• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan sebagai wadah untuk menggali dan mengembangkan potensi serta bakat, sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga, pendidikan juga menjadi parameter kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Saat sumber daya manusia itu dibina sesuai dengan perkembangan potensi yang dimiliki dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan proses pembelajaran yang baik, maka dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang mapan intelektual dan kepribadian.

Melalui pendidikan kemampuan manusia terus diasah agar memiliki ketajaman dalam memecahkan berbagai hidup dan kehidupan, karena pendidikan sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO menekankan pentingnya empat pilar yang harus dilakukan dalam semua proses pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk mandiri (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together). Dengan kata lain, manusia yang diharapkan mampu menghadapi masa depan adalah manusia yang memiliki cakrawala berpikir luas dan dalam, memiliki keterampilan tepat guna, memiliki kepribadian mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki pemahaman dan apresiasi terhadap orang lain.1 Hal ini berarti, secara global tujuan utama pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana belajar merupakan proses perubahan secara komprehensif aspek tingkah laku seseorang secara terus-menerus dan progresif sepanjang masa. Dimana pendidikan ditempuh dalam proses pembelajaran.

1 Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) cet ke-3 h. 6.

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu daya saing bangsa melalui pengaturan kembali Standar Kompetensi Lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian, serta pengaturan kembali kurikulum.2

Standar nasional pendidikan harus dipenuhi oleh setiap sekolah, meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) tersebut harus diterapkan pada setiap sekolah formal dengan mengacu kepada Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang telah ditetapkan pemerintah. Dari 8 standar nasional pendidikan tersebut, standar sarpras memilih peran yang sangat penting, karena kesediaan sarpras menjadi salah satu faktor penting yang dapat menarik minat masyarakat. Secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan. Setiap sekolah harus melakukan berbagai upaya agar kedelapan standar tersebut dapat terpenuhi.

Selain itu, sekolah memerlukan dukungan sarana prasarana pendidikan.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan material pendidikan yang sangat penting. Sekolah yang memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap akan sangat membantu dalam menunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Baik guru maupun siswa merasa terbantu dengan adanya fasilitas tersebut. Sekalipun sebagai salah satu faktor pendukung, namun esensinya sangat berpengaruh untuk tercapainya mutu pendidikan yang efektif dan efisien.

Sarana dan Prasarana memegang peranan penting dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan, serta keterampilan dalam manajemen tersebut, juga dalam menentukan salah satu

2 Peraturan Pemerintah No.32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, h. 381.

indikator keberhasilan kualitas pembelajaran di lembaga pendidikan. Hal ini diatur jelas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XII pasal 45 ayat 1 “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kewajiban peserta didik.”3

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan atau Madrasah Aliyah Kejuruan memutuskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.4 Ternyata kondisi dilapangan terkait sarana dan prasarana masih ada sekolah yang kurang memadai seperti MA Miftahul Umam Pondok Labu. Sekolah yang pernah menjadi objek penelitian tersebut masih banyak kekurangan dalam fasilitas sarana dan prasarana, contohnya fasilitas labolatorium untuk jurusan (Ilmu Pengetahuan Alam) IPA. Selain itu perpustakaan yang di sediakan sangatlah minim hal tersebut dikarenakan terbatasnya ruang atau lokal untuk pengadaan fasilitas perpustakaan seperti rak buku dan ruang untuk membaca. Akan terdapat perbedaan kualitas siswa secara umum dari sekolah yang memiliki laboraturium dengan yang tidak.

Adanya perpustakaan di sekolah atau sumber bahan ajar yang lengkap akan membuat siswa semakin mudah untuk belajar ilmu pengetahuan dibandingkan dengan sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana pembelajaran.

Selain itu, terdapat fenomena perbedaan sarana dan prasarana pendidikan. Perbedaan sarana dan prasarana antara sekolah swasta dan

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 30.

4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana, h. 2.

negeri, sekolah di desa dan di kota. Perbedaan waktu dan jumlah jam belajar.

Hal ini menjadi masalah yang perlu di kaji ulang agar tidak terjadi ketimpangan terhadap pemenuhan sarpras di sekolah secara nasional. Sarana dan prasarana pendidikan dapat menunjang tercapai tujuan pendidikan.

Meskipun tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, sarana dan prasarana diharapkan mampu mencukupi kebutuhan sekolah dan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya sarana prasarana pendidikan yang ada di lembaga pendidikan masih jauh dari kata layak, sementara sekolah dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berprestasi (bermutu) bagi para peserta didik dan dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian sekolah dituntut untuk memenuhi standar sarpras dengan melibatkan tanggung jawab seluruh stakeholder sekolah. Dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana maka akan mampu menunjang terhadap terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

Dalam menunjang bermanfaatan sarana dan prasarana sekolah, harus ada keterampilan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola sarana dan prasarana. Dalam hal ini, guru juga berperan penting dalam penggunaan sarana dan prasarana sehingga mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan. Tampaknya masih banyak guru di sekolah yang belum memiliki keterampilan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Salah satu faktor dari masalah tersebut ialah lemahnya keterampilan guru dalam penggunaan sarana dan prasarana sehingga perlu adanya pelatihan khusus bagi guru untuk meningkatkan peranannya dalam menunjang kualitas penggunaan sarana dan prasarana sekolah. Jika guru tidak memiliki keterampilan dalam pemanfaatan sarana dan prasarana secara optimal, maka akan berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran siswa.

Kegiatan pembelajaran siswa didukung penuh oleh sarana dan prasarana yang bermutu. Kebermanfaatan sarana dan prasarana yang kurang optimal juga mengakibatkan kurangnya proses dan hasil belajar siswa. Maka dari itu, guru dalam proses pengajaran harus mampu memanfaatkan sarana

dan prasarana seperti misalnya media pembelajaran yang menjadi sarana dalam menunjang pembelajaran siswa. Lemahnya siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menjadi masalah penting dalam mencetak hasil lulusan. Pasal sarana dan prasarana memiliki peranan penting dalam penyempurnaan keterampilan dan pengetahuan siswa di Sekolah.

Untuk mencapai hasil lulusan yang diinginkan, sudah sepatutnya sekolah mengupayakan kegiatan pembelajaran siswa yang didukung oleh sarana dan prasarana yang mumpuni. Kurangnya pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh sekolah juga dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan potensi siswa di kelas, sehingga sekolah tidak dapat mencapai hasil lulusan yang diinginkan.

Salah satu sekolah yang terdapat di daerah DKI Jakarta ialah SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus merupakan lembaga pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus sudah cukup berjalan dengan baik, prihal ini didukung dengan adanya kualifikasi guru sesuai dengan bidang keahliannya.

Namun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus terdapat beberapa masalah mengenai sarana prasarana, yaitu kurang maksimalnya pengelolaan sarana dan prasarana. Seperti halnya keberadaan SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus yang merupakan sebuah lembaga atau instusi yang bergerak di bidang pendidikan yang terletak di daerah Lebak Bulus, sarana dan prasarana yang masih kurang memadai atau belum lengkap, baik dari lingkungan sekolahnya, gedung, maupun fasilitas-fasilitas yang lain, dan secara umum mengenai pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan serta pengadaaan sarana dan prasarana masih kurang optimal.

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu proses untuk pengadaan dan mengawasi suatu tujuan tertentu dalam pendidikan. Jika tidak ada pengelolaan maka pengadaan, penggunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana akan kurang diperhatikan oleh pihak - pihak lembaga pendidikan.

Sarana dan prasarana di SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus masih kurang memadai dan belum sesuai dengan standar nasional pendidikan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana yang dialokasika untuk sarana dan prasarana. Masalah lainnya adalah kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga banyak sarana prasarana dalam kondisi rusak dan tidak layak pakai.

Dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus sudah tentu mempengaruhi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain proses pelaksanaan pendidikan di SMK Al Hidayah Lestari dan permasalahan pembelajaran bukan hanya dihadapi oleh guru yang bersangkutan, tetapi didukung pula oleh keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan tersebut. Dengan semakin berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi maka dalam kegiatan belajar diperlukan usaha pemanfaatan alat peraga dan alat peraktek sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi belajar siswa serta menghemat waktu.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan makan proses belajar mengajar harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen-komponen yaitu tujuan, isi, materi metode, media dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis dengan (langkah-langkah yang terarah dan teratur) secara sistemik (secara bulat dengan mempertimbangkan segala aspeknya agar berdaya guna dan berhasil.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan sarana dan prasarana sangat mendasar sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikator proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.

Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin melaukan kajian mendalam melalui sebuah penelitian dengan judul “Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMK Al Hidayah Lestari Lebak Bulus”