• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsionalisasi Khalifah dalam Penerapan Sains dan Teknologi dalam Lingkungan.

AKTUALISASI NILAI QURANI DALAM LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI AMANAH KONSERVAS

C. Fungsionalisasi Khalifah dalam Penerapan Sains dan Teknologi dalam Lingkungan.

Fungsi manusia sebagai khalifah sering disalahartikan sebagai kekuasaan mutlak manusia atas lingkungannya. Cara pandang ini berimplikasi pada

penerapannya di berbagai bidang, terutama yang terkait dengan kemajuan manusia dalam pengelolaan SDA yaitu sains dan teknologi. Dengan begitu sains diperankan ganda, sebagai media untuk mempermudah menjalani hidup dan pengamatan terhadap realitas, sekaligus sebagai alat eksploitasi alam secara bebas. Sains berarti pengetahuan sistematis mengenai sifat dasar atau prinsip-prinsip objek inderawi atau fisik yang berawal dari observasi dan eksperimen, yang karena itu bersifat empiris, eksak (pasti) dan mudah diukur.381 Dengan bahasa lain, sains adalah kumpulan fakta mengenai dunia alamiah yang diyakinkan pada kita melalui eksperimen terkendali bersama ekstrapolasi logis fakta tersebut, serta hal-hal lain yang dapat dilihat dengan kasat mata melalui instrumen ilmiah.382

Adapun teknologi dimaknai sebagai ilmu yang berkaitan dengan kepandaian membuat sesuatu yang berhubungan dengan industri, seni dan kepandaian manusia lainnya yang memudahkan. Teknologi merupakan penggunaan sains dalam pemanfaatan alam untuk kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia.383 Sains dan teknologi memberikan peran besar dalam transformasi masyarakat tradisioanal menuju masyarakat modern dan industrial. Sains dan teknologi telah berjasa dalam mengungkapkan apa yang tidak diketahui oleh manusia tentang alam, sains memberikan hasil yang begitu memuaskan bagi manusia dalam bidang ekonomi. Al- Quran menganjurkan manusia untuk mengkaji alam, karena merupakan ayat-ayat dan kalam Tuhan yang tersirat. Dengan terkuaknya rahasia alam, maka manfaat dari alam juga akan didapat. Manfaat inilah yang menjadi hikmah bagi manusia, yakni hikmah dalam bentuk ilmu pengetahuan, material dan spiritual.384 Dari fungsi sains yang

381

Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam, (selanjutnya disebut Menyibak Tirai), (Bandung: Mizan, 2003) h. 2-3.

382Huston Smith,

Ajal Agama di Tengah Kedigjayaan Sains, terj. Ari Budiyanto (Bandung: Mizan, 2003) h. 199-203.

383

Syukron Kamil, Sains dalam Islam Konseptual dan Islam Aktual (Jakarta: PBB UIN, 2003) cet. 1, h. 8.

384Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam al-Quran, terj.Taufik Rahman (Bandung:

demikian juga terlihat bahwa sains merupakan bagian dari lingkungan manusia, sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Sains dan teknologi telah berperan besar dalam membentuk peradaban dunia modern, tidak saja di Inggris sebagai jantung peradaban modern Barat masa awal dengan revolusi industrinya (1750-1850) yang menyebar ke Eropa Barat lainnya dan Amerika Utara, melainkan juga Eropa Timur, Asia, dan Amerika Latin, termasuk dunia Islam sendiri.385 Dalam kerangka sains modern Barat, sains dan teknologi berfungsi secara aksiologis sebagai media untuk eksploitasi alam,386 dan hasil dari serapan sains pada alam semata-mata untuk peningkatan kesejahteraan manusia dalam bidang fisikal material semata. Ini merupakan derivasi dari implikasi paradigma (asumsi-asumsi filosofis yang mendasari suatu bidang peradaban, misalnya sains dan teknologi)387 sains yang secara objek ilmu pengetahuan hanya fokus pada realitas yang bisa diindrakan atau empirik belaka, atau pengetahuan yang lebih diarahkan pada alam dan dunia fisik-material semata388. Material bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia, sedangkan dimensi spiritual adalah kebutuahan rohaniah manusia. Dari pergeseran fungsi ini, maka sains dan teknologi di Barat sudah tidak dilihat sebgai bagian dari lingkungan manusia, sains diposisikan sebagai tolak ukur kebenaran ilmiah dan bebas nilai, maka posisi sains dan teknologi adalah independen bahkan superior dalam segala aspek kehidupan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa manusia merupakan khalifah yang terikat kontrak dengan Tuhan dalam menjaga stabilitas alam, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Quran:

ﱡﻞﹸﻛ

ٍ

ﺉِﺮﻣﺍ

ﺎﻤِﺑ

ﺐﺴﹶﻛ

ﲔِﻫﺭ

385

Syukron Kamil, Sains dalam Islam Konseptual dan Islam Aktual, h. 1.

386

Husain Heriyanto, Paradigma Holistik: Dialog Filsafat, Sains dan Kehidupan menurut Shadra dan Whitehead, (Jakarta: Traju, 2003) cet. 1, h. 39.

387Armahedi Mahzar, "Pengantar", dalam Husain Heriyanto, Paradigma Holistik, h. xiii. 388

Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya (Q.S. at-Thûr (52):21).

Pokok pikiran dalam penggalan ayat ini tegas dan lugas menyebut manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakannya. Alam telah ditundukkan Tuhan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, alam pun merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang memiliki dua dimensi, yakni material dan spiritual. Oleh karena itu tanggung jawab manusia tidak saja bagi sesamanya, akan tetapi langsung berkaitan secara vertikal kepada Tuhan sebagai pemberi amanat konservasi lingkungan. Atas dasar inilah manusia dikatakan sebagai mahluk multidimensional yang memiliki potensi memadai untuk menjalankan dinamika ekologisnya yang strategis dan mulia. Dikatakan strategis karena berada pada garda depan dalam melindungi keseimbangan ekosistem dan melestarikan daya dukung alam. Adapun dikatakan mulia karena posisinya langsung berhubungan dengan Tuhan terhadap konservasi yang dilakukannya.389

Permasalahannya, transformasi manusia menuju masyarakat modern telah melihat dan mengambil dimensi material alam saja, sehingga sains dan teknologi yang menjadi media untuk mengkaji alam telah dibuat sedemikian eksploitatif. Mulyadhi Kartanegara menyebut dua ciri fundamental peradaban modern, yaitu rasionalitas dan materialitas. Kedua unsur ini selama berabad-abad telah membentuk mental manusia menjadi rasional dan materialistik.390 Mental yang demikian telah meminggirkan hal-hal yang bersifat irasional atau mitologis, dan menekankan pada unsur empiris bukan yang non-empiris. Galileo, sebagaimana yang ditulis Mulyadhi, mengatakan bahwa hanya fenomena-fenomena yang bisa dihitung yang bisa dimasukkan dalam domain sains.391 Manusia modern telah menjadikan sains dan

389

Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan, h. 202.

390

Mulyadhi Kartanegara, Mengislamkan Nalar: Respon terhadap Modernitas (Jakarta: Erlangga, 2007) h. 100.

391

teknologi sebagai media eksploitasi alam secara besar-besaran. Francis Bacon adalah tokoh dunia abad ke-17 yang memproklamirkan agenda human domination (dominasi manusia) terhadap alam melalui sains dan teknologi. Melalui itu pula manusia mampu menemukan rahasia alam kemudian secara efektif memperbudak dan menguasainya.392 Paradigma ini semakin memperkuat dominasi manusia atas alam, karena alam hanya dilihat sebagai objek yang dikaji, dianalisis, dimanipulasi, direkayasa, dan dieksploitasi manusia, tanpa melihatnya sebagai media pemenuhan nilai spiritualitas manusia. Paradigma semacam ini bukan tanpa implikasi, sikap yang demikian justru melahirkan problem; sains dan teknologi menuntut biaya material, mental, kultural dan moral, langsung maupun tidak langsung.393

Dominasi terhadap alam telah menyebabkan masalah kelebihan penduduk, kurangnya ruang bernafas dan kemacetan pada masyarakat kota, pengurasan terhadap sumber daya alam, hilangnya keindahan alam, munculnya penyakit mental.394 Pritjof Capra juga melihat bahwa salah satu pandangan tentang dominasi terhadap alam berujung pada sikap dimana alam diburu dalam pengembaraannya, diikat dalam pelayanan, dijadikan budak bahkan dimasukkan ke dalam penjara dan secara superior mengungkap rahasia alam.395 Inilah yang sering dinamakan oleh para pengkritik sains dan teknologi modern Barat sebagai yang telah melahirkan krisis global dalam empat indikator, yaitu dampak militer, ekologis (perubahan iklim), krisis sosiologis, krisis psikologis.396

392

Matthew Fox dan Rupert Sheldrake, Nature Grace: Dialogues on Creation, Darkness, and the Soul in Spirituality and Sains (New York: Doubleday Dell Publishing, Inc., 1996) h. 16-17.

393

Rusli Karim, Agama, Modernisasi dan Sekulerisasi (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994) h. 23-29.

394

Sebagaimana yang dikutif dalam F. Schoun, "Spiritual Perspective and Human Fact", dalam Seyyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, h.26.

395

Inilah yang dilihat oleh Capra sebagai pandangan dominatif dan eksploitatif terhadap alam yang lahir dari cara pandnag Francis Bacon yang telah mendekonstruksi cara pandang keilmuan kuno yang lahir dari pemikir filosof dan ilmuan awal seperti Aristoteles. Pritjop Capra, Titik Balik, h. 47.

396Armahedi Mahzar, Revolusi Integralisme Islam: Merumuskan Paradigma Sains dan

Dampak militer, ilmu pengetahuan telah menghasilkan senjata-senjata nuklir pemusnah massal sebagai kekuatan militer oleh negara-negara maju. Masing-masing negara terlibat persaingan dalam menghasilkan energi-energi pemusnah. Secara material, bahan-bahan senjata nuklir bersumber dari alam, maka demi mendapatkan bahan-bahan mentah tersebut, negara melakukan penggalian terhadap alam. Teknologi nuklir kini sedang digalakkan terutama di negara ketiga. Tujuan dari penggalakan ini bukan untuk memenuhi kebutuhan energi negara-negara dunia ketiga tersebut, melainkan kebutuhan korporasi multinasional yang menggali SDA dari negara-negara ini sedapat mungkin. Namun demikian politisasi di negara-negara ketiga seringkali menyangkut teknologi nuklir karena teknologi ini memberi kesempatan untuk menggunakannnya membangun senjata nuklir. Potensi kerusakan global melalui senjata nuklir merupakan ancaman kerusakan terbesar terhadap lingkungan. Jika tidak dicegah, maka semua perhatian terhadap lingkungan akan menjadi bersifat akademik murni. Bahkan tanpa bencana nuklir pun dampak lingkungan tenaga nuklir jauh melebihi bahaya lain dari teknologi manusia. Pada awalnya tenaga nuklir disosialisasikan sebagai bahan bakar yang murah, bersih dan aman, akan tetapi praksisnya tenaga nuklir dipergunakan secara paradoks. Pembangunan dan perawatan pabrik tenaga nuklir menjadi semakin mahal yang disebabkan oleh banyaknya tolak ukur yang harus dipenuhi oleh industri nuklir karena protes masyarakat; kecelakaan-kecelakaan nuklir telah mengancam kesehatan dan kecaman ratusan ribu orang; dan zat-zat radio aktif meracuni lingkungan kehidupan secara terus menerus.397

Dampak ekologis adalah pencemaran lingkungan. Ini merupakan kerusakan dalam keseimbangan alam. Sikap yang tidak berkesinambungan adalah faktor penyebab terjadinya hal ini. Dalam Q.S. al-Jin (72): 16 dijelaskan:

397

ِﻮﱠﻟﹶﺃﻭ

ﺍﻮﻣﺎﹶﻘﺘﺳﺍ

ﻰﹶﻠﻋ

ِﺔﹶﻘﻳِﺮﱠﻄﻟﺍ

ﻢﻫﺎﻨﻴﹶﻘﺳَﻷ

ًﺀﺂﻣ

ﺎﹰﻗﺪﹶﻏ

Dan bahwasannya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rizki yang banyak).

Ayat ini bermaksud menjabarkan bahwa kerusakan terjadi karena tidak konsistennya manusia dalam menjalankan hukum-hukum yang diletakkan Tuhan pada alam. Akibatnya kondisi ekosistem alam menjadi memperihatinkan karena adanya penebangan hutan secara besar-besaran sehingga terjadi banjir dan tanah longsor. Pohon yang dahulu rimbun, hijau dan rapi, berdiri tegak ke angkasa menebarkan udara yang sejuk, segar dan bersih, kini tak ada lagi karena arogansi sikap dan keangkuhan manusia. Kerusakan semacam ini sekaligus menjadi warisan buruk bagi generasi selanjutnya karena daya dukung alam yang tak lagi memadai untuk kehidupan yang layak.398 Dengan begitu manusia semestinya tidak cukup berbuat baik bagi dirinya sendiri, akan tetapi ia juga bertanggung jawab terhadap keselamatan anak-anak dan generasi selanjutnya, dan unsur paling pokok dalam usaha penyelamatan itu adalah masalah ketuhanan dan moralitas, konsekuensi kedua hal itu harus diwujudkan dalam sikap dan perbuatan dalam lingkungan.399

Secara umum lingkungan yang tidak sehat secara fisik maupun secara mental dipengaruhi oleh pertumbuhan teknologi yang berlebihan; udara yang tercemar, suara bising, kemacetan lalu lintas, pencemaran kimiawi, radiasi dan sumber stress fisik dan psikologi menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Selain itu terdapat ancaman- ancaman lain terhadap hak kesejahteraan manusia yang jauh lebih berbahaya karena berpengaruh dalam skala yang lebih besar, baik dalam arti ruang dan waktu.

398

Al-Quran mengingatkan manusia untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah, salah satunya dengan menyediakan bagi mereka SDA melalui pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada alam sehingga tercipta lingkungan yang layak huni. Lihat QS. an-Nisâ' (4): 9. lihat juga Ministry of Forestry UN Climate Change Conference 2007, Sustainable Forest Development as Reflection of Faith and Piety (Perum Perhutani, 2007) h. 2.

399Lihat Q.S. Luqmân (3): 12-13; al-Baqarah (20: 132-133. baca juga Darwis Hude, et.al.,

Teknologi manusia telah menggangu proses ekologi yang menopang lingkungan alam, yang hampir diabaikan hingga akhir-akhir ini adalah air dan udara.400 Di udara, dampak rumah kaca akibat makin banyaknya gas karbondioksida hasil pembakaran bahan-bahan bakar oleh manusia telah memperburuk kondisi iklim bumi. Hal itu juga makin mengancam menipisnya lapisan ozon atmosfer, padahal ozon memiliki posisi sangat penting untuk melindungi pengaruh sinar ultraviolet matahari bagi kehidupan di bumi. Berkurangnya ozon akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan yang lainnya.401

Di Reviera Prancis dan Italia, manusia tidak lagi dapat menikmati air biru yang dalam dan berkilau. Laut merah sedang berubah menjadi abu-abu, sungai dan kanal mengandung sampah, deterjen dan limbah industri yang dibuang ke dalam air. Kapal tangker menumpahkan muatannya dekat pantai, botol-botol sampah membusuk kemudian terhempas ke pantai. Di Uni Soviet, sebuah komplek pabrik kimia dekat bekas Pesanggrahan Leo Tolstoy telah membuang limbah kimia ke udara selama 10 tahun. Akibatnya, hutan pinus di daerah wisata menjadi rusak. Keadaan tersebut tidak berdiri sendiri, peristiwa ini merupakan bagian dari krisis pencemaran dunia yang disebabkan oleh kekeliruan manusia dalam mengelola lingkungan. Manusia dengan pola hidup yang bebas telah meracuni udara, air, dan tanah dengan zat pencemar. Manusia telah mengacaukan komunitas alam dengan cara yang mempengaruhi tempat manusia berdiri dalam sistem yang kompleks yang lazim disebut "rantai besar kehidupan".402 Manusia juga menggoncangkan keseimbangan alam yang besar di bumi, atmosfer dan lautan sehingga menyebabkan bencana bagi manusia.

Dampak sosiologis, keretakan sosial akibat sistem ekonomi, teralinasi sebagai

dampak dari pola hidup urban yang mengikuti industrialisasi ekonomi. Dengan lahirnya sistem kapitalisme maka masyarakat modern menjadi masyarakat yang

400

Fritjof Capra, Titik Balik, h. 280.

401

Haidar Bagir dan Zainal Abidin, "Filsafat Sains Islami: Kenyataan atau Hayalan", dalam Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains, h. 7-8.

402

Henry Lansford, "Pencemaran Lingkungan", dalam Grolier International, Inc., Ilmu Pengetahuan Populer,(Jakarta: PT. Widyadara, 2005) jilid 6, h. 52.

individualistik dan hedonis, kecenderungan hidup mewah dengan memiliki barang- barang industri dengan kualitas tinggi menjadi tujuan, akibatnya hanya kelompok tertentu yang dapat mengakses kebahagiaan. Pola hidup ini mengacu pada nilai dan keuntungan dalam interaksi yang dilakukan dengan orang lain sehingga krisis sosial muncul dalam bentuk keretakan dan kesenjangan sosial. Semua ini akan berdampak pada lahirnya tindakan kriminalitas dalam segala bentuk, seperti terorisme, perampokan dsb. Dengan demikian sistem kapitalisme merupakan cermin masyarakat modern yang individualistik dan hedonis tadi.

Dampak psikologis adalah terciptanya obat-obat terlarang yang merusak manusia terutama generasi muda. Obat ini merupakan hasil industri kimia.403 Meningkatnya penderita depresi, kegelisahan, psikosis dan dekadensi moral. Terutama yang terakhir, merupakan pengaruh dari sikap seculer trend yang selanjutnya melahirkan disorganisasi (proses berpudar atau melemahnya norma- norma dan nilai-nilai) karena rasionalisasi dan penekanan pada kausalitas yang berlangsung sebagai karakter utama sains. Dengan pandangan ini dapat diasumsikan bahwa ancaman krisis kesadaran etis pada masyarakat yang menjunjung tinggi sains dan teknologi bisa lebih besar, karena penguasaan sains dan teknologi tidak dibarengi oleh etika.404

Lalu dimana letak kesalahan terhadap semua krisis yang ditimbulkan sains dan teknologi modern tersebut? Siapa yang bertanggung jawab? Bagi penulis, sains dan teknologi itu bebas nilai. Nilai dari sains ada pada manusia yang menggunakan

403

Dengan implikasi dalam bentuk krisis tersebut maka pandangan terhadap sains dan teknologi menjadi negatif. Banyak muncul tokoh-tokoh ilmuan, pemikir, cendikiawan dan filosof yang mencoba mengkritik sains modern secara radikal dan fundamental dengan melihat pada bentuk pandangan dunia yang menjadi asumsi-asumsi sains modern, yang mereka sebut sebagai paradigma Cartesian-Newtonian, positivisme, atau materialsime ilmiah. Dalam Islam ditemukan gerakan islamisasi sains. Ada yang menuntut rekonstruksi epistemologis. Seperti yang dikatakan Mulyadhi, bahwa secara epistemologis sains modern Barat memiliki perbedaan yang fundamental dengan sains dalam Islam. Sains Barat hanya mengkaji apa yang bisa diindarakan (empirik) dan bersifat positivistik, sekuler. Tapi paradigma apapun yang melatarbelakangi sains jika manusia yang menerapkan sains tersebut tanpa dilandasi etika moral dan tanggung jawab, maka sains tersebut akan menjadi media penghancuran terhadap kehidupan itu sendiri. Baca Mulyadhi Kartanegara, Mengislamkan Nalar, h. 2.

404

sains tersebut. Penyebab dari sains menjadi baik atau buruk dalam penerapannya adalah manusia sebagai subjek yang berlaku sebagai kontrol dan mandataris Tuhan (khalifah). Semua tanggung jawab dan amanah konservasi SDA dibebankan pada manusia bukanlah makhluk lain selainnya. Dalam Q.S. al-Ahzab (33): 72 menjelaskan hal ini dengan ungkapan:

ﹸﻥﺎﺴﻧِﻹﹾﺍﺎﻬﹶﻠﻤﺣﻭ

ﺎﻬﻨِﻣ

ﻦﹾﻘﹶﻔﺷﹶﺃﻭ

ﺎﻬﻨﹾﻠِﻤﺤﻳ

ﻥﹶﺃﻦﻴﺑﹶﺄﹶﻓ

ِﻝﺎﺒِﺠﹾﻟﺍﻭ

ِﺽﺭَﻷﹾﺍﻭ

ِﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ

ﻰﹶﻠﻋ

ﹶﺔﻧﺎﻣَﻷﹾﺍ

ﺎﻨﺿﺮﻋﺎﻧِﺇ

ﻮﻬﺟﺎﻣﻮﹸﻠﹶﻇ

ﹶﻥﺎﹶﻛﻪﻧِﺇ

ﹰﻻ

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Salah satu yang membuat manusia mau memikul amanah itu adalah kemampuannya mengolah daya pikir yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Artinya, manusia dapat memahami hukum alam dan sunnah lingkungan sehingga mampu menguasai dan menundukkannya. Sains dan teknologi hanya sebatas media untuk mendapatkan manfaat dari alam, bukan untuk eksploitasi alam. Jadi terhadap penyimpangan dalam alam yang disebabkan oleh penerapan sains dan teknologi yang perlu direkonstruksi adalah cara pandang dan etika manusia sebagai khalifah di muka bumi.405

Dalam kajian ini, penekanannya terletak pada bagaimana media dalam bentuk sains, baik sains sekuler maupun sains yang didasarkan pada pandangan keagamaan mampu diartikulasikan oleh manusia sebagai perangkat paradigmatik dalam membina hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Artinya, pembahasannya tidak bergerak pada level epistemologisnya. Namun untuk sekedar pengantar agar

405

Arogansi saintifik ini bisa ditemukan pada beberapa tokoh, seperti Prancis Bacon yang mengatakan bahwa the knowledge is power. Ilmu pengetahuan difungsikan sebagai media eksploitasi alam demi kesejahteraan manusia. Maka dengan pandangan yang demikian sains alam dipergunakan semaksimal mungkin. Baca Husain Heriyanto, Paradigma Holistik, h. 63.

pembahasan ini tidak terkesan tanpa landasan metodologis-epistemik, maka penulis akan memaparkan sedikit pandangan sains tentang alam, dan mungkin ini akan terlihat dikotomis antara sains modern Barat dengan Timur. Namun tulisan ini tidak akan bergerak pada materi tersebut, karena dikhawatirkan akan terjebak pada wacana eklektis dan gerakan islamisasi sains.406

Karena banyaknya tokoh yang sangat berpengaruh dalam konstruksi sains modern Barat ini, maka penulis akan mencoba melihatnya dari konteks paradigma yang dipandang sebagai paradigma Rene Descartesian (1596-1650) dan Newtonian. Kedua tokoh ini telah melahirkan teori-teori yang sangat dikagumi dan telah menjadi cara pandang dunia ilmiah, yakni sains modern Barat. Pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan dan lahirnya abad modern, kedua tokohnya juga disebut dapat mewakili filsafat dan sains modern. Descartes dikenal sebagai bapak filosof modern sedangkan Newton dikenal sebagai tokoh pembangun sains modern.407

Descartes melahirkan ide tentang hukum alam. Ia berpendapat bahwa Tuhan merupakan pengatur alam dengan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan sejak awal mula penciptaan.408 Descartes hadir dengan mendekonstruksi seluruh pemikiran klasik. Ia menganjurkan untuk bebas dari semua yang berbau tradisi dan otorita dan pindah kepada pemikiran ynag rasional. Manusia yang berpikir adalah pusat segala sesuatu. Kesadaran sebagai subjek yang otonom, mandiri dan rasional inilah yang kemudian menjadi inti dan semangat peradaban modern Barat. Lebih lanjut dalam pemikiran Descartes bahwa alam kemudian dimatematisi yang kemudian melahirkan

406

Pandangan sekelompok muslim yang melihat sains modern Barat sebagai sains yang sekuler, karena didasarkan pada ketidakpercayaan pada Tuhan. Alam bergerak, berkembang dengan hukum-hukum yang sudah ada pada alam tersebut, dan tidak karena ketentuan Tuhan. Dengan sains yang demikian maka banyak terjadi krisis global, baik krisis ekologis, sosiologis, dan krisis psikologis. Dan atas semua itu sains tidak bertanggung jawab, karena sains modern Barat bersifat bebas nilai. Atas dasar penilaian tersebutlah maka para pemikir Islam mencoba melakukan gerakan islamisasi sains. Pada konferensi Islam pertama di Makkah tahun 1977 dicetuskanlah ide-ide tersebut, yang diambil dari ide sains Islam Seyyed Hossein Nasr, yang kemudian diikuti oleh al-Attas, al-Faruqi, dan Ziaduddin Sardar.

407Husain Heriyanto, Paradigma Holistik, h.30-31 408

pandangan bahwa alam merupakan mesin raksasa, alam bekerja sesuai dengan hukum-hukum mekanik dan segala sesuatu yang terdapat di alam materi dapat dijelaskan dalam pengertian tatanan dan gerakan dari bagian-bagian.

Newton melihat alam dalam tiga kerangka kerja dalam bentuk pertanyaan, yang kemudian melahirkan pandangan bahwa yang ada hanya materi dalam alam:

Pertama, terdiri dari unsur apa saja alam ini? Newton melihat bahwa dalam alam ini

hanya ada tiga realitas; materi, ruang, dan waktu. Kedua, apa yang disebut perubahan? Perubahan-perubahan hanya dilihat dan difahami sebagai perpisahan, penggabungan dan pergerakan, dengan berbagai variasinya dari partikel yang tetap.

Ketiga, bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi? dan semua perubahan itu terjadi

dalam hukum fisika yang mengatur pergerakan materi dalam ruang dan waktu yang obsolut.409

Maka cara pandang sains modern Barat yang demikian, secara historis- geneologis bisa dilihat pada paradigma sains yang lahir dari paradigma Cartesian- Newtonian. Sifat-sifat dasar dari paradigma ini adalah: pertama, subjektivisme- antroposentrisme. Konsep ini bersifat bahwa manusia merupakan subjek yang otonom dan dengan kemampuan rasionya ia menjadi pusat dari segala sesuatu. Ini terambil dari pandangan Descartes tentang cogito ergo sum (aku berpikir maka aku