumpang hari raya Idul Fitri tahun 2011.

Beban Pendapatan Langsung yang berasal dari Biaya Asuransi armada mengalami penurunan sebesar Rp220 juta atau 24,07% menjadi Rp694 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dari Rp914 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, yang terutama dikarenakan oleh penurunan nilai pertanggungan seiring dengan penurunan nilai pasar akibat meningkatnya usia kendaraan.