• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Belanja pemerintah pusat adalah bagian dari belanja negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat tahun 2019 sebesar Rp12.30 triliun (93,83 persen) meningkat dibaNdingkan tahun 2018 (93,47 persen), namun masih di bawah penyerapan nasional yang sebesar 93,90 persen.

a. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/ Kementerian/Lembaga)

Kementerian Negara/Lembaga (K/L) yang memiliki satker di wilayah DIY tahun 2019 tercatat sebanyak 50 K/L. Disajikan 10 K/L yang mendapat alokasi anggaran terbesar di wilayah D.I Yogyakarta di tahun 2019 sebagaimana tercantum dalam Tabel II.8 dibawah ini.

Tabel 3.8

Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran (dalam miliar rupiah)

Kode

BA Kementerian/Lembaga 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

033 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2.481,52 2.276,27 2.642,90 2.293,75 042 Kementerian Riset,Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1.669,21 1.467,38 1.634,52 1.559,38 024 Kementerian Kesehatan 1.215,39 1.116,95 1.383,60 1.236,60 012 Kementerian Pertahanan 1.010,33 992,52 1.227,80 1.176,74 025 Kementerian Agama 1.182,28 1.138,77 1.187,91 1.149,82 999 Bendahara Umum Negara 866,15 825,98 1.061,33 995,23 060 Kepolisian Negara RI 1.062,71 1.081,93 1.047,32 1.105,33 023 Kementerian Kebudayaan Pendidikan dan 326,50 299,07 448,59 420,90 018 Kementerian Pertanian 284,87 276,46 244,03 235,04 056 Kementerian Agraria dan Tata Ruang 172,70 154,85 212,28 196,02 Sumber : http://pa.perbendaharaan.go.id/monev/pagu_realisasi.html diakses tanggal 30-01-2020

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di DIY tahun 2019 Rp12,30 triliun (93,83 persen) 13 12 92.31 92.24 90.50 93.47 93.74 93.83 88 89 90 91 92 93 94 95 0 5 10 15 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Tri liun Sumber :http://pa.perbendaharaan.go.id/monev/pagu_realisasi.html diakses tanggal 10-02-2020 Grafik 3.2

Perkembangan Pagu,Realisasi dan Penyerapan Belanja Pemerintah Pusat di DIY Tahun 2014-2019

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

45

Dilihat dari alokasi pagu dan realisasi belanja di atas, pendistribusian pagu sejalan dengan salah satu kebijakan pokok di dalam APBN 2019 yaitu belanja negara yang produktif akan diarahkan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas pendidikan vokasi, tenaga pendidik yang adaptif dan responsif (pendidikan), layanan kesehatan dan keberlanjutan JKN serta pemerataan akses layanan kesehatan (kesehatan) dan percepatan pembangunan infrastruktur di mana untuk wilayah DIY terfokus pada penyediaan infrastruktur pelayanan dasar. Hal tersebut terlihat pada alokasi belanja D.I. Yogyakarta yaitu alokasi tertinggi pada Kementerian PUPR yaitu (Rp2,64 triliun). Kemudian Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Rp1,63 tiliun) dan Kementerian Kesehatan (Rp1,38 triliun).

b. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi

Berdasarkan alokasi per fungsi, belanja pemerintah pusat di wilayah DIY dibagi menjadi 11 fungsi. Dilihat dari alokasi belanja sesuai fungsi, tiga fungsi yang mendapat prioritas tinggi dalam APBN di wilayah DIY adalah fungsi pendidikan dengan alokasi sebesar Rp3,45 triliun (26,32 persen), fungsi ekonomi sebesar Rp2,73 triliun (20,85 persen), dan fungsi pelayanan umum sebesar Rp1,82 triliun (13,89 persen). Fungsi pariwisata dan budaya mendapatkan alokasi dana terkecil sebesar Rp1,99 miliar, (0,02 persen). Alokasi ini meningkat dibandingkan dengan alokasi tahun 2018 sebesar Rp 1,02 miliar.

Tabel 3.9

Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Di D.I Yogyakarta (dalam Miliar Rupiah)

No Fungsi 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

1 Pelayanan Umum 1.502,20 1.401,15 1.822,30 1.698,89

2 Pertahanan 1.010,33 992,53 1.227,81 1.176,74

3 Ketertiban dan Keamanan 1.465,54 1.486,05 1.464,97 1.520,81

4 Ekonomi 2.707,58 2.482,46 2.735,33 2.465,96

5 Lingkungan Hidup 244,10 223,60 294,49 277,27

6 Perumahan dan Fasilitas Umum 315,70 311,17 352,03 287,26

7 Kesehatan 1.307,93 1.188,02 1.441,49 1.290,98

8 Pariwisata dan Budaya 2,78 2,75 1,99 1,96

9 Agama 170,32 169,46 198,33 194,29

10 Pendidikan 3.285,35 2.999,42 3.452,97 3.272,00

11 Perlindungan Sosial 77,83 76,09 126,15 121,97

TOTAL 12.089,66 11.332,70 13.117,86 12.308,13

Sumber: http://pa,perbendaharaan,go,id/monev/pagu_ realisasi,html diakses tanggal 30-01-2020

Berdasarkan organisasi, alokasi tertinggi belanja pemerintah pusat padaKementerian PUPR sebesar Rp2,64 triliun atau 20,15 persen dari total pagu Berdasarkan fungsi, alokasi terbesar pada fungsi pendidikan sebesar Rp3,45 triliun atau 26,32 persen dari total pagu

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

46

c. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja

Porsi alokasi belanja pemerintah pusat di DIY untuk belanja pegawai sebesar 35,25 persen, belanja barang sebesar 33,75 persen, belanja modal sebesar 22,80 persen, belanja bantuan sosial sebesar 0,11 persen dan sebesar 8,09 persen adalah alokasi untuk DAK Fisik dan Dana Desa.

Tabel 3.10

Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja (dalam Miliar Rupiah)

Jenis Belanja 2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Belanja Pegawai 4.455,48 4.368,01 4.624,33 4.624,57

Belanja Barang 3.780,84 3.469,64 4.427,19 4.110,70

Belanja Modal 2.972,77 2.654,80 2.990,79 2.563,50

Belanja Bantuan Sosial 14,42 14,27 14,22 14,12

DAK Fisik 511,63 471,46 637,54 571,45

Dana Desa 354,52 354,52 423,79 423,79

Total 12.089,66 11.332,70 13.117,86 12.308,13

Sumber: http://pa,perbendaharaan,go,id/monev/pagu_ realisasi,html diakses tanggal 30-01-2020

3.3.1. Analisis Belanja Pemerintah Pusat

a. Analisis Belanja Sektor konsumtif dan Sektor Produktif

Sektor konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai kebutuhan operasional pemerintah yang sifatnya rutin dan habis pakai yang multiplier

effect-nya bersifat jangka pendek. Sedangkan sektor produktif adalah pengeluaran

pemerintah untuk investasi yang digunakan untuk mendanai kegiatan dalam rangka pembentukan aset dapat menimbulkan multiplier effect yang besar. Di tahun 2019, alokasi sektor produktif di DIY sebesar 34,70 persen. Belanja negara lebih banyak

dialokasikan (65,30 persen) untuk

membiayai belanja sektor konsumtif. Unsur belanja konsumtif terbesar berupa gaji pegawai dan tunjangannya (Rp4,62 triliun). Alokasi belanja pegawai tiap tahun cenderung meningkat antara lain karena penambahan jumlah pegawai, kenaikan gaji/tunjangan, dan kenaikan gaji berkala.

b. Analisis sasaran/obyek belanja pemerintah pusat

Penelitian atas obyek belanja pemerintah pusat dilakukan atas kontrak-kontrak dengan nilai besar yang diambil dari aplikasi OM SPAN seperti tabel berikut :

Aokasi terbesar belanja pemerintah pusat berupa belanja pegawai sebesar Rp4,62 triliun (35,25%) 34.70% 65.30% Grafik 3.3

Perbandingan Belanja Sektor Konsumtif dan Sektor Produktif di DIY Tahun 2019

(dalam persen)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

47

Tabel 3.11

Daftar Sepuluh Kontrak Terbesar yang Dibiayai dari Dana APBN Tahun 2019 (dalam Miliar Rupiah) Kd

Satker Nama Rekanan

Alamat Rekanan Pekerjaan Nilai Kontrak Realisasi Kontrak

498622 PT. Permata Maju Jaya DKI Jakarta Penyediaan Air Baku 67,00 62,87

406937 PT. Tri Mustika Abadi DKI Jakarta Jasa Konstruksi 18,87 18,87

498622 PT. Tigamas Mitra Selaras Jawa Barat Pembangunan Rusun 17,84 17,84

401667 PT Nata Solusi Pratama DKI Jakarta Pengadaan Sistem Paket

Gelombang 17,24 17,24

498622 CV Rizky Handayani DKI Jakarta Pengadaan Mesin Bor 16,98 16,98

423755 PT. Gunung Makmur Jawa Timur Jaringan Air Baku 15,38 14,15

415686 PT Berca Niaga Medika DKI Jakarta Pengadaan Alat Medis 15,34 15,34

498622 Putera Jaya Andalan, PT Yogyakarta Rehabilitasi Pasar 15,00 15,00

498177 PT Berkat Anugrah Perkasa P Banten Konstruksi Rusun 12,23 12,23

498622 PT. Perwita Konstruksi Yogyakarta Pemeliharaan Jalan 11,68 11,68

Sumber : Data OM SPAN diakses tanggal 11-02-2020

Berdasarkan penelitian atas kesepuluh kontrak terbesar yang dibiayai dari APBN didapati bahwa sebagian besar proyek (80 persen) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang ada dari luar DIY. Kebijakan dari K/L yang mengharuskan pengadaan barang/jasa dilakukan melalui e katalog di samping pekerjaan/barang yang memerlukan spesifikasi khusus yang hanya dapat dipenuhi oleh rekanan nasional, berperan dalam penurunan jumlah partisipasi penyedia barang/jasa daerah dalam pengadaan di daerah. Dari kesepuluh kontrak K/L dengan nilai terbesar di DIY hanya sebagian kecil kontrak (20 persen) yang dikerjakan oleh rekanan di DIY.

c. Analisis belanja menurut fungsi pendidikan dan kesehatan dikaitkan dengan sektor riil wilayah provinsi DIY

1) Fungsi Pendidikan

Pagu fungsi pendidikan tahun 2019 sebesar Rp3,45 triliun (26,32 persen). Rasio belanja pendidikan terhadap total pagu APBN Tahun 2019 menurun dibandingkan tahun 2018 sebesar 27,17 persen. Realisasi belanja pendidikan sebesar Rp 3,27 miliar atau meningkat 9,09 persen dari realisasi Tahun 2018. Dikaitkan dengan capaian indikator pendidikan, secara umum kualitas pendidikan di DIY sudah memadai.

Hal ini ditunjukkan salah satunya dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2018 untuk kelompok umur 7-12 tahun dan kelompok umur 13-15 tahun relatif masih tinggi yakni sebesar 99,90 persen dan 99,72 persen. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum. Untuk jumlah guru di DIY pada tahun 2019 sebanyak 38.495 orang

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

48

dan jumlah sekolah sebanyak 2.670 unit untuk jenjang sekolah SD, SMP dan SMA dan SMK.

2) Fungsi Kesehatan

Pagu fungsi kesehatan tahun 2019 sebesar Rp1,44 triliun (10,99 persen). Rasio belanja kesehatan terhadap total pagu APBN Tahun 2019 naik dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 10,82 persen atau mengalami kenaikan sebesar Rp133,56 miliar (10,21 persen) dibandingkan pagu tahun 2018. Realisasi belanja fungsi kesehatan sebesar Rp1,29 triliun atau naik Rp 102,96 miliar dibandingkan realisasi tahun 2018. Kenaikan alokasi pagu dan belanja tersebut sejalan dengan salah satu tujuan kebijakan fungsi kesehatan yaitu penguatan program promotif, preventif, peningkatan kualitas layanan kesehatan dan menjaga keberlanjutan JKN. Penguatan program promotif dan preventif salah satunya ditunjukkan dengan indikator jumlah rumah tangga di DIY yang telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yang merupakan bagian dari gerakan masyarakat hidup sehat yaitu sebesar 45 persen, serta perbaikan gizi ibu hamil melalui pemberian tablet penambah darah di mana untuk wilayah DIY di tahun 2018 telah mencapai 89,29 persen, hal ini dikarenakan anemia pada ibu hamil merupakan salah satu faktor resiko kematian ibu. Layanan kesehatan di DIY meliputi layanan kesehatan dasar dan rujukan di mana untuk layanan dasar diampu oleh puskesmas induk sebanyak 121 puskesmas yang semuanya telah terakreditasi dan layanan rujukan diampu oleh rumah sakit sebanyak 76 serta tenaga kesehatan sebanyak 27.001 orang. Program keberlanjutan JKN di DIY tahun 2018 dapat dilihat dari jumlah kepesertaan masyarakat miskin yang mendapatkan fasilitas Jamkesda sebanyak 71,689 orang dan penerima bantuan iuran (PBI) APBN sebanyak 1,665,885 orang. Indikator kesehatan lainnya yang mencerminkan meningkatnya tingkat kesehatan adalah Angka Harapan Hidup DIY sebesar 74,92 ditahun 2019 yang merupakan tertinggi diantara 34 provinsi di Indonesia. Angka harapan hidup merupakan jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.

Tabel 3.12

Perkembangan Capaian Indikator Kesehatan di DIY, Tahun 2018-2019

Tahun Angka Harapan

Hidup Angka Kematian Bayi Angka Kematian Ibu Jml Fasilitas Kesehatan Jml Tenaga Kesehatan 2018 74,82 313 34 1.240 29.354 2019 74,92 318 36 1.351 27.001

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

49

d. Analisis belanja wajib (mandatory spending) dan belanja tidak wajib dalam APBN di DIY

Belanja mandatory merupakan belanja wajib yang diperintahkan undang-undang, seperti pendidikan minimal 20 persen, tunjangan untuk guru, DAU minimal 26 persen dan kesehatan 5 persen. Pada tahun 2019 alokasi dana pendidikan di DIY mencapai Rp3,45 triliun dan dana kesehatan mencapai Rp1,44 triliun. Selain itu belanja pegawai (gaji dan tunjangan) dan belanja barang operasional di luar bidang

pendidikan dan kesehatan sebesar

Rp4,87 triliun. Bila diakumulasikan belanja wajib tersebut mencapai 74,44 persen dari total pagu APBN DIY, sehingga hanya tersisa 25,56 persen anggaran belanja yang non mandatory. Artinya, ruang fiskal

(fiscal space) yang dimiliki sangatlah

terbatas

e. Analisis Proyek Strategis Nasional di Wilayah DIY

Dalam rangka mencapai nawacita “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, selama tahun 2019 terdapat 587 proyek strategis nasional untuk program prioritas nasional di wilayah DIY dengan nilai total sebesar Rp290,33 miliar (terlampir).

Mayoritas proyek dialokasikan untuk pembangunan manusia melalui

pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan diantaranya adalah sertifikasi pendidik, bantuan pendidikan bagi siswa dan mahasiswa miskin, penyediaan infrastruktur air minum layak.

Pemda DIY terus berupaya mengurangi jumlah kemiskinan dengan berbagai program yang diharapkan tepat sasaran. Namun terdapat beberapa persoalan dalam penanggulangan kemiskinan diantaranya adalah terjadinya inclusion error atau kesalahan sasaran penerimaan program. Masyarakat yang sebenarnya tidak masuk kategori miskin, tetapi menerima program, di samping faktor lainnya yaitu

exclusion error yaitu kesalahan yang terjadi karena orang yang seharusnya

menjadi sasaran program pengentasan kemiskinan namun kenyataannya malah tidak menerima.

Kondisi ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian data saat proses pendataan dilakukan atau tidak ada updating (pembaruan) data terkini. Kondisi

Pendidikan 26.32% Kesehatan 10.99% BP dan BB Oprs 37.13% Fiscal Space 25.56% Grafik 3.4 Analisis Belanja Mandatory

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

50

masyarakat yang berubah status, yang sebelumnya miskin menjadi tidak miskin, atau sebaliknya. Ketidaksesuaian data juga diakibatkan tidak maksimalnya proses verifikasi dan validasi (verivali), untuk itu agar inclusion dan exclusion error tidak terjadi, verivali harus dilakukan sesuai dengan Permensos No.28/2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

Menurut Kepala BPS DIY, JB Priyono, untuk menentukan masyarakat masuk kategori miskin atau tidak memang perlu dilakukan verivali di mana terdapat 58 kriteria atau variable yang menentukan seseorang dikatakan miskin atau tidak. Data kemiskinan sebelumnya hanya menggunakan beberapa variable atau kriteria

sehingga menjadi penyebab perbedaan data kemiskinan. (https://jogja

politan.harianjogja.com/read/2019/07/10/510/1004646/pemerintah-akui-program-pengentasan-kemiskinan-di-diy-tak-tepat-sasaran)