• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Penafsiran Ilmiah terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

KONSEP ALAM DAN DIALEKTIKA MANUSIA A ALAM DAN PRINSIP KESEIMBANGAN EKOLOG

3. Beberapa Penafsiran Ilmiah terhadap Ayat-Ayat Lingkungan

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, fenomena pemanasan global yang diawali dengan peningkatan rata-rata emisi GRK seperti karbondioksida yang mencapai 0,3 persen pertahun, telah menggangu keseimbangan ekologi sehingga berdampak negatif untuk manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Ada empat entitas yang penting dalam lingkungan hidup yang akan dibahas dalam kaitan dengan perubahan iklim, antara lain: air, flora, udara dan manusia itu sendiri. Pembatasan pada empat entitas ini karena sifatnya yang terkait langsung dengan penyebab terjadinya krisis lingkungan. Al-Quran memberi isyarat217 pada keempat entitas ini sebagai sistem yang urgen untuk dipelihara demi kelestarian lingkungan hidup.

a. Air Sebagai Sumber Kehidupan

Sejak dahulu, manusia telah mengamati tumbuhan dan hewan dalam keadaan basah ketika hidup dan kering dalam keadaan mati. Dengan fitrah yang diciptakan untuknya, terdapat hubungan yang erat antara air dan kehidupan. Secara bertahap, sains menemukan beberapa fakta yang disebutkan kebenarannya oleh al-Quran. Dengan penemuan itu, para ahli menyimpulkan air sebagai sesuatu yang mutlak

216Afzalur Rahman,

Ensiklopediana, h. 21.

217

Isyarat dalam al-Quran adalah dasar bagi wawasan dan perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Kesadaran ini menggiring manusia untuk lebih dekat memahami alam semesta berikut rahasia dan nilai yang dikandungnya. Baca Muhammad al-Ghazâlî, Berdialog dengan al-Quran: Memahami Pesan Kitab Suci untuk Kehidupan Masa Kini, terj. Masykur Hakim (Bandung: Mizan, 1997) cet. 3, h. 40.

diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan ekosistem. Tiada kehidupan tanpa air, bahkan sebagian ahli menggambarkan kehidupan itu adalah air.218 Tersedianya air dalam bentuk cair (liquid) serta susunan udara yang baik dan cocok telah menjadikan bumi sebagai tempat yang subur untuk berbagai kehidupan, atau disebut sebagai

green planet (planet hijau). Terdapat beberapa ayat yang mengisyaratkan hal ini, di

antaranya Q.S. al-Baqarah (2): 164:

ﱠﻥِﺇ

ﻲِﻓ

ِﻖﹾﻠﺧ

ِﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ

ِﺽﺭَﻷﹾﺍﻭ

ِ

ﻑﹶﻼِﺘﺧﺍﻭ

ِﻞﻴﱠﻟﺍ

ِﺭﺎﻬﻨﻟﺍﻭ

ِ

ﻚﹾﻠﹸﻔﹾﻟﺍﻭ

ﻲِﺘﱠﻟﺍ

ﻱِﺮﺠﺗ

ﻲِﻓ

ِﺮﺤﺒﹾﻟﺍ

ﺎﻤِﺑ

ﻊﹶﻔﻨﻳ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﻣﻭ

ﹶﻝﺰﻧﹶﺃﺂ

ُ

ﷲﺍ

ﻦِﻣ

ِ

ﺀﺂﻤﺴﻟﺍ

ﻦِﻣ

ٍ

ﺀﺂﻣ

ﺎﻴﺣﹶﺄﹶﻓ

ِﻪِﺑ

ﺽﺭَﻷﹾﺍ

ﺪﻌﺑ

ﺎﻬِﺗﻮﻣ

ﱠﺚﺑﻭ

ﺎﻬﻴِﻓ

ﻦِﻣ

ﻞﹸﻛ

ٍﺔﺑﺍﺩ

ِﻒﻳِﺮﺼﺗﻭ

ِ

ﺡﺎﻳﺮﻟﺍ

ِ

ﺏﺎﺤﺴﻟﺍﻭ

ِﺮﺨﺴﻤﹾﻟﺍ

ﻦﻴﺑ

ِ

ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ

ِﺽﺭَﻷﹾﺍﻭ

ٍﺕﺎﻳَﻷ

ٍﻡﻮﹶﻘﱢﻟ

ﹶﻥﻮﹸﻠِﻘﻌﻳ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah SWT., turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda

(keesaan dan kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan

.

Melalui ayat ini, manusia diajak untuk mengamati penciptaan malam dan siang, bahtera yang berlayar di lautan dan siklus air. Khusus mengenai air, ar-Râzî memberi penjelasan bahwa fenomena air adalah dalil (petunjuk) penting tentang adanya Sang Pencipta, bahkan menjadi sumber kehidupan yang menghidupi setiap makhluk.219

ﺎﻨﹾﻠﻌﺟﻭ

ﻦِﻣ

ِ

ﺀﺂﻤﹾﻟﺍ

ﱠﻞﹸﻛ

ٍ

ﺀﻰﺷ

ﻲﺣ

ﹶﻼﹶﻓﹶﺃ

ﹶﻥﻮﻨِﻣﺆﻳ

218

Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 137.

219

Tumbuhan membutuhkan air dalam proses pertumbuhan, hewan membutuhkan air sebagai penopang hidup, bahkan manusiapun berasal dari air kemudian tumbuh dan besar dengan air pula. Lihat Fakhruddin ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib (Beirut: Dar al-Fikr, t.th) juz 3, h. 221.

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tidak juga beriman?(Q.S. al-Anbiya' (21): 30)

Di dunia pemikiran filsafat dikenal seorang filosof Yunani, Thales, yang melahirkan ide tentang air. Air dalam pandangan Thales tidak saja merupakan sumber kehidupan, namun bisa juga berfungsi sebagai penghancur.220 Thales melahirkan ide tentang air berdasarkan pengalamannya sebagai seorang pelaut yang berkunjung ke beberapa wilayah seperti Mesir. Bagi Thales, sumber kehidupan masyarakat Mesir adalah sungai Nil yang dijadikan sebagai sumber pengairan dalam bidang pengairan. Mekanisme kehidupan yang kompleks tidak dapat berfungsi dalam satu lingkungan selain dalam lingkungan cair, dan satu-satunya yang cair adalah air.221 Ini berarti segala yang hidup membutuhkan air, pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air, bahkan persentase air di bumi sama dengan persentase air yang terdapat di dalam tubuh manusia.222

Penafsiran ar-Râzî, pada tahap berikutnya diperkuat dan dijabarkan lebih rinci dengan penelitian ilmiah. Secara bertahap, sains menemukan beberapa fakta yang disebutkan kebenarannya dalam penafsiran ar-Râzî itu, di antaranya dari disiplin ilmu sitologi,223 yang mengatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa 70 % permukaan planet bumi terdiri dari air. 97 % dari angka tersebut tidak layak diminum. Dengan persentase ini maka hanya 2-3 % saja yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup.224

220

Sebagai contoh, banjir dan gempa di laut yang menyebabkan terjadinya badai Tsunami yang menghancurkan alam daerah pantai dan sekitarnya.

221Ar-Râzi,

Mafâtih al-Ghaib, juz 3, h. 220

222

Quraish Shihab, Dia Dimana-Mana: Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2007) cet. V, h. 80.

223

Ilmu yang membahas tentang susunan dan fungsi sel

224Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak Alam Semesta; Mengenali Jejak Sang pencipta,

Tidak hanya itu, dalam komposisi tubuh manusia, air adalah unsur yang penting. Air dalam darah terkandung 92 %, dalam otak manusia 75 % dan dalam tulang terdapat 20 %. Untuk hewan, porsi ar mencapai 70 % dan tumbuhan mencapai persentase paling tinggi dengan 90 % kandungan air.225 Atas dasar komposisi itu, maka dapat disimpukan bahwa setiap makhluk hidup membutuhkan asupan air secara terus menerus. Karena fungsi alami tubuh manusia, seperti bernafas, membuang air seni, penguapan, dan sebagainya, maka air yang dibuang ini harus diganti. Pada hewan, asupan dilakukan dengan cara meminum air, sedangkan pada tumbuhan, asupan dilakukan dengan cara penyerapan melalui akar-akarnya. Memang, ar-Râzî tidak mengungkap secara detail bagaimana eksistensi air dalam kehidupan, akan tetapi beberapa pandangannya menjadi pondasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Terbukti dengan semakin banyaknya penelitian dari para ahli mengenai kemampuan air yang tinggi dalam mencairkan berbagai zat yang memungkinkannya melakukan tugas berat seperti membawa atau memindahkan struktur tubuh makhluk hidup. Dengan kemampuan ini pula air memainkan peran utama dalam setiap interaksi vital, membersihkan lemah, racun dan kotoran. Semua itu selain fungsi melarutkan zat-zat yang diperlukan sebagai bahan makanan tumbuh- tumbuhan, membentuk permukaan bumi, dan mengubah komponen-komponennya dari sati keadaan ke keadaan yang lain.226

Data yang dirilis lembaga-lembaga lingkungan dan dipublikasikan secara luas di media menunjukkan bahwa air tawar yang tersedia di dunia ini hanya 2-3% saja, sedangkan sisanya adalah air asin yang terdapat di laut. Sebagian besar kebutuhan makhluk hidup didapat dari daur ulang air tawar yang jumlahnya sangat terbatas. Dalam pendauran ini air dapat hadir dalam bentuk gas (uap), cair atau padat (es). Tiga bentuk air ini dapat dijumpai di seluruh dunia; gunung-gunung es di kutub adalah air dalam bentuk padat, awan-awan di langit adalah air dalam bentuk gas, dan air yang

225Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 87. 226

dikonsumsi manusia dan untuk mencuci berada dalam bentuk cair. Di semua habitat, air mengaami proses perubahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain secara terus-menerus. Budiman Chandra membagi air berdasarkan pada letaknya menjadi tiga: air hujan,227 air permukaan228 dan air tanah.229

Air, sebagaimana yang dikatakan ar-Râzî, sebagai sumber kehidupan makhuk hidup, mengalami siklus, dimulai dari air yang mengalir di sepanjang hilir yang akan bergabung dengan hilir lainnya membentuk hulu yang jauh lebih besar. Dari sungai akhirnya mengalir ke laut. Sementara air mengalir melalui anak sungai, sebagian akan menguap karena panas sinar matahari (berubah menjadi gas) tetapi sebagian besar terus mengalir sampai ke laut. Di laut inilah proses penguapan atau evaporasi

selanjutnya berlangsung. Ar-Râzî juga mengungkapkan bahwa air yang dikatakan al- Quran berasal dari langit, sesungguhnya turun melalui proses di awan, namun demikian, baginya, tidak dibenarkan untuk menafikan hakikat yang sebenarnya bahwa Tuhan yang menurunkannya.230

Sekedar perbandingan, Sayyid Quthub dalam Tafsîr fî Zhilâl al-Qurân

membahas sebuah surat dengan memotong segmentasi-segmentasi topik yang berkaitan antara sekumpulan ayat-ayat. Pada Q.S. 'Abasa (80): 25-32 dibahas beberapa hal yang paling dekat dengan kehidupan manusia; mulai pembahasan makanan sampai lingkungan yang disediakan untuk kehidupan manusia. Tapi khusus mengenai Q.S. ‘Abasa (80): 25 yang berbunyi

ﺎﺒﺻ

َﺀﺂﻤﹾﻟﺍﺎﻨﺒﺒﺻ

ﺎﻧ

أ

َ

(Sesungguhnya Kami

benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), ayatnya dikatakan singkat tapi

227

Merupakan sumber utama air di bumi. Meski pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, akan tetapi cenderung mengalami pencemaran. Pencemaran di udara bias berbentuk partikel debu, mikroorganisme dan gas. Lihat Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, (selanjutnya disebut Kesehatan Lingkungan), (Jakarta: Penerbit Buku Kesehatan EGC, 2007) cet. 1, h. 42.

228

Meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan. Kemudian air itu akan mengalami pencemaran oleh tanah, sampah dan lainnya. Lihat Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, h. 42.

229

Disebut ground water berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanahdan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Budiman Chandra, Kesehatan lingkungan, h. 42.

230

mendalam, pembahasan ayat tersebut dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dengan perbandingan pemahaman tradisional. Pembahasan pencurahan air yang disebut berasal dari langit adalah suatu hakikat (kenyataan) yang dapat diketahui setiap manusia dalam semua lingkungan dan apapun tingkat pengetahuan mereka. Selanjutnya, ketika manusia mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, maka kandungan yang disebut dalam ayat di atas akan difahami lebih jauh dan lebih luas lagi daripada hujan yang biasa terjadi setiap waktu dan dilihat setiap orang.

Sayyid Qutub mengutip pernyataan seorang ilmuwan tanpa menyebutkan namanya, bahwa jika benar bahwa panas bola bumi waktu lepas dari matahari itu sampai sekitar 12.000°C atau panas permukaan bumi mencapai derajat itu, maka pada waktu itu setiap unsur adalah panas. Karenanya, tidak mungkin terdapat wujud kimiawi apapun. Ketika bola bumi atau bagian-bagiannya mengalami pendinginan secara bertahap, maka terjadilah bentukan-bentukan dan terjadilah kehampaan alam sebagaimana yang diketahui. Tidaklah oksigen dan hidrogen dapat menyatu melainkan setelah suhu mengalami penurunan menjadi 4.000°F (Fahrenheit). Pada titik ini berjalanlah unsur-unsur itu secara bersama-sama, dan terciptalah air yang dikenal sekarang bahwa ia adalah hawa bola bumi, dan sudah tentu ia sangat besar pada waktu itu.231 Penafsiran ayat ini dalam fi Zhilâl diperluas pemahamannya mengenai sejarah asal-usul air yang berasal dari langit yang pembahasannya hanya berupa perputaran air di bumi, dari penguapan sampai menghidupi bumi dengan hujan dari langit. Oleh karena itu dikatakan bahwa air adalah penghidup segala yang hidup.232 Perbandingan urgensi air dengan makanan; jika dengan makanan manusia mampu bertahan hidup selama 10 hari, maka tanpa air hanya mampu bertahan hanya 3 hari.233

231

Sayyid Quthub, Tafsîr fî Zhilâl al-Qurân (Mesir: Dâr al-Syarq, 1977) juz 30, h. 41-44.

232

'Abdul Halîm 'Abdurrahmân Khadr, al-Manhaj al-Îmânî li ad-Dirâsât al-Kauniyyah fî al- Qurân al-Karîm (Jiddah: al-Dâr al-Su'ûdiyyah, 1987) h. 543.

233

Pada dasarnya, Semua air mengalami penguapan, baik yang berasal dari hilir, hulu ataupun laut, membentuk uap air di atmosfer. Uap ini naik dan akan menjadi dingin saat mencapai atmosfer yang lebih tinggi. Jika terdapat banyak gas di atmosfer maka akan memadat menjadi awan. Jika awan tersebut mencapai bagian yang lebih tinggi lagi di lapisan atmosfer, uap air berubah menjadi tetes-tetes es. Bahkan debu yang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap buangan industri, dan sejenisnya, kemungkinan akan terperangkap oleh uap air atau tetes-tetes es. Dengan demikian, volume dan beratnya akan bertambah. Air menjadi padat dan jatuh ketika awan berkelompok mencapai puncak gunung atau melintasi dataran tinggi atau menjadi lebih dingin karena suhu atmosfer yang lebih rendah. Dari uap yang mengembun itu kemudian menjadi tetes-tetes air yang sangat kecil, maka jatuh ke bumi dalam bentuk hujan hujan.234 Di beberapa pegunungan tinggi atau di daerah yang dingin di dunia, es ini tidak mencair sebelum mencapai tanah, sehingga jatuh dalam bentuk salju atau hujan es.235

Sama halnya dengan hasil penemuan ilmiah dari Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang diungkap Arie Budiman pada bagian terdahulu, Q.S. at-Thâriq (86): 11 memberi isyarat hal yang sama dengan fokus pada kata “pengembalian” dengan ungkapan:

ِ

ﺀﺂﻤﺴﻟﺍﻭ

ِﺕﺍﹶﺫ

ِﻊﺟﺮﻟﺍ

Demi langit yang mengandung pengembalian (mempunyai potensi

mengambalikan) (Q.S. at-Thâriq (86): 11)

Kata

ﻊـﺟﺮﻟﹶﺍ

mengandung arti bahwa air yang di laut menguap kemudian naik ke angkasa sehingga menjadi awan, lalu awan kembali ke bumi dengan bentuk hujan.

234

Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah dan Air dalam Perspektif al-Quran, (selanjutnya disebut Pengelolaan), (Jakarta: Pustaka Alhusna, 2002) h. 145. lihat juga Muhammad Jamâl ad-Din al- Fandî, min Rawâ`i' al-I'jâz fi al-Qurân al-Karîm (al-Majlis al-A'lâ li al-Syu'ûn al-Islâmiyyah, 1979) h.24-28.

235

Atau, langit mengembalikan air ke bumi dan selesailah sebuah siklus air. Setelah itu, air laut dan samudera akan kembali menguap dan membentuk awan sehingga turunlah hujan. Terdapat beberapa keterangan yang mencoba mengungkapkan segi kemukjizatan dalam ayat ini, di antaranya:236pertama, yang dimaksud dengan langit dalam ayat di atas adalah atmosfer yang berarti lapisan bawah atmosfer mengembalikan uap air yang naik ke langit dalam bentuk hujan. Dengan begitu, ayat di atas mengindikasikan siklus hidrologik yang terus menerus dan tersebar di antara lautan dan sungai dari satu sisi, dan awan atmosfer di sisi lain. Kedua, langit dapat dikatakan sebagai cermin yang memantulkan sinar dan gelombang elektromagnetik.

Ketiga, ayat di atas mirip dengan cermin pamantul yang memantulkan sinar panas

inframerah dan mengambalikannya ke bumi untuk menghangatkannya. Keempat, selain memantulkan dan mengambalikan sesuatu yang terkirim dari bumi, langit juga menangkap dan menyebarkan sesuatu yang terkirim dari kosmos atau dunia luar. Dengan demikian, langit melindungi bumi dari kiriman sinar kosmos dan sinar ultraviolet yang dapat mematikan. Kelima, jika langit berarti kosmos dengan segala bintang, segala sesuatu yang ada di dalam kosmos itu akan kembali ke posisi semula.

Dari keterangan ini dapat difahami bahwa terdapat keterpaduan antara ahli bahasa, tafsir dan sains dalam menjelaskan ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran.237

Secara sederhana, isyarat pengembalian dalam al-Quran tadi digambarkan sebagai berikut:

236

Fuad Pasya, Dimensi Sains, h. 75-75

237

Keterpaduan ini dalam Q.S. an-Nisa (4): 82 dikatakan sebagai bentuk kekuasaan Allak SWT dalam alam yang tidak ada kekeliruan dalam penciptaan-Nya. Karena jika bukan karena kesempurnaan penciptanya, akan terdapat banyak pertentangan dalam alam.

Gambar 3.1. kode perjalanan air dari lautan ke awan.

Sumber: William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo,

Environmental Science: A Global

Concern (New York: McGraw-Hill,

Mengamati gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa sinar matahari yang menembus ruang udara mengenai permukaan laut kemudian terjadi penguapan yang membawanya ke udara sehingga terjadi awan. Angin kemudian menghembuskan awan yang berisi uap air itu ditambah dengan sinar matahari yang menyebabkan awan menjadi padat, ketika itu perjalanan awan menuju tempat yang tinggi dihalangi oleh pegunungan dan terjadilah hujan. Thanthawî Jauhari menyatakan, potensi pengembalian dalam siklus air itu mengindikasikan bahwa peran udara dan air adalah sama, yaitu menurunkan hujan.238 Air tidak saja turun di permukaan laut, melainkan juga mengalami pergeseran menuju daratan dan menurunkan hujan di sana. Pada siklus hidrologi selanjutnya, ketika turun ke daratan, air masuk ke dalam tanah dan diserap oleh akar-akar tumbuhan ketika terjadi hujan. Air ini digunakan untuk tumbuh, meskipun sebagian dilepaskan melalui daun sebagai uap air kemudian kembali ke atmosfer.239 Sebagian air yang jatuh juga masuk ke dalam poros batuan di tanah lapisan bawah dan disimpan sebagai "air tanah". Inilah yang menjadi sumber air sumur bagi banyak kota dan desa di sekitarnya. Ada air hujan yang meresap jauh di bawah tanah, mengalir di sepanjang celah batu dan akan muncul sebagai mata air.240

Al-Quran mengisyaratkan kadar air tertentu yang turun dari celah awan sesuai dengan proses penguapannya dari laut (Q.S. al-Mu'minûn (23): 18241). Kalimat

ﺎﻨﹾﻟﺰﻧﹶﺃﻭ

ٍﺭﺪﹶﻘِﺑ

ًﺀﺂﻣ

ِﺀﺂﻤﺴﻟﺍ

ﻦِﻣ

menggambarkan bahwa air yang diturunkan dari langit adalah

238

Istilah yang ia pakai adalah Sababâni li Amrin Wâhid (dua sebab untuk satu perkara). Lihat Thanthâwî Jauharî, al-Jawâhir fi Tafsîr al-Qurân (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.) jilid 13, juz 15, h. 113-114.

239

Proses ini sama dengan proses sirkulasi darah dalam tubuh manusia, tanpa henti mengalir untuk mengasupi bagian-bagian yang membutuhkan. Lihat al-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, cet 2, juz 14, h. 61.

240

William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental Science: A Global Concern, (selanjutnya disebut Environmental Science), (New York: McGraw-Hill, 2001) edisi 6, h. 74-75.

241

Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan

dalam jumlah tertentu.242 Kata ‘tertentu’ bagi ar-Râzî adalah takdir yang mengandung pengertian memiliki komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam pertanian, perkebunan, sandang pangan dan kemaslahatan lainnya.243

Adapun kalimat lanjutannya

ِﺽﺭَﻷﹾﺍ

ﻲِﻓ

ﻩﺎﻨﹶﻜﺳﹶﺄﹶﻓ mengisyaratkan bahwa setelah

mengalami proses penguapan, air kemudian tertahan di awan dan terseret angin menuju dataran tinggi sehingga terbentur dengan pegunungan lalu turun ke bumi sebagai hujan. Air hujan dapat berbentuk salju maupun cair. Air tersebut terkumpul di samudera, danau dan sungai, di bawah tanah maupun di udara.Dari semua habitat, air berada dalam proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya secara terus menerus. Dengan istilah yang sederhana, siklus air dapat dijelaskan seperti pola dalam gambar berikut:

Gambar 3. 2. Siklus Hidrologi

Sumber: William P. Cunningham dan Barbara Woodworth Saigo, Environmental

242Ar-Râzi sedikit mengulas perbedaan para mufassir terkait dengan asal turunnya hujan.

Sebagian besar mengatakan bahwa hujan diturunkan dari langit karena sesuai dengan zhahir ayat. Pendapat ini disesuaikan dengan ayat lain yang berbunyi نوﺪ ﻋﻮﺗﺎ ﻣوﻢ ﻜﻗزرءﺎﻤﺴ ﻟاﻲ ﻓو. Sebagian lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah awan melalui proses naik turun dari langit le langit dunia yang berupa lapisan-lapisan tertentu. Lihat ar-Râzi, Mafâtih al-Ghaib, juz 23, h. 89.

243

Science: A Global Concern (New York: McGraw-Hill, 2001) edisi 6, h. 424.

Tabel di atas memberi gambaran yang jelas tentang perjalanan air yang mengalami siklus yang terus menerus sepanjang masa. Al-Quran memang memberi simbol tentang terjadinya siklus air, akan tetapi tidak dengan deskripsi secara lengkap dan jelas dari pertama sampai terakhir. Ar-Râzî dalam hal ini pun tidak merinci dengan panjang lebar mengenai siklus air dari pertama sampai terakhir. Orang pertama yang memberikan wawasan tentang konsep siklus air dan menguraikannya secara benar adalah Bernard Palissy (1850). Sebelumnya, banyak para peneliti dan filosof Yunani yang telah mencoba menguraikannya, namun tidak seluruhnya benar.244 Namun demikian, terdapat beberapa ayat-ayat yang menguraikan penggalan-penggalan proses secara akurat tentang siklus air, misalnya QS. ar-Ra'd (13):17245 dan az-Zumar (39): 21.246 Sebaliknya, ayat-ayat yang menguraikan dengan cukup akurat tentang air di awan yang menghasilkan hujan, termasuk tentang potensi kilat yang terjadi di sana, terdapat pada beberapa ayat al-Quran, seperti Q.S. an-Nûr (24):43247; ar-Rûm (30): 48-49.248 Dengan demikian, al-Quran memberikan gambaran

244

Arie Budiman, et.al., Membaca Gerak, h. 91.

245

Allah SWT., telah menurunkan air dari langit, maka mengalirlah ia di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau barang-barang, buih seperti itu juga, demikianlah Allah SWT., membuat perurnpamaan tentang yang haq dan yang batil. Adapun buih, maka ia akan pergi ianpa bekas dan adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah SWT., membuat pemmpamaan-perumpamaan.

246

Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah SWT., menurunkan air dari langit, lalu Dia mengalirkannya menjadi mata-mata air di bumi, kemudian Dia mengeluarkan dengannya tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lain ia menjadi kering lain engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian Dia menjadikannya hancur. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pdajaran bagi Ulil Albab

247

Tidakkah engkau melihat Allah SWT., mengarak awan kemudian mengumpulkan di antaranya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka engkau melihat hujan keluar dari celah- celahnya dan Allah SWT., menurunkan es dari langit, dari gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Hampir-hampir saja kilauan kilatnya menghilangkan penglihatan

248

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba- hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.

global tentang siklus hidrologi249 ini (Q.S. ar-Rûm (30): 48250) kemudian penemuan sains menjadikan penjelasannya lebih rinci dengan kode-kode ilmiah tertentu. Siklus