• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. Kajian Fiskal Regional. Tahun. D.I. Yogyakarta. Provinsi D.I. Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. Kajian Fiskal Regional. Tahun. D.I. Yogyakarta. Provinsi D.I. Yogyakarta"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

Provinsi D.I. Yogyakarta

Kajian Fiskal

Regional

Tahun

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

(2)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

i

Assalamualaikum Wr.Wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Alhamdulillah penyusunan Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Gubernur DI Yogyakarta, Bupati/Walikota, Kepala Bappeda DIY, Kepala DPPKAD/BKAD dan Kepala Dinas/Badan masing-masing pemda, Kepala BPS DI Yogyakarta, Kepala KPPN serta berbagai pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyediaan data untuk bahan penyusunan kajian ini. Dukungan dan sinergi dari semua mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan DI Yogyakarta merupakan hal yang sangat penting bagi kami.

Kajian Fiskal Regional ini disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai pengelola fiskal di tingkat regional. Tugas dan fungsi tersebut yaitu memberikan informasi yang komprehensif mengenai perkembangan pelaksanaan APBN, APBD dan Dana Transfer ke Daerah serta indikator-indikator ekonomi yang terkait dengan pengelolaan fiskal. APBN yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat dan APBD yang dialokasikan Pemerintah Daerah diharapkan menjadi motor utama yang memberikan multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian di wilayah DI Yogyakarta. Tidak kalah penting adalah peran pihak ketiga swasta dari dunia usaha diluar pemerintah yang memberikan kontribusi dalam pencapaian kondisi perekonomian regional yang kondusif saat ini.

Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang bernilai strategis, khususnya kepada mitra kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DI Yogyakarta sebagai pertimbangan dalam perumusan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja. Kajian ini juga dimaksudkan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan fiskal secara nasional oleh Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan yang merupakan bagian penting dalam siklus penyusunan APBN. Semoga kebijakan kedepan yang akan diambil oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengacu pula pada capaian-capaian perekonomian secara makro yang disajikan dalam kajian ini.

Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih banyak kekurangan serta keterbatasan dalam melakukan analisis dan penyajian rekomendasi. Oleh karena itu, masukan dan saran kami harapkan dalam rangka perbaikan penyusunan kajian selanjutnya.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu mengiringi langkah kita ke depan dan melimpahkan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk kemajuan bangsa ini Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 28 Februari 2020

Heru Pudyo Nugroho

Kata Pengantar

Heru Pudyo Nugroho, Kepala Kanwil DJPb DIY

(3)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

DAFTAR

ISI

(4)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

1

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GRAFIK/GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

RINGKASAN EKSEKUTIF ... vi

DASHBOARD MAKRO FISKAL REGIONAL ... vii

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1

1.1. Pendahuluan ... 1

1.2. Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Daerah ... 1

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 2

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 3

1.3. Tantangan Daerah ... 5

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah ... 5

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan ... 6

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah ... 7

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 9

2.1. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ... 9

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 9

2.1.2. Suku bunga ... 18

2.1.3. Inflasi ... 19

2.1.4. Nilai tukar ... 21

2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 22

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) /Human Development Index (HDI) . 22 2.2.2. Tingkat Kemiskinan ... 25

2.2.3. Ketimpangan (Gini Ratio) ... 28

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran ... 29

2.3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 31

2.3.1. Progress Perkembangan Indikator Makro dan Indikator Kesejahteraan DIY Tahun 2019 ... 32

2.3.2. Efektifitas Belanja Pemerintah Dalam Memperbaiki Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan di DIY ... 33

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL ... 38

3.1. APBN TINGKAT D.I. YOGYAKARTA 2019 ... 38

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 38

(5)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

2

3.2.1. Penerimaan Perpajakan ... 38

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah (PNBP) ... 42

3.2.3. Penerimaan Hibah ... 43

3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 44

3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA ... 50

3.4.1. Dana Transfer Umum ... 51

3.4.2. Dana Transfer Khusus ... 52

3.4.3. Dana Desa ... 53

3.5. ANALISIS CASH FLOW TINGKAT REGIONAL ... 53

3.6. PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) PUSAT... 54

3.7. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 58

3.7.1. Penerusan Pinjaman ... 58

3.7.2. Kredit Program ... 59

3.8. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA WAJIB (MANDATORY SPENDING DAN BELANJA INFRASTRUKTUR DI DAERAH) ... 59

3.8.1. Mandatory Spending di daerah ... 59

3.8.2. Belanja Infrastruktur ... 61

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 63

4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ... 63

4.2. PENDAPATAN DAERAH ... 63

4.2.1. Dana Transfer/Perimbangan ... 64

4.2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 65

4.2.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 66

4.3. BELANJA DAERAH ... 67

4.4. PERKEMBANGAN BLU DAERAH ... 69

4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD... 72

4.6. PEMBIAYAAN ... 73

4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 74

4.7.1. Analisis Horizontal dan Vertikal ... 74

4.7.2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 76

4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH ... 77

4.8.1. Belanja Daerah Sektor Pendidikan ... 79

4.8.2. Belanja Daerah Sektor Kesehatan ... 80

4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah ... 81

BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 82

5.1. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN ... 82

(6)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

3

5.3. BELANJA KONSOLIDASIAN ... 86

5.4. SURPLUS/DEFISIT ... 90

5.5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT ... 91

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 94

6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH ... 96

6.1.1. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ... 96

6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH ... 100

6.3. TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 102

6.3.1. Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat ... 103

6.3.2. Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah ... 104

6.3.3. Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah ... 105

BAB VII ANALISIS TEMATIK : SINERGI DAN KONVERGENSI PROGRAM PENANGANAN Stunting di DIY ... 107

7.1. Penanganan Stunting Oleh Pemerintah Melalui Belanja K/L Dalam APBN ... 108

7.1.1. Intervensi Gizi Spesifik ... 108

7.1.2. Intervensi Gizi Sensitif ... 110

7.1.3. Lingkungan yang Mendukung ... 111

7.2 PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH MELALUI BELANJA DFDD ... 113

7.3 PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH MELALUI BELANJA BELANJA APBD ... 115

7.3.1. Intervensi Stunting Melalui Pemerintah Provinsi DIY ... 115

7.3.2. Intervensi Stunting Melalui Pemerintah Kabupaten/Kota... 115

BAB VIII PENUTUP ... 117

8.1. KESIMPULAN... 117

8.2. REKOMENDASI ... 119

(7)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

DAFTAR

TABEL

(8)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

v

Tabel 1.1 Sasaran dan Indikator RKPD DIY 2019

Tabel 2.1 PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan Tahun

2018-2019 (dalam Juta Rupiah)

Tabel 2.2 PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan 2017-2018

(dalam Juta Rupiah)

Tabel 2.3 Tingkat Inflasi Yogyakarta dan Nasional Menurut Kelompok

Pengeluaran Tahun 2019 (Persen)

Tabel 2.4 Indeks Pembangunan Manusia DIY Menurut Komponen Tahun

2014-2018

Tabel 2.5 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) D.I Yogyakarta Periode September 2015 –

September 2019

Tabel 2.6 Distribusi Pengeluaran Penduduk di DIY Tahun 2018-2019

(Persentase)

Tabel 2.7 TPT Menurut Wilayah DIY Agustus 2017-Agustus 2019

Tabel 2.8 Realisasi Indikator Makro Provinsi DIY dan Nasional Tahun 2018

Tabel 2.9 Perbandingan Distribusi Dana Desa Per Kabupaten/Kota di DIY

Tahun 2017-2019

Tabel 3.1 APBN DIY (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.2 Perkembangan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat

Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta 2018-2019(dalam miliar rupiah)

Tabel 3.3 Perbedaan Pencatatan Penerimaan Pajak antara Kanwil DJP DIY

dan Kanwil Ditjen perbendaharaan DIY(dalam miliar Rupiah)

Tabel 3.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat per Jenis PNBP Tingkat

DIY, Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.5 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat per Fungsional

Kementerian Negara/ Lembaga Tingkat DIY, Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.6 Rasio Pendapatan Pemerintah terhadap PDRB menurut Prov/

Kab/ Kota di DIY, Tahun 2019 (persen)

Tabel 3.7 Rasio Pendapatan Pemerintah terhadap Populasi menurut Prov/

Kab/ Kota di DIY, Tahun 2019 (ribu rupiah)

(9)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

vi

Tabel 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian

Anggaran di DIY (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.9 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Di D.I

Yogyakarta (dalam Miliar Rupiah)

Tabel 3.10 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja Di

DIY (dalam Miliar Rupiah)

Tabel 3.11 Daftar Sepuluh Kontrak Terbesar yang Dibiayai dari Dana APBN

Tahun 2019 (dalam Miliar Rupiah)

Tabel 3.12 Perkembangan Capaian Indikator Kesehatan di DIY, Tahun

2018-2019

Tabel 3.13 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Dana Transfer DIY

Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.14 Perbandingan Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Terhadap

Indikator Fiskal Di DIY, Tahun 2017-2019

Tabel 3.15 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAU DIY dan Nasional

2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.16 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DBH DIY dan Nasional

2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.17 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAK Fisik DIY dan

Nasional 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.18 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DAK Non Fisik DIY dan

Nasional 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.19 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Dana Desa DIY dan

Nasional 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.20 Perbandingan Anggaran dan Realisasi DID, Otsus dan Danais

DIY dan Nasional 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.21 Analisis Cashflow (dalam miliar rupiah)

Tabel 3.22 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di DIY Tahun 2019 (Miliar

Rupiah)

Tabel 3.23 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di DIY ( dalam

Rupiah)

Tabel 3.24 Perkembangan Pagu Satker BLU di DIY ( dalam Rupiah)

Tabel 3.25 Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Yogyakarta

(10)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

vii

Tabel 3.26 Potensi satker PNBP menjadi Satker BLU Tahun 2019 (miliar

rupiah)

Tabel 3.27 Perhitungan Pemenuhan Persyaratan Teknis BLU Penyediaan

Barang/Jasa

Tabel 3.28 Analisis Kemandirian BLU Pusat D.I Yogyakarta

Tabel 3.29 Perkembangan Aset Satker BLU Tahun 2015 -2019(dalam miliar

rupiah)

Tabel 3.30 Hasil Analisis Efekt4itas BLU Tahun 2019 (dalam rupiah)

Tabel 3.31 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat per Kabupaten/Kota

Per 31 Desember 2019 (dalam Rupiah)

Tabel 3.32 Realisasi Penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro per

Kabupaten/Kota Per 31 Desember 2019 (dalam Rupiah)

Tabel 3.33 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Pendidikan

Tahun 2019

Tabel 3.34 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Kesehatan

Tahun 2019

Tabel 3.35 Pagu dan Realisasi Capaian dan Target Anggaran Infrastruktur

Tahun 2019

Tabel 4.1 Profil APBD Propinsi D.I Yogyakarta Berdasarkan Klasifikasi

Ekonomi (i-account)/Dalam miliar Rupiah

Tabel 4.2 Jenis Pendapatan APBD di Provinsi D. I. Yogyakarta (dalam

miliar rupiah)

Tabel 4.3 Perbandingan Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Terhadap

Indikator Fiskal Di DIY, Tahun 2016-2019

Tabel 4.4 Profil APBD 2018-2019 Berdasarkan Klasifikasi Urusan di D. I.

Yogyakarta(dalam miliar)

Tabel 4.5 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Jenis Belanja di D. I.

Yogyakarta 2018-2019(dalam miliar)

Tabel 4.6 Perbandingan Belanja Modal dan Total Belanja Daerah TA.

2017-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 4.7 Profil dan Jenis Layanan BLUD di Wilayah Kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2019(Dalam miliar Rupiah)

Tabel 4.8 Perkembangan Pengelolaan Aset SKPD/BLUD di DIY Tahun

(11)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

vii

i

Tabel 4.9 Perkembangan Pagu PNBP (Jasa Layanan) dan Pagu APBD

Sektor KesehatanSKPD/BLUD di D.I YogyakartaTahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 4.10 Surplus/Defisit APBD dan Rasio Surplus /Defisit terhadap PDRB

2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 4.11 Analisis Horizontal APBD 2019 Provinsi DIY

Tabel 4.12 Analisis Vertikal Pendapatan APBD 2019 Provinsi DIY (%)

Tabel 4.13 Analisis Vertikal Belanja APBD 2019 Provinsi DIY (%)

Tabel 4.14 Perkembangan Kapasitas Fiskal DIY Tahun 2017-2019

Tabel 4.15 Kuadran Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah di DIY

Tabel 4.16 Pagu dan Realisasi Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD

Tahun 2019

Tabel 4.17 Penggunaan Dana Desa per Bidang dari APBN di Provinsi DIY

Tahun 2019 (dalam juta rupiah)

Tabel 4.18 Alokasi DAK Fisik dan DAK Non Fisik Bidang Pendidikan Provinsi

DIY Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 4.19 Alokasi DAK Fisik dan DAK Non Fisik Bidang Kesehatan Provinsi

DIY Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah

Provinsi DIY Tahun 2019 (dalam Juta Rupiah)

Tabel 5.2 Rasio Pajak terhadap PDRB DIY Tahun 2019 dan 2018

Tabel 5.3 Rasio Belanja Operasi Provinsi DIY Tahun 2019 dan 2018

Tabel 5.4 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB di DIY 2019

Tabel 5.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Per

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2019

Tabel 5.6 Laporan Operasional Statistik Keuangan Pemerintah Umum

Tingkat Wilayah Provinsi DIY Periode Tahun 2019 dan 2018

Tabel 5.7 Profil dan Jenis Layanan BLUD di Wilayah Kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2019 (Dalam miliar Rupiah)

Tabel 5.8 Perkembangan Pengelolaan Aset SKPD/BLUD di DIY Tahun

2018-2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 5.9 Perkembangan Pagu PNBP (Jasa Layanan) dan Pagu APBD

Sektor KesehatanSKPD/BLUD di D.I Yogyakarta Tahun 2018-2019 (dalam miliar rupiah)

(12)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

ix

Tabel 5.10 Surplus/Defisit APBD dan Rasio Surplus /Defisit terhadap PDRB

2019 (dalam miliar rupiah)

Tabel 6.1 Nilai LQ menurut lapangan Usaha di DIY Tahun 2014-2019

Tabel 6.2 Analisis Shift Share menurut Lapangan Usaha di DIY

Berdasarkan Pertumbuhan Regional, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah, Tahun 2014-2019

Tabel 7.1 Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 : Intervensi

Gizi Spesifik

Tabel 7.2 Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 : Intervensi

Gizi Sensitif (dalam jutaan Rp)

Tabel 7.3 Belanja Penanganan Stunting Tahun Anggaran 2019 Lingkungan

yang Mendukung (dalam jutaan Rp)

Tabel 7.4 Alokasi DAK Fisik Penugasan dan Reguler untuk Penanganan

Stunting di DIY 2019

Tabel 7.5 Realisasi Dana Desa untuk Penanganan Stunting di DIY 2019

(13)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

DAFTAR

GRAFIK

(14)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

x

Grafik 2.1 Perkembangan PDRB ADHB-ADHK Tahun 2015-2019 9

Grafik 2.2 Perkembangan PDRB ADHB-ADHK Tahun 2015-2019 10

Grafik 2.3 Perkembangan Kontribusi Konsumsi RT Thd Total PDRB

ADHB DIY Tahun 2015-2019 (Dalam Persen)

11

Grafik 2.4 Perkembangan Nilai Investasi Tahun 2015-2019 (Triliun

Rupiah)

12

Grafik 2.5 Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor LN dan Surplus/Defisit

Neraca Perdagangan DIY Tahun 2015-2019

12

Grafik 2.6 Perkembangan Konsumsi Pemerintah dan Kontribusi Thd

PDRB ADHB DIY Tahun 2015-2019 (Triliun Rupiah)

13

Grafik 2.7 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan

Sektor Industri Pengolahan Tahun 2015-2019 (Dalam Persen)

15

Grafik 2.8 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan

Konstruksi Tahun 2015-2019 (Dalam Persen)

16

Grafik 2.9 Perkembangan Pangsa Distribusi dan Laju Pertumbuhan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Tahun 2015-2019 (Dalam Persen)

17

Grafik 2.10 Nilai PDRB ADHB Per Kapita DIY dan Nasional Tahun

2015-2019 (Dalam Juta Rupiah)

17

Grafik 2.11 BI-7 Day Reser5e Repo Rate dan Laju Inflasi 2019 18

Grafik 2.12 BI-7 Day Reser5e Repo Rate dan Suku Bunga Kredit 2019 19

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta dan Inflasi Nasional

Tahun 2009-2019 (Dalam Persen)

20

Grafik 2.14 Perkembangan Laju Inflasi Bulan DIY-Nasional Tahun 2019

(Dalam Persen)

20

Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap 5aluta Asing Dollar

AS Per Bulan tahun 2019

20

Grafik 2.16 Perkembangan IPM di DIY Selama tahun 2014-2019 23

Grafik 2.17 Persentase Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2019 26

Daftar

Grafik

(15)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xi

Grafik 2.18 Perkembangan Indeks Gini Menurut Daerah tempat tinggal di

DIY Tahun 2014-2019

28

Grafik 2.19 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

Yang Ditamatkan di DIY Agustus 2017-Agustus 2019 (Dalam Persen)

30

Grafik 2.20 TPT Per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2018-2019 (Dalam

Persen)

31

Grafik 2.21 Garis Kemiskinan dan Persentase Penduduk Miskin Per

Kabupaten/Kota di Wilayah DIY Tahun 2017-2019

34

Grafik 2.22 Perkembangan UMKM, Jml Tenaga Kerja pada UMKM dan

Tingkat Kemiskinan DIY 2016-2018

36

Grafik 3.1 Perbandingan Target dan Realisasi PNBP di DIY, Tahun

2017-2019 (Triliun Rupiah)

41

Grafik 3.2 Perkembangan Pagu,Realisasi dan Penyerapan Belanja

Pemerintah Pusat di DIY Tahun 2014-2019)

44

Grafik 3.3 Perbandingan Belanja Sektor Konsumtif dan Sektor Produktif di

DIY Tahun 2019 (dalam persen)

46

Grafik 3.4 Analisis Belanja Mandatory 49

Grafik 3.5 Pagu, Pendapatan, dan Realisasi Belanja BLU Tahun

2015-2019

57

Grafik 4.1 Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pro6nsi D. I.

Yogyakarta Tahun 2015-2019 (miliar rupiah)

66

Grafik 4.2 Rasio PAD terhadap Belanja pada APBD wilayah DIY Tahun

2019

66

Grafik 4.3 Realisasi DTU 2019 79

Grafik 4.4 Alokasi anggaran sektor pendidikan, kesehatan dan

infrastruktur 2019

79

Grafik 4.5 Anggaran DAK Fisik Bidang Infrastruktur Pro5. DIY 2019 81

Grafik 5.1 Proporsi Realisasi Pendapatan Konsolidasian DIY (Tahun

2019)

83

Grafik 5.2 Perbandingan Komposisi Pendapatan di DIY Tahun 2019 83

Grafik 5.3 Perbandingan Komposisi Pendapatan di DIY Tahun 2018 dan

2019

84

(16)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xii

Grafik 5.5 Pajak Perkapita Konsolidasian Per Kabupaten/Kota di DIY

Tahun 2019

85

Grafik 5.6 Proporsi dan Komposisi Realisasi Belanja Operasi dan Belanja

Modal Terhadap Total Belanja Konsolidasian DIY 2019

86

Grafik 5.7 Perubahan Komposisi Realisasi Belanja Operasi dan Belanja

Modal Terhadap Total Belanja Konsolidasian DIY Tahun 2019 - 2018

87

Grafik 5.8 Realisasi Belanja Konsolidasian DIY T Menururt Klasifikasi

Ekonomi Tahun 2019 - 2018

87

Grafik 5.9 Belanja Konsolidasian DIY Per Kapita Per Kabupaten/Kota

Tahun 2019

88

Grafik 5.10 Belanja Pendidikan Konsolidasian DIY Per Kapita Per

Kabupaten/Kota Tahun 2019-2018

89

Grafik 5.11 Perkembangan UMKM di DIY Tahun 2015-2019 93

Grafik 6.1 Perkembangan TPK Hotel Bintang di DIY dan Indonesia, Tahun

2019 (Persen)

97

Grafik 6.2 Perkembangan LOS Bulanan Wisman dan Wisnus di Hotel

Bintang di DIY Tahun 2019 (Hari)

98

Grafik 6.3 Perkembangan LOS Bulanan Wisman dan Wisnus di Hotel

Bintang di Indonesia ,Tahun 2019 (Hari)

98

Grafik 6.4 Jumlah Wisatawan ke DIY Tahun 2013-2018 (Ribu Orang) 99

Grafik 6.5 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata DIY Tahun

2013-2018

99

Grafik 6.6 Kontribusi Jasa Pendidikan Terhadap Pembentukan PDRB DIY

Tahun 2015-2019

99

Grafik 6.7 Jumlah Sekolah dan Perguruan Tinggi di DIYTahun Pelajaran

2018/2019

100

Grafik 6.8 Jumlah Mahasiswa Perguruan Tinggi di DIY 2013-2018 100

Grafik 6.9 Jumlah Perusahaan Konstruksi pada Pro6nsi di Pulau Jawa,

2017-2019

101

Grafik 6.10 Nilai Konstruksi yang Diselesaikan Menurut Pro6nsi di Pulau

Jawa, 2017-2018

101

Grafik 7.1 Data Persentase Stunting DIY Tahun 2016-2019 (Dalam persen 108

Grafik 7. 2 Tingkat Efisiensi Penanganan Program Stunting Melalui

Intervensi Gizi Spesifik Tahun 2019

(17)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xiii

Grafik 7. 3 Perkembangan Penanganan Program Stunting

Melalui Intervensi Gizi Spesifik Tahun 2016-2019

109

Grafik 7.4 Tingkat Efisiensi Penanganan Program Stunting Melalui

Intervensi Gizi Sensitif Tahun 2019

111

Grafik 7.5 Perkembangan Penanganan Program Stunting

Melalui Intervensi Gizi Sensitif Tahun 2016-2019

111

Grafik 7.6 Tingkat Efisiensi Intervensi Gizi Spesifik Penanganan Program

Stunting 2019

112

Grafik 7.7 Perkembangan Penanganan Program Stunting Melalui

Intervensi Gizi Spesifik Tahun 2016-2019

113

Grafik 7.8 Persentase realisasi dana APBD DIY untuk penanganan

Stunting

(18)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xiv

I. Kondisi Daerah (Ekonomi, Sosial, Wilayah), Sasaran Pembangunan dan Tantangan

yang dihadapi Daerah

Tema pembangunan DIY tahun 2019 adalah Pemerataan pembangunan untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Tema tersebut memiliki

pengarusutamaan pada isu-isu sebagai berikut: kesejahteraan masyarakat, kemiskinan, disparitas dan optimalisasi kawasan selatan (lokus kewilayahan). Pembangunan yang Merata dimaksudkan selaras dan lestari untuk mengurangi ketimpangan wilayah. Mewujudkan kesejahteraan terkait masyarakat yang berkeadilan dimaksudkan berfokus pada pemberdayaan SDM baik kualitas maupun derajat ekonomi masyarakatnya dan infrastruktur layanan dasar yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut kemudian dijabarkan dalam pendekatan tematik prioritas pembangunan DIY 2019 sebagai berikut: i)mengatasi ketimpangan wilayah, ii) mengatasi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, iii)tindak lanjut/antisipasi pembangunan YIA dan dukungan pembiayaan pembangunan melalui peran swasta.

Dalam mencapai tujuan pembangunan sebagaimana tersebut diatas, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi ekonomi, Pemda DIY dihadapkan pada tingginya angka kemiskinan dan indeks Gini. Dari sisi Sosial Kependudukan permasalahan yang dihadapi adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real estate sedang marak di DIY beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan. Selain itu, kondisi geografis DIY yang merupakan daerah dengan potensi terdampak bencana yang besar (gunung meletus, gempa dan tsunami) merupakan tantangan Pemda DIY dari sisi geografi wilayah, sehingga dalam merencanakan pembangunan wilayah, Pemda DIY harus tetap memperhatikan risiko bencana serta dilakukan mitigasi bencana.

II. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro dan Kesejahteraan

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2019 tumbuh sebesar 6,60 persen (c-to-c), meningkat dibanding tahun 2018 yang sebesar 6,20. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,02 persen. Dari sisi pengeluaran, di tahun 2019 ini andil pertumbuhan terbesar berasal dari pengeluaran komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau Investasi yang tumbuh sebesar 8,90 persen. Sedangkan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi terakselerasi oleh kinerja Konstruksi yang tumbuh mengesankan (13,14 persen), diikuti oleh pengadaan air, pengolahan sampah, limbah, dan daur ulang yang tumbuh sebesar 8,79 persen).

(19)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xv

Tingginya pertumbuhan dua sektor tersebut masih tidak lepas dari aktivitas pembangunan bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) dan pembangunan infrastruktur pendukungnya, antara lain Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS), jalan underpass sepanjang 1,3 km di kecamatan Temon serta beberapa fasilitas umum lainnya. Sementara itu, laju Inflasi DIY tahun kalender 2019 (Januari-Desember) 2019 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2019 terhadap Desember 2018) relatif terkendali, tercatat sebesar 2,77 persen, sedikit diatas tingkat inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,72 persen. Relatif rendah dan terkendalinya inflasi DIY tahun 2019 tersebut karena terjaganya kelompok komponen inflasi barang yang bergejolak (Volatile Food) dan kelompok komponen inflasi harga yang diatur pemerintah (Administered Price). Selain itu juga merupakan upaya keras dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam menjaga stabilisasi inflasi di DIY sepanjang tahun 2019.

Dari sisi kesejahteraan masyarakat, perkembangan indikator pembangunan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY secara umum menunjukkan perbaikan. Capaian IPM DIY tahun 2019 sebesar 79,99 jauh melampaui capaian nasional yang sebesar 71,92. Hal ini didukung oleh penambahan kontribusi belanja pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan. Angka kemiskinan yang terus menunjukkan penurunan merupakan salah satu indikasi perbaikan taraf kesejahteraan di DIY. Pada periode September 2019, persentase penduduk miskin di DIY tercatat 11,44 persen, berada pada posisi 12 dari 34 provinsi di Indonesia. Sementara itu pada periode yang sama, indeks Gini DIY tercatat sebesar 0,428, diatas rasio gini Nasional yang sebesar 0,428. Angka ini kembali menempatkan DIY sebagai provinsi dengan tingkat kesenjangan tertinggi di Indonesia. Sementara itu angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kondisi Agustus 2019 sebesar 3,14 persen, lebih rendah TPT Nasional (5,34 persen).

III. Perkembangan dan Pengaruh Fiskal di Daerah (APBN dan Daerah) – Program dan Output Strategis di Daerah

Pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh pada pendapatan dan belanja Negara. Meningkatnya aktivitas ekonomi di DIY mempengaruhi penerimaan perpajakan. Realisasi pendapatan negara tahun 2019 mencapai Rp7,59 triliun, meningkat 9,19 persen dibanding tahun 2018. Meski sektor perpajakan masih menjadi pilar utama, namun pertumbuhan PNBP di DIY yang sebesar 22,30 persen mengindikasikan PNBP bisa dijadikan andalan penerimaan negara setelah penerimaan pajak. Namun demikian, kenaikan pendapatan negara tersebut belum mampu menutup seluruh belanja negara yang juga meningkat sebesar 6,75 persen, sehingga defisit APBN DIY tahun 2019 meningkat 5,02 persen. Kinerja penyerapan anggaran pusat tahun 2019 mencapai 93,83 persen, sedikit dibawah capaian rata-rata nasional yang hanya sebesar 93,90 persen. Kebijakan pemerintah untuk

(20)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xvi

mempertahankan pemenuhan anggaran pendidikan minimal sebesar 20 persen dan anggaran kesehatan 5 persen dari APBN tercermin dalam alokasi dana pendidikan di DIY yang mencapai Rp3,45 triliun (26,32 persen) dan alokasi dana kesehatan yang mencapai Rp1,44 triliun (10,99 persen). Selain itu belanja pegawai (gaji dan tunjangan) dan belanja barang operasional diluar bidang pendidikan dan kesehatan sebesar Rp4,31 triliun (35,66 persen). Bila diakumulasikan, belanja wajib tersebut mencapai 74,44 persen dari total pagu APBN DIY, sehingga hanya tersisa 25,56 persen anggaran belanja yang non

mandatory. Artinya, ruang fiskal (fiscal space) yang dimiliki sangatlah terbatas.

Terkait penguatan desentralisasi fiskal, alokasi TKDD di tahun 2019 sebesar Rp10,60 triliun terealisasi sebesar Rp9,74 triliun (97,74 persen). Mayoritas komponen TKDD (DAU, DID, Danais dan Dana Desa) terserap sebesar 100 persen. Sedangkan untuk DBH dan DAK hanya terserap masing-masing sebesar 92,40 persen dan 80,17 persen.

Dari sisi kinerja pelaksanaan APBD, pendapatan daerah tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp16,30 triliun, meningkat dibanding 2018 yang sebesar Rp14,60 triliun. Optimisme terhadap kenaikan target tersebut terjawab dengan terealisasinya pendapatan daerah sebesar Rp16,35 triliun (100,31 persen). Alokasi belanja daerah ditetapkan sebesar Rp14,80 triliun, meningkat sebesar 10,35 persen. Kinerja penyerapan anggaran daerah tahun 2019 mencapai 94,95 persen, meningkat jika dibanding dengan tahun 2018 yang sebesar 90,79 persen. Defisit APBD 2019 yang direncanakan sebesar Rp271,64 miliar tidak terjadi. Sebaliknya, APBD DIY 2019 kembali mencatat surplus sebesar Rp214,04 miliar dan SiLPA 2019 sebesar Rp1,54 triliun.

Dalam Laporan Government Financial Statistic (GFS) Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY Tahun 2019, pendapatan konsolidasian DIY mencapai Rp12,82 triliun, meningkat sebesar 6,87 persen dibanding tahun 2018. Proporsi pemerintah pusat yang sebesar 51,41 persen dalam pendapatan konsolidasian masih sedikit lebih besar dibanding pemerintah daerah (48,59 persen). Penerimaan pajak konsolidasian masih mendominasi struktur pendapatan konsolidasian di DIY, yaitu sebesar 68,59 persen. Namun demikian, di tahun 2019 pertumbuhan PNBP konsolidasian lebih tinggi dibanding pertumbuhan pajak. Melambatnya pertumbuhan pajak ini salah satunya disebabkan oleh besarnya nilai pengembalian pajak atau restitusi pajak kepada wajib pajak.

Dari sisi belanja konsolidasian, komposisi belanja didominasi oleh kelompok Belanja Operasi dibanding belanja modal. Belanja operasi yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga ini mencapai 77,81 persen, sehingga dapat mempersempit celah fiskal DIY. Namun demikian, di tahun 2019 kelompok belanja pegawai mengalami penurunan sebesar 1,47 persen. Sebaliknya, terdapat peningkatan pada belanja Modal sebesar 2,17 persen. Kondisi ini sejalan dengan

(21)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xvii

kebijakan pemerintah belanja pemerintah yang terutama diarahkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan program perlindungan sosial untuk pembangunan yang

lebih merata dan berkeadilan. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan data Laporan

Operasional (LO) Keuangan Pemerintah wilayah DIY, Belanja Pemerintah dan Investasi Pemerintah turut berkontribusi masing-masing sebesar 12,81 persen dan 3,44 persen terhadap PDRB DIY. Nilai tersebut relatif kecil, hanya berkisar 9,82 persen dari total PMTB. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di DIY sebagian besar ditopang oleh sektor swasta.

Berdasarkan laju pertumbuhan dan daya saing yang dimiliki, sektor-sektor unggulan di DIY adalah; i) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; ii) Informasi dan Komunikasi; iii) Jasa Pendidikan; dan iv) Konstruksi. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum merupakan sektor unggulan yang paling menonjol karena merupakan sektor basis dengan laju pertumbuhan cepat dan mempunyai daya saing tinggi. Sektor unggulan lainnya yaitu Pendidikan, yang juga memiliki laju pertumbuhan tinggi dan mampu bersaing secara nasional. Setiap tahunnya, ribuan calon mahasiswa yang datang ke DIY, tentu memberikan multiplier effect terhadap roda perekonomian DIY. Peluang-peluang usaha yang berkaitan dengan mahasiswa seperti pondokan/hunian, rumah makan, lesehan, fotokopi, internet, dan tempat hiburan akan meningkat.

Aktivitas lapangan usaha konstruksi untuk tahun 2019 di Yogyakarta masih berlanjut pada penyelesaian proyek bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dan infrastruktur penunjangnya. Selain itu, proyek pembangunan underpass jalur lintas selatan di bandara YIA dan juga underpass Kentungan juga masih berlanjut. Perbaikan infrastruktur jalan raya maupun fasilitas publik juga tampak terlaksana di beberapa wilayah di Provinsi DIY. Hal inilah yang membuat sektor Konstruksi merupakan sektor potensial di DIY, dimana di tahun 2019 memberikan kontribusi sebesar 11,11 persen dalam pembentukan PDRB DIY dan mampu menyerap 9,43 persen tenaga kerja di DIY (periode Agustus 2019).

Selain pembangunan ekonomi, pembangunan yang tidak kalah penting adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), menuju bangsa Indonesia unggul dan berdaya saing di tataran global. Kesehatan dan pendidikan merupakan inti dari pembangunan SDM yang produktif, mandiri, dan unggul. Terkait hal tersebut, pemerintah telah menetapkan program percepatan penurunan stunting menjadi program prioritas nasional, yang dikerjakan secara sinergis oleh oleh 23 Kementerian/ Lembaga. Upaya percepatan penurunan stunting dilakukan melalui 3 kegiatan yaitu intervensi gizi spesifik, intervensi gizi sensitif, dan dukungan teknis lainnya, baik yang sumber dari APBN maupun APBD di DIY menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini ditandai dengan prevalensi

(22)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

xviii

stunting DIY di tahun 2019 menjadi 10,69 persen, menurun sebesar 3,18 poin berbasis persen jika dibandingkan tahun 2016 yang masih sebesar 13,67 persen.

Rekomendasi Kebijakan

Tantangan fiskal yang dihadapi DIY adalah tingginya pertumbuhan ekonomi DIY namun belum dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Akurasi menjadi problem mendasar dalam menyelesaikan kemiskinan. Penyebabnya adalah belum meratanya tingkat penyediaan lapangan kerja yang mampu menaikan daya beli masyarakat, rendahnya nilai upah buruh di DIY serta masih adanya inclusion error dan

exclusion error pada penyaluran bantuan sosial sehingga program bantuan tidak tepat

sasaran. Terkait hal tersebut, masih diperlukan sinkronisasi kebijakan pemerintah baik pusat dan daerah agar mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas di DIY. Disamping itu prioritas program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan lebih baik secara terpadu melalui sinkronisasi dan koordinasi seluruh stakeholder yang menanganinya baik instansi pusat maupun daerah, mengingat banyaknya program yang ada pada masing masing satuan kerja K/L maupun pemerintah daerah (KUR, UMi, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH) termasuk juga penggunaan CSR dari BUMN) guna pengentasan kemiskinan. Program Dana Desa agar tetap menjadi program yang berkelanjutan, karena program penyaluran dana desa telah berhasil dalam mendorong pemerataan dan perkembangan perekonomian di desa. Pengalokasian dana desa lebih difokuskan untuk penguatan perekonomian di pedesaan, misalnya melalui BUMDes, diharapkan dapat sebagai motor penggerak perekonomian. Untuk lebih mengoptimalkan sektor Pariwisata yang merupakan sektor unggulan DIY diperlukan adanya inovasi pada bidang pariwisata yang didukung oleh sektor unggulan akomodasi makan dan minum. Pelaku usaha di bidang ini harus dapat kreatif dan inovatif (namun tidak meninggalkan budaya Jawa yang adiluhung) terutama dalam mengikuti trend generasi milenial sehingga dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan namun tidak

meningggalkan ciri khas kejogjaanya. Selain hal tersebut DIY perlu

menumbuhkembangkan Kawasan Ekonomi Khusus yang berbasis pariwisata terutama pada kawasan sentra pariwisata yang didukung oleh UMKM sehingga dapat menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Agar pertumbuhan pariwisata baik di DIY maupun di Indonesia secara luas dapat tumbuh dan berkembang terutama yang berkaitan dengan investasi masih diperlukan terobosan kebijakan pemerintah pusat guna mendorong terciptanya iklim investasi yang menarik di bidang pariwisata.

(23)

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi dan

Indikator Kesejahteraan

DIY 2019

TARGET

6,10%

CAPAIAN KINERJA

108,20%

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

2. Inflasi

Andil Pertumbuhan Tertinggi

1. Lapangan Usaha :

Konstruksi (14,39%)

2. Pengeluaran

PMTB (2,71%)

Pangsa Distribusi Terbesar

1. Lapangan Usaha :

Industri Pengolahan (12,85%)

2. Pengeluaran :

Konsumsi Rumah Tangga (65,39%)

TARGET

CAPAIAN KINERJA

95,67%

3. Indeks Pembangunan Manusia

TARGET

80,72

CAPAIAN KINERJA

99,10%

4. Kemiskinan dan Gini Rasio

Sept 2018 : 11,81%

Sept 2019 : 11,44%

Sept 2018 : 12,36%

Sept 2016 : 13,1%

Jml Penduduk

Miskin (%)

Indeks

Gini

5. Tingkat Pengangguran

TARGET

CAPAIAN KINERJA

8,5-9,5%

2,65%

0,38-0,39

78,67%

89,95%

TARGET

CAPAIAN KINERJA

4,8-5,2%

159,23%

TPT DIY berdasarkan wilayah :

Agustus 2017

3,61%

1,66%

Agustus 2018

4,07%

1,60%

Agustus 2019

3,78%

1,52%

Perkotaan Perdesaan

2018

2019

129,88

141,40

98,03

104,49

PDRB ADHB

PDRB ADHK

Nilai PDRB (Triliun Rupiah)

PDRB Perkapita DIY 2019:

Rp36,79 Juta

❑ Angka Harapan Hidup (AHH) :74,95

❑ Harapan Lama Sekolah (HLS) :15,58

❑ Rata-rata Lama Sekolah (RLS) : 9,38

❑ Pengeluaran Riil Per Kapita (Juta

Rupiah) : Rp14,394

3,35

3,02

3,61

2,66

2,72

3,09

2,29

4,2

2,66

2,77

2015

2016

2017

2018

2019

Inflasi DIY

Inflasi Nasional

(24)

Perkembangan Kinerja Pelaksanaan APBN

DIY 2019

Realisasi Pendapatan APBN DIY

Tahun 2019

(Dalam Juta Rupiah)

2018

2019

20.247,93

21.615,39

21.174,88

22.637,61

Pagu

Realisasi

95,62%

95,48%

93,23%

95,84%

103,81%

90,15%

94,15%

81,60%

89,56%

98,49%

97,96%

94,76%

96,69%

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

0

0

0

0

0

Pelayanan Umum

Pertahanan Ketertiban dan Keamanan

Ekonomi Lingkungan

Hidup

Perumahan dan Fasilitas Umum

Kesehatan Pariwisata dan Budaya

Agama Pendidikan Perlindungan

Sosial

Mi

liar

Rupi

ah

PAGU

REALISASI

2018

2019

9,99

9,41

10,62

10,36

Pagu TKDD

Realisasi

94,28%

97,61%

Realisasi Belanja TKDD DIY Tahun 2019

(Dalam Juta Rupiah)

Perkembangan Kinerja Pelaksanaan APBD

DIY 2019

Realisasi Pendapatan APBD DIY Tahun 2019

(Dalam Juta Rupiah)

2018

2019

15.434,61

16.302,02

14.833,55

16.353,94

Pagu

Realisasi

101,16%

100,31%

Realisasi Belanja APBN DIY

Tahun 2019

(Dalam Juta Rupiah)

2018

2019

7.357,44

8.009,68

6.896,32

7.593,91

Target

Realisasi

93,73%

94,81%

2018

2019

14.338,30

14.833,55

14.805,22

14.056,97

Pagu

Realisasi

95,62%

95,48%

Realisasi Belanja APBD DIY Tahun 2019

(Dalam Juta Rupiah)

Realisasi

TKDD 2019

100,0%

75,4% 89,6%

93,3%

100,0%

100,0%

100,0%

DANAIS 100,00%

DANA DESA 100,00%

D

AK Non Fisik 93,31%

DID 100,00%

DAU 100,00 %

DBH 75,44%

DAK Fisik 89,63%

Penggunaan

Dana Desa 2019

Pmrnth Desa 1% Pembangunan Desa 83% Pemberdy Masy Desa 5% Pembinaan Kemasy 9% Penanggulangan Bencana 0% Penyertaan Modal 2%

Capaian Output Program Pembangunan Utama (Pendidikan, Kesehatan,

Infrastruktur)

Kartu Indonesia

Pintar (KIP)

Capaian Output

13 Siswa

Program Indonesia

Pintar (PIP)

Capaian Output

797 Santri

Rehab Kelas

MI/MTs/MA

Capaian Output

23 Unit

Sarpras Pendukung

Pembelajaran Ristek

Capaian Output

3.595 Unit

Peserta KB

Capaian Output

408.357 Peserta

Jaringan Irigasi

139 Buah

(25)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

BAB I

SASARAN PEMBANGUNAN

DAN TANTANGAN DAERAH

(26)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

1

1.1. Pendahuluan

Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan landasan hukum bagi pemerintah daerah sebagai dasar keleluasaan pemerintah daerah untuk membangun wilayahnya termasuk dalam pembangunan dalam bidang ekonomi, oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah.

1.2. Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Daerah

Tujuan pembangunan DIY adalah meningkatnya kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan tatanan sosial yang menjamin kebhineka-tunggalika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mampu menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta serta terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik, dengan sasaran pembangunan sebagai berikut: Guna menjamin keselarasan dan sinkronisasi antar tahapan pembangunan, disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJPD merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun. Setelah RPJMD ditetapkan, pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang

Bab I

Sasaran Pembangunan Dan

Tantangan Daerah

(27)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

2

merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 tahun dengan mengacu pada RPJMD.

1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJMD DIY sebagai bagian dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, harus terintegrasi dan mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah.

Selain mampu menterjemahkan secara arif tentang visi, misi dan agenda kepala daerah dalam tujuan, sasaran, startegi dan kebijakan pembangunan yang merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat, RPJMD DIY berisi program dan kegiatan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat serta kesepakatan tentang tolak ukur kinerja untuk mengukur keberhasilan pembangunan daerah dalam 5 tahun ke depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui semangat keistimewaan hamemayu hayuning bawana, sangkan

paraning dumadi dan manunggaling kawula gusti.

RPJMD DIY 2017-2022 ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2009 Visi DIY adalah "Terwujudnya Kemuliaan Martabat Manusia Jogja" yang bertemakan "Menyongsong Abad Samudera Hindia" dan sekaligus menjadi arah kebijakan lima tahun ke depan.

Sejalan dengan visi tersebut semangat baru yang digagas oleh Gubernur DIY “Among Tani Dagang Layar” bukan serta merta berarti merubah pola dari masyarakat agraris ke masyarakat yang berorientasi kelautan, namun perlu adanya upaya serius guna memerangi fenomena ketertinggalan dan kemiskinan di wilayah pesisir selatan DIY, menggali dan mengembangkan potensi kelautan dan pesisir pantai yang ada di wilayah tersebut khususnya pada sektor perikanan dan pariwisata guna mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk

meningkatkan harkat dan martabat warga bagian selatan sekaligus

mengoptimalkan upaya peningkatan kesejahteraan dan penurunan angka kemiskinan di DIY.

Pada RPJMD 2017 - 2022 telah ditentukan lima pilar (Panca mulia) yaitu :

1. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup-kehidupan-penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban,

(28)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

3

2. Terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal (keunikan teritori ekonomi)

3. Terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama Pilar 1,2 dan 3 tersebut dilaksanakan dengan misi "Meningkatkan Kualitas Hidup, Kehidupan Dan

Penghidupan Masyarakat yang Berkeadilan dan Berkeadaban" dengan

mengedepankan peningkatan :

a) Pemenuhan kebutuhan dasar, misalnya dari aspek kesehatan, akses infrastruktur dasar

b) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, misalnya dari aspek pendidikan

c) Peningkatan perekonomian masyarakat dengan basis sumberdaya lokal dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan termasuhalnya dalam upaya menurunkan angka kemiskinan DIY, menurunkan kesenjangan antar kelompok pendapatan (Gini Index), dan menurunkan ketimpangan antar wilayah (index williamson)

d) Peningkatan harmoni kehidupan sosial, budaya dan politik yang memenuhi rasa aman, nyaman dan tertib bagi seluruh warga

4. Terwujudnya tata perilaku penyelenggara pemerintahan yang demokratis, serta 5. Terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara

pemerintahan

Tujuan pembangunan DIY lima tahun ke depan yakni Meningkatnya kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan tatanan sosial yang menjamin kebhineka-tunggalika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mampu menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta serta Terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik dengan sasaran sebagai berikut : i) Meningkatnya Derajat Kualitas SDM ii) Meningkatnya derajat ekonomi masyarakat iii) Terpelihara dan Berkembangnya Kebudayaan iv) Meningkatnya aktivitas perekonomian yang berkelanjutan v) Menurunnya kesenjangan ekonomi antar wilayah vi) Meningkatnya kapasitas tata kelola pemerintahan vii) Meningkatnya kapasitas pengelolaan keistimewaan serta viii) Meningkatnya pengelolaan dan pemanfaatan tanah kasultanan, kadipaten dan kas desa

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RKPD 2019 mengambil tema “Pemerataan Pembangunan untuk Mewujudkan

(29)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

4

akan dicapai pada pembangunan sepanjang tahun 2019 yakni adanya pemerataan pembangunan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan

Sejalan dengan RPJMD DIY yang ada maka sasaran pada RKPD tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. 1

Sasaran dan Indikator RKPD DIY 2019

No Sasaran Indikator Target 2019 Target 2022

1 Meningkatnya Derajat Kualitas SDM IPM (%) 80,72 81,68

2 Meningkatnya Derajat Ekonomi Masyarakat 1. Indeks GINI 0,3846 0,3635 2. Persentase Angka Kemiskinan 9,90 7,30 3 Meningkatnya Derajat Kualitas Hidup Sosial Masyarakat Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 70,02 70,32 4 Terpelihara dan Berkembangnya Kebudayaan Persentase Peningkatan Jumlah Budaya Benda dan Tak benda yang diapresiasi 11,68 12,04 5 Meningkatnya Aktivitas Perekonomian yang Berkelanjutan 1. Pertumbuhan Ekonomi. 5,26 5,34

2. IKLH(Indeks Kualitas Lingkungan Hidup) 60,51 66,15 3. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang 78 82,5 4. Capaian Penataan Ruang Pada Satuan

Ruang Strategis Keistimewaan 30,42 54,44 6 Menurunnya Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Indeks Williamson 0,4552 0,4489 7 Meningkatnya Kapasitas Tata kelola Pemerintahan 1. Opini BPK WTP WTP

2. Nilai Akuntabilitas Pemerintah (AKIP) A A 8 Meningkatnya Kapasitas Pengelolaan Keistimewaan Persentase Capaian Program Urusan Keistimewaan 73.91 91.30 9 Meningkatnya Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah Kasultanan,

Kadipaten dan Tanah Desa

Bidang tanah kasultanan, kadipaten, dan tanah desa yang terfasilitasi untuk dikelola

serta dimanfaatkan 9.419 21.877

Sumber BPKA DIY

Beberapa program strategis yang ada di DIY dan telah dilaksanakan di tahun 2019 guna pencapaian sasaran pembangunan adalah sebagai berikut :

1. Penyelesaian pembangunan Bandara NYIA di Kulon Progo yang diperkirakan akan menghabiskan biaya total sebesar Rp10,5 triliun rupiah terdiri dari biaya pembangunan bandara sebesar Rp6,1 triliun dan Rp4,4 triliun digunakan untuk pembebasan lahan. Seluruh biaya dan pengerjaan pembangunan bandara baru ini

didanai dan dilaksanakan oleh PT Angkasa Pura I1

2. Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan. Pembangunan JJLS sepanjang 121 km ini hingga tahun 2019 telah mencapai 70 persen dan menghabiskan dana sebesar Rp1.112 triliun yang berasal dari APBD Pemda DIY melalui Dana Keistimewaan

1 https://ekonomi.bisnis.com/read/20190506/98/919198/habiskan-rp105-triliun-bandara-yogya-ditargetkan-beroperasi-penuh-desember

(30)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

5

dan sharing pendanaan APBD Kabupaten. JLSS di wilayah DIY ini diharapkan dapat terselesailkan di tahun 2021 sehingga bisa mengangkat dan menumbuhkan

perekonomian di bagian selatan Jawa khususnya di DIY2

3. Penataan kawasan Malioboro yang dibiayai dari APBD DIY melalui Dana Keistimewaan dilaksanakan secara bertahap dan direncanakan selesai di tahun 2021 sebagai bagian dari keberlangsungan Jogja haritage city serta mendukung sektor pariwisata di DIY, meningkatkan perekonomian masyarakat karena lebih

nyaman dan menarik perhatian pengunjung3.

4. Pembangunan Rumah Sakit Internasional di Wates. Upaya pengembangan RSUD Wates bertaraf internasional ini diperkirakan menghabiskan biaya Rp508 miliar rupiah termasuk biaya pembangunan fisik sebesar Rp258 miliar rupiah dibiayai secara sharing baik dari APBD DIY, APBD Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan

secara bertahap mulai tahun 2018 dan akan selesai akhir tahun 20204.

5. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Piyungan yang didukung oleh kemudahan birokrasi dalam pengurusan perijinan guna menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di DIY terutama dalam menciptakan kawasan

pertumbuhan ekonomi baru guna mengurangi ketimpangan antar wilayah5. Selain

KEK Piyungan, guna menumbuhkembangkan sektor pariwisata Pemda DIY juga tengah menyiapkan 3 studi kelayakan KEK Pariwisata di pantai selatan DIY dan

diharapkan tahun 2020 sudah dapat ditawarkan ke investor untuk

pengembangannya6.

1.3. Tantangan Daerah

Dalam setiap tahapan pembangunan, terdapat berbagai kondisi permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan daerah sekaligus juga menjadi isu strategis daerah mengingat dampak signifikan yang ditimbulkan.

1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Isu strategis penciptaan potensi investasi yang didukung oleh kemudahan birokrasi dalam pengurusan perijinan guna menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di DIY terutama dalam menciptakan kawasan pertumbuhan ekonomi baru khususnya Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) guna mengurangi ketimpangan antar wilayah.

2 https://www.beritasatu.com/nasional/587770/jalur-jalan-lintas-selatan-diy-tersambung-pada-2021 3 https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3806954/pemda-diy-anggarkan-rp-80-m-garap-sisi-barat-malioboro 4 https://yogyakarta.bpk.go.id/pembangunan-rsud-wates-butuh-rp-508-miliar/ 5 https://www.tagar.id/harapan-sultan-tentang-kawasan-industri-piyungan 6 https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2019/06/17/510/999083/pemda-siapkan-3-kawasan-ekonomi-khusus-pariwisata-

(31)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

6

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah paling nyaman ditinggali dengan indeks kebahagiaan dan IPM yang tinggi di Pulau Jawa (IPM DIY 2019 79,99 naik 0,58 persen dibanding tahun 2018 sebesar 79,53 serta berada di peringkat 2 dibawah DKI Jakarta dengan nilai 80,76 7) namun di balik itu, ada

persoalan mendasar, mulai ketimpangan sosial yang tinggi hingga kemiskinan. Walaupun memiliki level pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen, lebih tinggi dari level nasional (4,97 persen), serta tingkat pengangguran terbuka (TPT) 3,14 persen pada Agustus 2019 namun indeks Gini di DIY periode September 2019 tercatat 0,428, berada diatas rata-rata Nasional yang sebesar 0,384 dan merupakan angka tertinggi ketimpangan sosial di Indonesia. Demikian juga dengan angka kemiskinan DIY per September 2019 ini masih di angka 11,44 persen, melebihi rata-rata Nasional 9,22 persen. Dengan demikian masih diperlukan inovasi dalam upaya menunjang kestabilan pertumbuhan ekonomi serta mengembangkan sumber perekonomian baru di DIY, serta pemerataan hasil pembangunan bagi masyarakat Yogyakarta sehingga ketimpangan sosial bisa ditekan. Inovasi baru pada sektor ekonomi kreatif, pariwisata dan teknologi informasi masih sangat memungkinkan dikembangkan .

1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan

Permasalahan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman/real estate sedang marak di DIY beberapa tahun ini, terutama daerah perkotaan (Sleman dan Yogyakarta). Penyebabnya adalah peningkatan jumlah penduduk yang selain di pengaruhi oleh angka kelahiran juga sebagai akibat dari

7 https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/17/1670/indeks-pembangunan-manusia--ipm--indonesia-pada-tahun-2019-mencapai-71-92.html

Harapan Sultan tentang Kawasan Industri Piyungan - Menjadi contoh pendirian indutri kreatif yang padat karya atau melibatkan massyarakat serta mengatasi persoalan mendasar di DIY yakni ketimpangan wilayah

Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berharap dua kawasan ekonomi khusus (KEK) menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Salah satunya Kawasan Industri Piyungan di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengungkapkan Kawasan Industri Piyungan menjadi contoh dalam mendirikan industri kreatif. Sebab, mereka menerapkan pola produksi melalui pekerjaan rumah, namun bisa mengekspor produk-produknya. Pemda DIY sendiri sudah menyiapkan hampir seratus tenaga pemberdayaan masyarakat yang bertugas melakukan pendampingan dan pelatihan kerja. Mereka diterjunkan di 40 desa di sekitar Kawasan Industri Piyungan. Langkah Pemda DIY ini tidak sekedar memberi tambahan pendapatan bagi ibu rumah tangga di sekitar Piyungan, namun juga upaya mengurangi angka pengangguran serta angka kemiskinan namun juga mengatasi persoalan mendasar ketimpangan wilayah. Disamping itu pembukaan Kawasan ini juga membuka peluang investasi domestik maupun mancanegara, bahkan tiga insvestor yang berasal dari Thailand untuk membangun pabrik boneka dan fashion di Kawasan Industri Piyungan

(32)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

7

besarnya jumlah imigran, mengingat Yogyakarta merupakan kota pelajar, pariwisata,budaya dan perdagangan. Seiring dengan banyaknya perguruan tinggi yang ada, tingginya intensitas pembangunan rumah kos serta meluasnya kawasan permukiman mengakibatkan makin menurunnya kawasan pertanian dan kawasan terbuka hijau. Hal tersebut mengakibatkan ketimpangan kesejahteraan antar kelas di masyarakat dan antar kawasan perkotaan dan perdesaan di Yogyakarta semakin melebar.

Di sisi lain perkembangan teknologi juga memicu perubahan nilai, baik nilai lokal maupun nilai sosial, yaitu nilai-nilai keluarga dan kebudayaan di DIY. Gadget menyebabkan anak anak kurang berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan minimnya pemuda yang memiliki rasa ketertarikan dengan pengembangan budaya .Pemda DIY mendorong terciptanya keluarga tangguh yang mampu menjadi pilar kehidupan masyarakat yang berkarakter, berbudaya, maju, mandiri dan sejahtera, menyongsong peradaban baru sehingga jogja tidak kehilangan kejogjaannya .

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah mencapai 3185,83 km2 dan memiliki letak geografis antara Gunung Merapi dan Samudera Hindia merupakah daerah yang subur yang menjadikannya daerah pertanian yang menghasilkan padi dan palawija sekaligus juga memiliki resiko terjadinya bencana alam berupa gempa bumi vulkanik dan tektonik. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang serta ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang baik. Hal tersebut berbanding terbalik dengan wilayah pegunungan di kabupaten Gunungkidul. ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang relatif masih kurang memicu naiknya indeks ketimpangan antar wilayah. Dewasa ini kawasan pantai selatan kabupaten Gunungkidul memiiliki potensi pariwisata yang cerah dan ditunjang dengan dikucurkannya Dana Desa maka sedikit demi sedikit ketertinggalan infrastruktur jalan penunjang pariwisata dapat teratasi.

Mengingat kondisi geografisnya merupakan daerah dengan potensi terdampak bencana yang besar,maka dalam merencanakan pembangunan wilayah DIY harus tetap memperhatikan risiko bencana serta dilakukan mitigasi bencana.

(33)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

8

1. Kawasan rawan bencana dan terdampak gunung berapi di

lereng Gunung Merapi, mencakup hampir seluruh wilayah DIY terutama Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah sekitar sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Erupsi disertai bukan hanya berupa

gempa vulkanik namun adanya “wedhus gembel” berupa awan

panas juga lahar dingin yang dapat menyapu kawasan yang dilaluinya dimana pada

bulan Oktober 2010 erupsi yang disertai awan panas “wedhus gembel” telah

menghancurkan perkampungan warga yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan. Salah satu yang terparah adalah Kinahrejo, Umbulharjo, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman8.

2. Kawasan rawan gempa bumi tektonik berpotensi terjadi

karena wilayah DIY berdekatan dengan zona subduksi (kawasan tumbukan antar lempeng) di dasar samudera Indonesia yang berada di sisi selatan DIY.

DIY pernah mengalami gempa tektonik yang hebat pada bulan Mei 2006 yang berkekuatan 6,3 skala richter yang mengakibatkan jatuhnya ribuan

korban jiwa serta kerusakan yang parah 9

3. Kawasan rawan bencana tsunami di sepanjang pantai

Kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul khususnya pada pantai dengan elevasi kurang dari 30 m dari permukaan air laut.

8https://travel.kompas.com/read/2014/12/26/171000727/Menyapa.Saksi.Bisu.Terjangan.Wedus.Gembel.Merapi. 9 https://www.kompasiana.com/fuad_a_hamdani/550f430c8133111332bc61af/analisis-gempa-bumi-yogyakarta-27-mei-2006

(34)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

BAB II

PERKEMBANGAN DAN

(35)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

9

2.1. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian suatu daerah dalam periode tahun tertentu, yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.

Kinerja perekonomian DIY sepanjang tahun 2019 yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mampu tumbuh 6,20 persen (c-to-c), melampaui pertumbuhan ekonomi Nasional 2019 yang sebesar 5,02 persen. Secara nominal atau Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) PDRB DIY 2019 mencapai

Rp141,4 triliun, sedangkan ADHK sebesar Rp104,5 triliun dan PDRB perkapita

mencapai Rp36,79 juta.1

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Laju pertumbuhan PDRB sebesar 6,60 persen tersebut lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tahun 2018 (6,20 persen). Sementara bila dibanding triwulan III 2019, perekonomian DIY juga tumbuh sebesar 0,80 persen (q-to-q). Pertumbuhan ekonomi DIY sepanjang tahun 2019 didukung oleh seluruh lapangan usaha (LU). Andil pertumbuhan tertinggi berasal dari LU Konstruksi sebesar 14,39 persen, LU Pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang tumbuh 8,90 persen dan penyediaan akomodasi serta makan minum

1 angka PDRB per Kapita didapatkan dari PDRB ADHB sebesar Rp41,40 triliun dibagi jumlah penduduk DIY per 17

Oktober 2019 sebesar 3.842.932 jiwa (Data Kependudukan, PBS diakses 17 Februari 2020)

Perkembangan Dan Analisis

Ekonomi Regional

Bab II

Perekonomian DIY 2019 tumbuh 6,20 persen, melaju lebih cepat dibanding tahun 2018 yang tumbuh sebesar 6,20 persen. 101,440.52 109,962.35 119,131.00 129,877.46 141,400.18 83,474.45 87,685.81 92,302.02 98,026.56 104,489.71 4.11% 5.05% 5.26% 6.20% 6.60% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 50,000.00 100,000.00 150,000.00 2015 2016 2017 2018 2019 Ju ta Ru p iah Sumber : BPS DIY Grafik 2.1

Perkembangan PDRB ADHB-ADHK Tahun 2015-2019 (Triliun Rupiah)

(36)

Kajian Fiskal Regional Tahunan 2019 Tingkat Wilayah DIY

10

sebesar 8,89 persen. Sementara itu dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan terbesar berasal dari komponen PMTB sebesar 2,71 persen, konsumsi RT 2,24 persen, kemudian konsumsi pemerintah 0,43 persen dan konsumsi LNPRT 0,26 persen.

Pertumbuhan ekonomi DIY tercatat selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional . Sedangkan dibanding dengan pertumbuhan di Pulau Jawa, di tahun 2019 PDRB DIY juga lebih tinggi.

b.Nominal PDRB

1. PDRB Sisi Pengeluaran

Struktur PDRB ADHB DIY tahun 2019 dari sisi pengeluaran didominasi oleh konsumsi RT, yaitu sebesar Rp92,46 triliun atau 65,39 persen terhadap total PDRB (Rp141,40 triliun), kemudian PMTB sebesar Rp49,52 triliun (35,02

persen) dan konsumsi pengeluaran pemerintah sebesar Rp22,46 triliun

(15,88 persen).

Tabel 2.1

PDRB DIY ADHB dan ADHK Dari Sisi Permintaan Tahun 2018-2019 (dalam Juta Rupiah)

Sumber 2018 2019

ADHB ADHK Dist Growth ADHB ADHK Dist Growth

Konsumsi RT 86.753.197 57.552.317 66,8 3,95 92.459.989 59.745.355 65,39 3,81 Konsumsi LNPRT 4.095.046 2.657.427 3,15 2,63 4.613.732 2.911.995 3,26 9,58 Konsumsi Pemerintah 21.346.113 13.559.566 16,44 3,47 22.458.454 13.983.252 15,88 3,12 PMTB 43.173.678 27.313.862 33,24 10,17 49.519.128 29.973.484 35,02 9,74 Inventori 1.435.491 1.104.088 1,11 3,54 1.501.126 1.137.665 1,06 3,04 Ekspor Luar Negeri 8.749.632 5.424.803 6,74 12,82 8.970.892 5.420.877 6,34 -0,07 Impor Luar Negeri 7.206.068 5.210.391 5,55 6,22 6.934.236 4.740.934 4,9 -9,01 Net Ekspor Atr Drh -28.472.751 -4.377.409 -21,92 -3,15 -31.188.901 -3.941.988 -22,06 -9,95

Total 129.874.338 98.024.264 100 6,2 141.400.183 104.489.706 100 6,6

Sumber : BPS Provinsi DIY (Diolah)

5.41 5.92 6.04 7.39 7.51 6.77 6.01 6.16 5.78 5.69 5.72 5.82 5.66 5.68 5.56 5.34 5.06 5.27 5.17 5.18 5.07 5.05 5.02 4.97 Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV 2018 2019

SUMBER : BPS PROV DIY, BPS RI

Grafik 2.2

Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2018-2019 (y-on-y) DIY Dalam Persen)

DIY Pulau Jawa Nasional

Dominasi Komponen Konsumsi Rumah tangga mencapai 65,39 persen dari struktur PDRB DIY Sisi pengeluaran

Gambar

Tabel 3.21 Analisis Cashflow (dalam miliar rupiah)
Tabel IV.19
Grafik IV.5
Grafik 6. 4  Jumlah Wisatawan ke DIY , Tahun 2013-2018 (Ribu Orang)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesukaan Rasa, Tekstur, Aroma dan Keseluruhan Dosis ragi 1 persen dengan gula pada pengamatan hari ke-3 cenderung menghasilkan nilai kesukaan rasa tertinggi meskipun tidak berbeda

Dengan menggunakan metode latihan Standing Jump Over Barrier, mempunyai efek yang positif dalam peningkatan kecepatan dalam permainan sepakbola.. Journal Pendidikan

Senada dengan hasil wawancara dengan Badrus Sholeh: “Sejak pengasuh KH. Abdul Wahid, Nurul Jadid mengalami kemajuan yang luar biasa. Abdul Wahid selalu berpikir kedepan

Dari penelusuran dan penelitian hingga penulisan artikel ini, penulis menemukan identitas Islam yang dipengaruhi kawasan-kawasan tertentu di Indonesia: Islam Nusantara,

mampu membuat kebijakan atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pendampingan hukum kepada individu dan/atau Lemsaneg dimana kebijakan tersebut dapat memberikan

Abstrak—Fungsi hash dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit bilangan acak semu karena pada tiap pemrosesan blok pesan, dihasilkan nilai message digest yang jauh

(2) Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan kasus keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pemilihan umum, yaitu: a) Kurang Alat Bukti. b) Tidak adanya

=ila dilihat berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui koloni  bakteri = memiliki kemampuan menghidrolisis amilum dengan sedang, sedangkan koloni bakteri A sama sekali