• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

B. Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa Kecamatan

1. Bentuk Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa . 48

perilaku yang dianut oleh masyarakat komunitas, diidentifikasi sebagai prinsip Tallasa kamase-mase (hidup sederhana). Prinsip ini pada hakikatnya tidak mau menerima norma-norma dari luar, mereka yang berprinsip demikian sukar menerima ide-ide baru dari luar. Termasuk berbau teknologi yang sebelumnya mereka tak kenal sehingga pembangunan yang dapat membuka dan mengembangkan wilayah mengalami hambatan.

Dari hasil penelitian bahwa jenis-jenis upacara keagamaan atau upacara adat yang dilaksanakan oleh Komunitas Ammatoa cukup banyak, berdasarkan penelusuran dari hasil wawancara dengan Ammatoa yang dilakukan peneliti dapat dirangkum setidaknya lima belas jenis yaitu :

1. UpacaraA'tompolo

upacara ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah atas kelahiran seorang bayi, upacara ini mirip dengan upacara aqiqah yang biasa dilaksanakan umat Islam sebagai rasa syukur atas kelahiran seorang bayi dalam sebuah keluarga, hanya proses pelaksanaannya tidak sesuai dengan syariat islam. Jika aqikah dalam syariat Islam telah ditentukan harinya yaitu hari ke 7 ke 14

ekor bagi perempuan. Berbeda dengan upacara Tompolo dimana proses pelaksanaanya tidak ditentukan harinya kemudian hanya dipotongkan ayam.

2. UpacaraAkkalomba

Akkalomba merupakan upacara memohon keselamatan agar anak-anak terhindar dari penyakit.

3. UpacaraPassalang

yaitu upacara khitanan atau yang biasa juga disebut Passunnakkang (pengislaman)

4. UpacaraPa'buntingan atau upacara pesta pernikahan

5. Upacara Tilapo, A'dampo, Lajo-lajo atau Pa'dangangang, yaitu upacara kematian. Upacara ini mememerlukan biaya yang paling besar dibanding upacara-upacara lainnya dan prosesi acaranya berlangsung selama 100 hari, pada waktu tertentu sebelum dilakukan dangang (upacara terakhir), ada acara khusus disebut Angngalle Bangngi dengan membuat simpul pada daun lontar disebut Patok/bilang bangngi (tanda perhitungan) pada hari ke 20 akan diadakan Akkalli. Pada malam ke 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 hari dilakukan Basing-basing.

Pada hari ke 108 dilakukan pemotongan kerbau sesuai kemampuan ahli waris yang meninggal.

yaitu upacara yang dilaksanakan sehubungan mulainya ditempati rumah yang baru.

7. UpacaraSituru'turu

yaitu pesta dalam rangka pembangunan rumah. Biasanya seorang Uragi atau seorang ahli pertukangan memimpin upacara ini untuk memulai dalam pembangun rumah.

8. UpacaraUrumatang

yaitu upacara untuk pemujaan roh-roh leluhur. Urumatang biasa dirangkaikan pada upacara Pabbuntingan (pesta pernikahan), dalam proses pelaksanaannya dimana ada benda berupa songkok yang diyakini peninggalan leluhurnya menjadi tempat memohon agar tidak diganggu anak cucunya. Mereka meyakini bahwa apabila tidak diadakan upacara Urumatang maka akan membuat orang sakit ataupun gila kepada keluarga yang punya hajat.

9. UpacaraDoangang

yaitu upacara untuk memohon keselamatan bagi arwah leluhur dengan membacakan berupa makanan, mereka meyakini bahwa makanan yang telah didoakan akan sampai kepada yang telah meninggal.

yaitu upacara yang berhubungan dengan dunia pertanian terutama tanaman padi dan jagung, mulai dari pemilihan bibit, penanaman dan penyimpanan. Kondisi dianggap khusus bila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman, apalagi jika hamanya adalah hama tikus, akkaharu juga merupakan ritual untuk menolak bala atau terhindar dari mara bahaya.

11. UpacaraTompang

yaitu upacara yang berhubungan dengan dunia peternakan.

Upacara ini dilaksanakan untuk mengusir penyakit yang menyerang hewan ternak.

12. UpacaraPangnganroang

yaitu upacara untuk memanjatkan doa dan memohon kepada Tuhan untuk diberi keselamatan dan terhindar dari wabah penyakit. Selain itu upacara ini biasa juga dilakukan untuk memohon turunnya hujan

13. UpacaraAllisa' Ere Tallasa

yaitu upacara pada waktu seorang anak pertama kali menginjakkan kakinya di tanah. Upacara ini dilaksanakan untuk memohon berkah agar langkah anak-anak mereka di kemudian hari menjadi langkah-langkah yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

yaitu upacara ritual yang dilakukan Ammatoa untuk menyambut dewa padi Sangiasserri dari peraduannya menuju ke istananya yaitu di lumbung penyimpanan (Para Bola).

15. UpacaraAkkattere

yaitu upacara ini mereka yakini bahwa upacara ritual Akkattere sama halnya dengan melakukan ibadah haji. Orang yang melakukan upacara akkattere adalah orang yang mampu dari segi ekonomi sebab mempersiapkan Dedde’ yaitu terbuat dari beras ketan dengan jumlah yang relatif banyak. (wawancara pada tanggal 15 Juni 2016)

2. Ajaran Pasang Sebagai Kerangka Hidup Beragama Komunitas Ammatoa Kec. Kajang Kab. Bulukumba

Dari hasil penelitian bahwa kerangka konsep yang digunakan komunitas Ammatoa mengacu terhadap Pasang sebagai sistem nilai budaya. Kegiatan yang tampak dalam kehidupan mereka adalah kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan hidup yang bukan duniawi semata melainkan tujuan alam Akhirat, seperti dikemukakan oleh Jama bahwa:

“Pasang diartikan sebagai pesan, fatwa, nasihat, tuntunan yang dilestarikan secara turun-temurun sejak manusia pertama sampai sekarang melalui tradisi lisan. Pasang diwariskan secara lisan oleh nenek moyang mereka dari generasi kegenarasi, sehingga cenderung bersifat statis. Pasang dalam penyampaiannya pantang untuk ditulis. Pasang sebagai suatu sistem atau aturan yang terkait dengan peranan dan kebijakan Ammatoa dalam peningkatan kesejahteraan hidup warga masyarakat. Pengambilan keputusan dalam hukum adat Kajang harus mengacu pada pasang. Pasang

pengelolaan lingkungan serta sistem kepercayaan komunitas Ammatoa.” (wawancara 10 juni 2016)

Oleh karena itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa komunitas Ammatoa tidak mengacu pada Al-Qur’an dan hadits sebagai pegangan aturan hidup beragama. Segala ketentuan mengenai perilaku beragama mengacu pada Pasang yaitu pesan leluhur yang berisi peraturan maupun prihal soal beribadah kepada Allah SWT.

Inti dari Pasang yang dikemukakan Ammatoa yaitu:

1. Anre’ nakkulle niganggu kepercayaanna taua (tidak boleh mengganggu kepercayaan orang lain).

2. Anre’ nakkulle abbur-bura, a’lukka na botoro (tidak boleh berbohong, mencuri dan berjudi).

3. Anre’ nakkulle ammuno paranta tau sikiddina anre palliliang (tidak boleh membunuh orang kecuali terpaksa tidak ada jalan lain untuk membela diri).

4. Parallu Sabbara (perlu bersikap sabar)

5. Parallui Tuna (harus sopan, atau rendah hati)

6. Parallui ni hargai paranta rupa tau (harus saling menghargai sesama manusia)

7. Parallui atunru na nibantu paranta rupa tau (harus patuh dan saling membantu sesama manusia)

dihargai peraturan pemimpin, serta adat Ammatoa) (wawancara, pada tanggal 15 juni 2016)

Sistem kepercayaan mereka adalah menekankan usaha untuk mengekang hawa nafsu (tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan orang lain), juga tidak merusak alam, menaati aturan-aturan pemimpin, jujur, tegas, sabar, merendahkan diri dan tidak cinta materi serta pasrah sepasrah-pasrahnya untuk mencapai tujuan keselamatan di hari akhirat.

Ketaatan mereka menjalankan prinsip Kamase-mase (hidup sederhana/hidup apa adanya) disebabkan oleh :

1. Mereka mempercayai bahwa apabila di dunia hidup sederhana maka kelak di akhirat akan mendapatkan kekayaan yang melimpah.

2. Adanya sanksi bagi yang tidak menjalankannya, sanksi yang dijatuhkan berupa sanksi biasa yaitu pengusiran keluar dari wilayah kawasan adat Ammatoa.

3. Mereka meyakini apabila tidak diterapkan hidup sederhana maka sanksi sakral akan menantinya yaitu ketika meninggal arwahnya akan ditolak oleh Tuhan.

Itulah yang kemudian menjadi prinsip keyakinan bagi komunitas Ammatoa sehingga menolak keras ide-ide dari luar yang berbau kemajuan

yang berwarna warni.

Pembatasan-pembatasan demikian di dalam sistem kepercayaan mereka mengakibatkan ketertinggalan di dalam beberapa segi seperti sosial, ekonomi, serta pendidikan. Ketinggalan itulah merupakan akibat langsung dari prinsip hidup Kamase-mase.

Hidup sederhana bagi komunitas Ammatoa dalam keyakinannya sebagai bentuk pengabdian diri kepada sang pencipta, apabila seseorang di dunia hidup penuh dengan kenikmatan maka kelak di akhirat akan mendapatkan kemiskinan.

Masyarakatn komunitas Ammatoa terkenal dengan keramahan dalam bertutur kata. Dari segi akhlak mereka sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan dengan menjaga perilaku yang tidak terpuji seperti berbicara dengan kata-kata kasar, berjalan harus menundukkan kepala agar mata dapat terjaga dari pandangan hal-hal yang buruk.

Dokumen terkait