• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA HASIL DAN MUTU BEBERAPA GENOTIP PADI GOGO LOKAL (Yield Ability and Quality of Some Local Upland Rice Genotypes)

Sakka Samudin, Enny Adelina

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako ABSTRAK

Produksi beras selama ini belum mampu memenuhi permintaan dalam negeri akibat pertumbuhan penduduk yang cukup besar sehingga dilakukan impor beras. Selama ini produksi padi sawah memberikan sumbangan yang paling besar terhadap produksi nasional. Di sisi lain, masih banyak padi gogo lokal yang memiliki potensi produksi yang baik namun belum diekplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan mutu padi gogo lokal. Percobaan telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Sidondo, Desa Sidondo, Kabupaten Sigi mulai bulan Februari–Agustus 2016. Bahan dan alat yang digunakan meliputi benih hasil eksplorasi di Kabupaten Sigi dan Tojo Una-Una, sprayer, cangkul, handtraktoar, pupuk kandang sapi, Urea, TSP, KCl, meteran, dan alat tulis. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 24 genotip sebagai perlakuan yang dikelompokkan atas tiga kelompok sehingga terdapat 72 petak percobaan. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa semua perlakuan genotip berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Uva Buya, Yondo, Pae Pulu Palang, Kenari, Tagolu dan Uva Masai merupakan padi gogo lokal yang memiliki hasil diatas 5 ton/ha. Kadar amilosa tergolong sedang–sangat tinggi, butir mengapur tergolong kecil dan butir beras pecah tergolong sedang–ramping.

Kata kunci: daya hasil, mutu padi gogo lokal. ABSTRACT

Rice production has not been able to meet domestic demand due to population growth is quite large so do imports of rice. So far, rice production contributed the most to the national production. On the other hand, there are still many local upland rice which has a good production potential yet unexplored. This study aims to determine the yield and quality of upland rice locally. Experiments have been conducted at the Experimental Farm Sidondo, Village Sidondo, Sigi District started Month of February until the month of August, 2016. Materials and tools used include seeds exploration results in Sigi and Tojo Una-Una district, sprayer, hoe, handtraktoar, cow manure, Urea, TSP, KCl, metered and stationery. The experiment was arranged in a randomized block design with 24 genotypes as treatments have been divided into three groups so that there are 72 experimental plots. Results of analysis of variance showed that all treatments genotype significantly affected the observed variables. Uva Buya, Yondo, Pae Pulu palang, kenari, and Uva Masai, Tagolu a local upland rice which has the result of over 5 tonnes.ha-1. Amylose content were

medium-high, whitewashing grain is small and broken rice grains were slim–medium. Keywords: local upland rice, quality.

PENDAHULUAN

Padi merupakan tanaman utama bernilai tinggi di dunia dan merupakan sumber utama pangan lebih dari seperdua populasi di dunia serta diatas 95% tanaman padi di dunia digunakan untuk makanan manusia (Rafi et al. 2014). Menurut Miah et al. (2013), populasi manusia di dunia pada tahun 2030 diper- kirakan sebanyak 8 miliar orang dan karenanya produksi tanaman padi harus ditingkatkan sebesar 50% untuk memenuhi kebutuhan populasi manusia. Kebu- tuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia terus meningkat, karena lebih dari 95% penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan konsumsi utama dan adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras (Sadimantara & Muhidin 2012). Menurut Handayani et al. (2013) selama kurun waktu 37 tahun rata-rata konsumsi beras di Indonesia per tahun sebesar 27.859,14 ribu ton yang masih lebih tinggi dari rata-rata produksi beras per tahun yang hanya mencapai 26.725,78 ribu ton. Kondisi ini menyebabkan impor tetap dilakukan oleh pemerintah sebesar 1 juta ton untuk menjaga stok beras nasional (Darwanto 2005). Impor beras yang dilakukan secara terus menerus akan merugikan produsen dalam negeri sehingga perlu dicari upaya pemecahannya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki produksi padi gogo. Selama ini produksi beras nasional didominasi oleh produksi padi sawah sehingga perhatian untuk padi gogo masih relatif rendah. Padi gogo umumnya diusahakan pada daerah-daerah tertentu sehingga saat ini sebagian besar padi gogo diusahakan pada daerah pinggiran dengan produktivitas rendah sehingga lebih dikenal sebagai varietas lokal. Produktivitas yang rendah dari padi lokal ini disebabkan oleh populasinya tersusun oleh kultivar bergalur banyak (multiline variety) dan berpenampilan kurang seragam. Daerah-daerah penghasil padi ini biasanya memiliki varietas lokal yang mengandung keragaman genetik tinggi akan semakin terdesak ke wilayah-wilayah pedalaman yang sulit dijangkau (Rabbani et al. 2008). Di sisi lain, padi lokal ini merupakan plasma nutfah yang potensial sebagai sumber gen-gen yang mengendalikan sifat-sifat penting pada tanaman padi. Keragaman genetik yang tinggi pada padi-padi lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi secara umum. Identifikasi sifat-sifat penting yang terdapat

pada padi-padi lokal perlu terus dilakukan agar dapat diketahui potensinya dalam program pemuliaan (Hairmansis et al. 2005; Haranida et al. 2005).

Eksplorasi merupakan tahap awal dalam program pemuliaan tanaman untuk pencarian sumber genetik dan peningkatan variabilitas genetik (Natawijaya et al.

2009). Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomi atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. Kegiatan tersebut sangat diperlukan dalam program pemuliaan tanaman (Bhuyan et al. 2007). Karakterisasi sumber daya genetic akan memberikan

nilai tambah dalam memperkaya “gene pool” dengan keragaman baru dari varietas lokal tersebut untuk perakitan varietas baru (Neeraja et al. 2005). Sumber daya

genetic tersebut bermanfaat untuk digunakan mendukung ketahanan pangan berkelanjutan (Bakhtiar et al. 2011). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan mutu genotip padi gogo lokal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan di Kebun Percobaan Sidondo, Desa Sidondo, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi. Percobaan dilaksanakan mulai Bulan Februari–Agustus 2016. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pupuk kandang, Urea, TSP, KCl, hand traktor, spray, genotip padi gogo lokal hasil eksplorasi di Kabupaten Tojo Una-Una dan Sigi yang terdiri atas 24 jenis, yaitu Siang, Pae Pulu Palang, Tagolu, Uva Buya, Uva Masai, Sampara, Gondurapa, Logi, Habo, Kalendeng, Kuning, Tokalang, Kenari, Yondo, Sia, Halaka, Pulut Ko, Sina Pondang, Roda, Dogan, Hitam, Lauda, Sinadidi dan Raki, cangkul, meteran, serta alat tulis menulis.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 24 genotip sebagai perlakuan ditanam di bedengan dan dikelompokan atas dasar kesuburan tanah dengan tiga kelompok sehingga terdapat 72 petak percobaan. Tanah dibersihkan dari rerumputan, dibajak sebanyak dua kali dengan kedalaman 30 cm dan diratakan, kemudian dibuat bedengan sebanyak 72 petak dengan ukuran 2 x 5 m dengan tinggi bedengan 25 cm. Sepuluh hari sebelum tanam, pupuk kan- dang sebanyak 20 ton.ha-1 atau setara 20 kg.petak-1 diberikan pada setiap bedengan.

Selanjutnya, pupuk TSP dan KCl dengan dosis masing-masing 75 kg.ha-1 dan 50 kg.ha-1 diberikan dengan cara larikan pada setiap bedeng sehari sebelum tanam.

Tanam dengan cara tugal, 3 biji per lubang dengan kedalaman 2 cm dan jarak tanam 30 x 30 cm serta pada umur 21 hari dijarangkan menjadi satu bibit per lubang. Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, dosis 100 kg.ha-1 secara larikan pada umur 25 hari setelah tanam dan 100 kg.ha-1 pada umur 55 hari setelah tanam. Pengendalian hama menggunakan bahan aktif Buprofezin (Apllaud 400 EC) dengan dosis 0,5 l.ha-1 dan Dharmabas 500 EC (bahan aktif Fenobukarb

) 4 ml/l. Panen dilakukan dengan kriteria >90% gabah sudah menguning dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.

Peubah yang diamati meliputi (Deptan, 2003):

1. Jumlah anakan, dihitung jumlah anakan yang terbentuk dan diamati menjelang tanaman berbunga (bunting)

2. Jumlah anakan produktif, dihitung anakan yang menghasilkan malai dan diamati menjelang panen

3. Panjang malai (cm), diukur dari leher hingga ujung malai dan diamati pada fase pengisian

4. Jumlah biji per malai, dihitung jumlah biji pada setiap malai dan diamati setelah panen

5. Bobot 1.000 butir (g), diambil 1.000 butir secara acak dalam setiap petakan dan diamati setelah panen

6. Hasil (ton/ha), ditimbang berat per petak dengan kadar air 13% dan diamati setelah dikeringkan.

7. Butir mengapur, diamati pada beras giling yang mewakili derajat pengapuran seperti 1) putih pada bagian perut; 2) Putih pada bagian tengah; dan 3) Putih pada bagian punggung

8. Kadar amilosa (%), dianalisis kandungan amilosa

9. Bentuk beras pecah, diamati perbandingan antara panjang dan lebar butir padi setelah panen

Analisis data menggunakan analisis varian yang dilakukan hanya pada komponen hasil untuk mengetahui pengaruh perlakuan genotip dan bila berpe-

ngaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji BNJ 5% untuk mengetahui genotip yang memiliki hasil tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN