• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera bergantung kepada beberapa faktor, yaitu pakan, bibit ulat, kondisi pemeliharaan, dan sistem pemeliharaan (Gowda & Reddy, 2007; Bizhannia & Seidavi, 2008; Seidavi, 2012). Dari sisi pakan ulat sutera, yaitu murbei, maka jumlah dan kualitas daun murbei meme- ngaruhi kesehatan ulat, produksi, dan kualitas kokon. Produksi dan kualitas tana- man murbei, 38% sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas kokon yang dihasilkan. Kualitas kokon pada akhirnya akan menentukan kualitas dan kuantitas benang sutera yang dihasilkan (Andadari et al. 2014).

Pengaturan jarak tanam akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman karena menyangkut pemenuhan kebutuhan akan intensitas cahaya, hara tanah, peme- liharaan tanaman, dan lain-lain. Tanaman murbei dengan profil tajuk seperti perdu karena pengaruh pemangkasan maka akan sangat memengaruhi produktifitas daunnya.

Tabel 1 disajikan hasil rata-rata pertumbuhan awal untuk parameter tinggi tanaman, bobot daun, dan jumlah daun per tanaman. Sementara pada Tabel 2, berdasarkan hasil sidik ragam maka jarak tanam dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap tiga parameter pertumbuhan murbei yang diamati dan jenis murbei berpengaruh secara nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun.

Interaksi antara faktor jarak tanam dan jenis hibrid murbei ternyata tidak ber- pengaruh terhadap tinggi tanaman, bobot daun, dan jumlah daun.

Tabel 1 Rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman (cm), bobot daun (gr), dan jumlah daun (helai) Perlakuan

Tinggi tanaman (cm)

Bobot daun (gram)

Jumlah daun per tanaman (helai) SULI 01 (x) 1 x 1 m 134,33 ± 38,43 0,25 ± 0,13 43,00 ± 20.95 SULI 01 (x) 1,2 x 0,4 m 161,33 ± 34,49 0,21 ± 0,07 33,00 ± 5,57 SULI 01 (x) 1.2 x 0,8 m 153,33 ± 42,50 0,23 ± 0,07 39,67 ± 14,05 HB 1 (x) 1 x 1 m 90,72 ± 25,33 0,19 ± 0,04 49,00 ± 7,21 HB 1 (x) 1,2 x 0,4 m 109,11 ± 7,26 0,28 ± 0,08 53,67 ± 12,50 HB 1 (x) 1.2 x 0,8 m 130,33 ± 41,76 0,20± 0,03 33,33 ± 8,50 HB 2 (x) 1 x 1 m 149,17 ± 14,02 0,30 ± 0,13 133,67 ± 51,54 HB 2 (x) 1,2 x 0,4 m 164,50 ± 18,62 0,15 ± 0,03 58,00 ± 9,54 HB 2 (x) 1.2 x 0,8 m 137,00 ± 19,52 0,14 ± 0,04 71,33 ± 10,79 Tabel 2 Hasil sidik ragam pengaruh jenis murbei dan jarak tanam terhadap parameter tinggi

tanaman, bobot daun, dan jumlah daun

Sumber variasi F-hitung

Tinggi tanaman Bobot daun Jumlah daun

Jenis murbei 5,455 ** 0,462 tn 16,162 **

Jarak tanaman 1,129 tn 1,181 tn 5,1 tn

Jenis murbei x jarak tanaman 0,766 tn 2,139 tn 3,689tn

Keterangan: tn = tidak nyata; ** = nyata pada taraf P 0,05

Hasil tersebut kurang sesuai dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa jarak tanam dan species akan berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan. Menurut Eltayb et al. (2013) jenis/species dan jarak tanam akan berpengaruh penting terhadap parameter pertumbuhan Morus spp, meskipun pada umur tanaman 1 bulan pengaruh jarak tanam tidak penting untuk parameter tinggi, jumlah daun, dan jumlah cabang. Jarak tanam berpengaruh pada parameter pertumbuhan setelah pengukuran umur 2 dan 3 bulan dengan jarak tanam yang terbaik adalah jarak tanam 1 x 1 m dan 1 x 1,5 m.

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman pada penelitian ini diukur dari pangkal batang sampai pucuk dari cabang tertinggi. Tinggi tanaman merupakan parameter yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diterap-

kan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul & Guritno 1995). Dalam penelitian ini berdasarkan analisis varian maka perlakuan jenis berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan jarak tanam tidak berpengaruh seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman tiga jenis hibrid murbei baru pada umur 5 bulan Jenis hibrid murbei baru Rata-rata tinggi tanaman (cm) (helai)

SULI 01 149,78 ± 35,53a

HB1 110,22 ± 0,07b

HB2 150,33 ± 19,33a

Keterangan: Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan

Perbandingan rata-rata tinggi tanaman jika dilihat dari perbedaan jenis hibrid murbei disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa murbei SULI 01 dan HB 2 memiliki rata-rata tinggi tanaman lebih baik dibanding jenis murbei HB 1. Hal ini dimung- kinkan karena faktor karakter dari tanaman yang diteliti.

Perbedaan perlakuan jarak tanam terhadap tinggi tanaman berdasarkan hasil sidik ragam tidak berpengaruh meskipun rata-rata tinggi tanaman pada jarak tanam 1,2 x 0,4 m lebih tinggi dibanding jarak tanam 1 x 1 m dan 1,2 x 0,8 m. Jarak tanam diduga akan memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman murbei pada pertum- buhan lebih lanjut. Menurut Mawazin dan Suhaendi (2008), untuk pertumbuhan selanjutnya dengan bertambahnya umur maka tanaman akan tumbuh menjadi besar, sehingga kebutuhan cahaya dan unsur hara juga akan meningkat. Dengan demikian jarak tanam yang lebih lebar, ketersediaan ruang, cahaya, dan unsur hara bagi tanaman akan lebih terpenuhi.

Gambar 2 Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada jenis hibrid murbei dan jarak tanam yang berbeda.

Bobot Daun

Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk mendiskripsikan dan mengetahui pertumbuhan suatu tanaman karena biomassa tanaman relatif mudah diukur dan merupakan gabungan dari hampir semua peristiwa yang dialami oleh suatu tanaman selama siklus hidupnya (Sitompul & Guritno 1995). Dalam hal tanaman murbei, bobot daun sangat erat hubungannnya dengan tujuan produksi murbei sebagai pakan ulat sutera sehingga semakin berat bobot daun maka produktivitas murbei semakin baik. Oleh karena itu, bobot daun ditimbang dalam kondisi segar.

Berdasarkan analisis varian, maka baik jenis hibrid murbei maupun jarak tanam yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata pada bobot daun total pada pertumbuhan awal tanaman murbei umur 5 bulan. Rata-rata bobot daun berdasarkan jenis hibrid murbei dan jarak tanam disajikan pada Gambar 3

Gambar 3 Rata-rata bobot daun (g) pada jenis hibrid murbei dan jarak tanam yang berbeda.

Secara visual, maka helaian daun SULI 01 dan HB1 lebih tebal dan lebar dibanding jenis hibrid murbei HB2. Hal ini dari sisi pemanenan daun saat pemberian pakan menjadi lebih menguntungkan karena penggunaan pakan menjadi lebih dari hibrid murbei yang karakter daunnya tipis dan lebih kecil (Gambar 4). Bobot daun akan dipengaruhi dengan karakter daun murbei dari hasil persilangan, menyangkut ke ketebalan daun per helaian dan luasan helaian daun. Secara produktivitas tanaman maka tanaman murbei dalam penelitian ini pertumbuhannya masih awal sehingga belum stabil. Produktivitas tanaman murbei mulai stabil setelah murbei berumur 2 tahun.

Gambar 4 Visual helaian daun hibrid murbei SULI 01, HB1, dan HB2. Jumlah Daun

Daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya fotosintesis yang akan menghasilkan energi yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, maka jumlah daun menjadi salah satu indikator pertumbuhan, karena energi dari hasil proses fotosintesis digunakan sebagai cadangan makanan bagi pertumbuhan.

Berdasarkan analisis varian, maka perlakuan jenis hibrid murbei berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun sehingga selanjutnya dilakukan uji Duncan sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.

Rata-rata jumlah daun pada hibrid murbei HB2 sangat jauh selisihnya dengan rata-rata jumlah daun jenis SULI 01 dan HB1 (hampir 2x nya). Grafik rata-rata jumlah daun per tanaman pada jenis hibrid murbei dan jarak tanam disajikan dalam Gambar 5.

Tabel 4 Rata-rata jumlah daun tiga jenis hibrid murbei baru pada umur 5 bulan Jenis hibrid murbei baru Rata-rata jumlah daun per tanaman (helai)

SULI 01 38,56 ± 13,65 b

HB1 45,53 ± 12,46 b

HB2 88,78 ± 44,04a

Keterangan: Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak berganda duncan

Gambar 5 Rata-rata jumlah daun per tanaman (helai) pada jenis hibrid murbei dan jarak tanam yang berbeda.

Sementara dari sisi bobot daun seperti dalam pembahasan sebelumnya, jenis hibrid murbei HB2 memiliki rata-rata bobot daun yang jauh lebih ringan. Hal ini dapat menggambarkan bahwa secara visual helaian daun hibrid murbei HB2 lebih tipis dibanding dua jenis hibrid murbei yang lain. Selain dari itu ukuran daun HB2 lebih kecil dari ukuran daun jenis SULI 01 dan HB1. Visual daun dan tanaman dari jenis SULI 01, HB 1, dan HB 2 dapat dilihat pada Gambar 4 dan 6. Secara luasan permukaan helaian daun maka jumlah helaian daun yang lebih banyak bisa diasumsikan akan menghasilkan proses fotosintesis yang lebih baik, meskipun hal ini masih perlu dibuktikan dengan analisa antara lain kandungan klorofianalisa kandungan daun dan laju fotosintesis.

Tanaman murbei dengan karakter daun lebih tipis dan kecil akan mem- butuhkan jumlah tanaman lebih banyak untuk mendapatkan satuan berat tertentu yang diperlukan untuk pakan ulat sutera sehingga diperlukan luasan kebun yang relatif lebih luas. Karakteristik jenis hibrid HB2 dan jarak tanam yang lebar diduga akan dapat meningkatkan potensi pembentukan daun dalam tanaman. Selain karena faktor genotip dari jenis tanaman, maka jumlah daun relatif bisa ditingkatkan dengan pemberian perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk kandang (unsur fosfor) dapat mempercepat pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan. Hal

ini diduga karena unsur ‘P’ dalam tanaman berfungsi sebagai zat pembangun,

sehingga pemberian pupuk kandang yang sesuai akan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak dan merangsang pembelahan sel-sel yang lebih cepat serta meningkatkan pembentukan daun, juga dapat terkonsentrasi pada titik tumbuh

anakan sehingga lebih merangsang pertumbuhan sel secara vertikal (Rukmini 1985). Sementara produksi daun oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan pem- berian pupuk nitrogen (N) (Kinho 2014).

Gambar 6 Murbei jenis SULI 01, HB1 dan HB2.

KESIMPULAN

Secara umum berdasarkan rata-rata hasil dari tiga parameter pertumbuhan dalam penelitian ini maka karakter SULI 01 memiliki karakter lebih baik dibanding HB1 dan HB2 karena meskipun dari jumlah daun lebih sedikit dibanding HB2 tetapi dari sisi produktivitas daun secara keseluruhan (bobot daun) terutama jika dikonversikan ke produksi per ha, SULI 01 lebih baik diikuti HB1. Sementara itu untuk jarak tanam, maka jarak tanam tidak berpengaruh pada parameter pertumbuhan awal tanaman murbei, yaitu tinggi tanaman, bobot daun, dan jumlah helaian daun.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkugan Hidup dan Inovasi sebagai penyandang dana dengan sumber dana DIPA 2016. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Lincah Andadari, peneliti utama bidang persuteraan alam yang telah

memberikan bimbingan dalam rangka kaderisasi peneliti, Bapak Aan (petani sutera Ds. Cipeteuy, Kec.Kabandungan, Sukabumi) sebagai koordinator tenaga kerja di lapangan dan Herman Sari selaku teknisi litkayasa, dan Heri Kurniawan yang membantu dalam pelaksanaan teknis penanaman dan pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

Andadari, Lincah, Pudjiono S, Suwandi, Rahmawati T, Nurhaedah M, Bisjoe ARH, 2014. Buku Seri Iptek 5; Topik 4 Ulat Sutera. Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan.

Bizhannia AR, Seidavi AR. 2008. Principles and Techniques of Silkworm Breeding. Haghshenass Publication, p. 131.

Candrakirana IW. 1993. Studi Tentang Pengaruh Pengaturan Jarak Tanam terhadap Jumlah Tanaman Padi IR-64 (Oryza sativa L. Varietas IR-64). [Skripsi]. Singaraja Bali (ID): Universitas Udayana.

Danuwinata A. 1998. Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Genotip Cabai Merah. Majalah Ilmiah Vol 8 No. 8. Bandung (ID): Universitas Winaya Mukti.

Eltayb MTA, warrag EEI, Ahamed AE. 2013. Effect of Spacing on Performance of Morus Species. Journal Of Forest Products and Industries. 2(3): 13–23. Gowda BN, Reddy NM. 2007. Influence of different environmental conditions on

cocoon parameters and their effects for reeling performance of bivoltine hybrids of silkworm, Bombyx mori L. International Journal of Industrial Entomology. 14(1): 15–21.

Kinho J. 2014. Pertumbuhan Awal Tanaman Konservasi Eksitu Eboni (Diospyros pilosanthera Blanco.) Umur 1 Tahun di Hutan Penelitian Batuangus. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur II “Pembaharuan Sivikultur Untuk

Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan Menuju Ekonomi Hijau”.Yogyakarta. Hal 302–308.

Mawazin, Suhaendi H. 2008. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifolia Dyer. Jurnal Penelitan Hutan dan Konservasi Alam. 5(4): 381–388.

Pudjiono S. 2000. Pelatihan Usaha Tani Persuteraan Alam: Budi daya Murbei. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Sleman, Yogyakarta.

Rukmini. 1985. Pengaruh Naungan, Pupuk TSP dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusop elengi) di Pembibitan. [Thesis]. Ujung Pandang (ID): Universitas Hasanuddin.

Sarpian. 2003. Padoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Seidavi A. 2012. Study on thirty-one economically important traits in twenty silkworm Bombyx mori Varieties. African Journal of Biotechnology. 11(36): 8938–8947.

Sulthoni A. 1991. Aspek Biologi Persuteraan Alam dalam Rangka Membina dan Mengembangkan Fungsi Hutan Serbaguna. Lokakarya Pembinaan dan Pengembangan Hutan Serbaguna, Yogyakarta, 11–19.

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI