• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU SOSIAL BERAGAMA KOMUNITAS AMMATOA DAN PEMAHAMANNYA TERHADAP AJARAN AGAMA ISLAM DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU SOSIAL BERAGAMA KOMUNITAS AMMATOA DAN PEMAHAMANNYA TERHADAP AJARAN AGAMA ISLAM DI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada prodi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

MASJAYA 10519160812

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H / 2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PRAKATA

ِﻪِﻟَا ﻰَﻠَﻋَو َﻦْﻴِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟاَو ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا ِفَﺮْﺷَأ ﻰَﻠَﻋ ُمَﻼﱠﺴﻟاَو ُةَﻼﱠﺼﻟاَو َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا ﱢبَر ِﷲ ِ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ ُﺪْﻌَـﺑ ﺎﱠﻣَأ َﻦْﻴِﻌَﻤْﺟَأ ِﻪِﺒْﺤَﺻَو

Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah ‘Azza Wajalla atas segala rahmat, nikmat, hidayah dan taufiq-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam dan salawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa mengikutinya sampai hari kiamat.

Atas berkat dan Rahmat-Nya jualah maka dengan mengarahkan segenap kemampuan maka skiripsi yang berjudul “Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa dan Pemahamannya Terhadap Ajaran Agama Islam di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulaweesi Selatan.” Dapat dirampungkan sesuai dengan harapan.

Berkat dukungan dan semangat serta dorongan moral yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

vi

(7)

1. Ayahanda Hasani dan Ibunda Jidang yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, memotivasi dan membiayai penulis dengan penuh keikhlasan, ketabahan dan kesabaran.

2. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta unsur yang terlibat di dalamnya, yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam Dan seluruh civitas akademik.

4. Amirah Mawardi, S. Ag M. Si, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.

5. Dr. Hj. Maryam M.Th.I sebagai dosen pembimbing satu skripsi sekaligus sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam.

6. Dr. Rusli Malli,. M.Ag dosen pembimbing kedua skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen Unismuh Makassar Khususnya dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar.

8. Kakanda Halija yang telah banyak membantu penulis dalam meneliti sehingga skripsi ini dapat tersusun, semoga ALLAH Swt.

Senantiasa memberikan hidayah dan kesehatan.

(8)

9. Teman-teman di Fakultas Agama Islam khususnya teman sekelas angkatan 2012 yang telah membantu penulis dengan dukungan serta do’a.

10. Serta semua pihak yang penulis tidak mampu sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah swt. kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya semoga senantiasa memperoleh balasan disisi Allah Swt. dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan lebih lagi bagi pribadi penulis, amin ya Rabbal ’alamin.

Makassar, 25 Juni 2016

Penyusun

M a s j a y a

Nim : 105 19 1608 12

(9)

ix

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan” (Dibimbing oleh Dr. Maryam, M.Th.I dan Dr. Rusli Malli, M.Ag). Judul skripsi ini mengacu pada dua pokok tujuan penelitian yaitu, Untuk mengetahui Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa Dan untuk mengetahui Pemahamannya Terhadap Ajaran Agama Islam.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan mengeksplorsikan data dari lapangan dengan metode analisis deskriftif yang dilakukan di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sebagai lokasi penelitian. Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah perilaku sosial beragama sebagai variabel bebas dan pemahamannya terhadap ajaran agama Islam sebagai variabel terikat.

Sedangkan dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode induktif, metode deduktif, dan presentatif.

Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli menyatakan bahwa komuitas Ammatoa berpaham animisme dimana komunitas Ammatoa masih meyakini tentang adanya kekuatan dari alam dan mempercayai tentang kekuatan roh-roh manusia yang telah meninggal. Walaupun komunitas Ammatoa seluruhnya beragama Islam namun pada pengaplikasian dari syariat Islam masih jauh dari Islam sebab komunitas Ammatoa memahami Islam sebagai berikut:

1. Mereka meyakini bahwa Islam berasal dari bahasa Konjo yaitu Assi atau Isi. Komunitas Ammatoa tidak mendirikan shalat sebagaimana disyariatkan dalam Islam, paham tersebut dikarenakan bahwa shalat yang mereka laksanakan langsung pada isinya tanpa harus takbiratul ikhram, ruku, sujud dan seterusnya karena yang demikian hanyalah kulit atau pembungkus dari shalat.

2. Mereka meyakini bahwa manusia pertama adalah Ammatoa dan Anrong adalah wanita pertama yang diciptakan oleh Allah. Ammatoa dan Anrong diturunkan di Desa Tana Toa Kec. Kajang Kab. Bulukumba merupakan tempat bermukim Ammatoa saat ini yang kemudian menjadi cikal bakal manusia sampai saat ini.

3. Komunitas Ammatoa tidak mengacu pada Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup beragama. Segala ketentuan perilaku beragama mengacu pada Pasang yaitu pesan leluhur yang disampaikan secara lisan dari generasi kegenerasi. Komunitas Ammatoa meyakini bahwa Al- Qur’an terdiri dari 40 juz namun yang tertulis dalam Al-Qur’an hanya 30 juz sebab 10 juz tertuang dalam Pasang yang menjadi landasan hidup beragama kommunitas Ammatoa.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PRAKATA ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tinjauan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Perilaku Sosial Beragama ... 7

1. Pengetian Prilaku sosial ... 7

2. Pengertian Beragama ... 9

3. Sikap Beragama dan Pola Tingkah Laku Sosial ... 12

4. Fungsi dan Peran Agama ... 15

B. Pemahaman Ajaran Agama Islam... 19

1. Pengertian Pemahaman ... 19

2. Pengertian Agama Islam... 21

x

(11)

C. Ruang Lingkup Ajaran Agama Islam... 25

1. Aqidah ... 25

2. Syari’ah... 30

3. Akhlak ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Lokasi dan Objek Penelitian... 33

C. Fokus Penelitian... 33

D. Deskripsi Pokus Penelitian... 34

E. Sampel Sumber Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 41

A. Letak Geografis... 41

1. Kondisi Pisik ... 41

2. Proses Pemilihan Ammatoa ... 45

B. Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba... 48

1. Bentuk Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa . 48 2. Ajaran Pasang Sebagai Kerangka Hidup Beragama Komunitas Ammatoa Kec. Kajang Kab. Bulukumba ... 52

C. Pemahaman Komunitas Ammatoa Terhadap Agama Islam . 56 D. Pemahaman Komunitas Ammatoa Terhadap Ajaran Agama Islam ... 59

1. Sholat Menurut Pemahaman Komunitas Ammatoa ... 59

2. Zakat Menurut Pemahaman Komunitas Ammatoa ... 60

3. Puasa menurut pemahaman komunitas Ammatoa ... 61

4. Berhaji Menurut Pemahaman Komunitas Ammatoa ... 62

(12)

5. Al-Qur’an Menurut Pemahaman Komunitas Ammatoa .... 63 BAB V. PENUTUP... 65 A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA Lampiran-Lampiran

Pedoman Wawancara Dokumentasi

Surat Pengantar Keterangan Penelitian Riwayat Penulis

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu yang lain. Secara kodrat manusia akan selalu hidup berdampingan dengan memiliki budaya dan ciri khas yang berbeda pula.

Abdurrahmat Fathoni (2005:46) mengatakan bahwa:

Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang berwujud sebagai komunitas desa, atau kota, atau sebagai kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak yang khas. Hal itu terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan.

Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaannya biasanya tidak melihat corak khas itu. Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama mengenai unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaan sendiri.

Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil, berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus. Atau karena di antara pranata- pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus, atau dapat juga karena warganya menganut sesuatu tema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak yang khas tadi juga dapat disebabkan karena adanya kompleks unusur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi, kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan lain. Seperti halnya dalam

1

(14)

Kabupaten Bulukumba, dimana menurut data statistik menunjukan bahwa seluruhnya bergama Islam. Namun demikian mereka masih sangat menjujung tinggi hukum adat yang oleh masyarakat komunitas Ammatoa dikenal dengan nama Pasang (hukum/aturan adat).

Komunitas Ammatoa sangat taat pada pasang, sehingga diimplikasikan langsung dalam konsep hidup beragama, dapat dikatakan bahwa Pasang ini adalah sebuah produk kearifan lokal yang dihasilkan oleh masyarakat tradisional Ammatoa berupa hukum adat, yang bersumber pada keyakinan dari nenek moyangnya, telah diwariskan dari generasi ke generasi, apabila itu berlarut-larut tanpa ada pemecahan lebih lanjut, pada saatnya akan melahirkan prilaku-prilaku yang lebih merugikan, khususnya dalam hal konsep ajaran agama Islam.

Menurut H. Umar Syihab (1990:57) mengatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang mengajarkan kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang universal dan kekal. agama Islam mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sejajar dan laju perkembangan teknologi dan peradaban. Agama Islam diperkenalkan oleh Nabi Muhammad Saw. 15 abad yang lalu masih dan akan tetap mempunyai fungsi sebagai pedoman hidup bagi umat Islam dibagian manapun, untuk masa kini dan masa selanjutnya.

Islam menghendaki manusia agar supaya selalu berada pada martabat yang tinggi. Islam memandang manusia sebagai makhluk

(15)

seperti alam dan tumbuhan. Kepada alam hewani dan terus meningkatkan sehingga menjadi makhluk yang berakal, berperasaan dan rasa indera.

Islam juga menghendaki agar manusia menjadi anggota yang berdayaguna bagi masyarakat.

Dalam pelaksanaan konsep ajaran agama Islam bagi komunitas Ammatoa di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukmba Sulawesi Selatan.

Masih diantaranya mereka belum menjadikan agama Islam sebagai pegangan hidup, atau dengan kata lain belum menyikapi dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh. Dari segi aqidah misalnya mereka masih dipengaruhi dengan adat-adat kebiasaan yang dilakukan dalam hari-hari tertentu adat kebiasaan itu yang mana dalam pelaksanaannya sama halnya dengan masyarakat primitif yang menganggap roh itu mempunyai kekuatan (animisme) dan melakukan sesajen untuk roh-roh dan lain-lain. Demikian pula terhadap syariat Islam mereka tidak melakukan shalat disebabkan kurangnya pemahaman tentang ajaran agama Islam.

Namun disisi lain komunitas Ammatoa mempunyai prilaku keagamaan yang baik khususnya dalam masalah akhlak (etika) misalnya mereka menjunjung tinggi sifat rendah diri, ramah, sopa santun dan meraka pantang untuk melanggarnya.

(16)

Bertolak dari uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa di kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana Pemahaman Komunitas Ammatoa terhadap Agama Islam?

3. Bagaimana Pemahaman Komunitas Ammatoa terhadap Ajaran Agama Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Prilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa di kecamatan Kajang kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui pemahaman Komunitas Ammatoa terhadap Agama Islam di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

3. Untuk Mengetahui Pemahaman Komunitas Ammatoa terhadap Ajaran Agama Islam.

(17)

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat akademis (akademic significance) yang dapat menambah informasi dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu kebudayaan pada khususnya serta sebagai bahan bacaan dan referensi bagi penelitian selanjutnya atau sebagai bahan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang melakukan penelitian atau penulisan dibidang yang sama.

2. Kegunaan praktis.

a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah khususnya kepada pemerintah sekabupaten Bulukumba serta Departemen Agama.

b. Diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang nilainya tidak lebih sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meingkatkan prilaku beragama.

c. Menambah wawasan pengetahuan bagi penulisan mengenai prilaku sosial beragama dan pemahaman ajaran agama Islam.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Sosial Beragama 1. Pengertian Prilaku Sosial

Menurut Hurlock B. Elizabeth (1995:262) Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial. Pendapat lain mengatakan bahwa Perilaku sosial adalah sifat seseorang yang tercermin dalam ucapan dan tindakannya yang dilakukan sehari-hari. Perilaku Sosial juga merupakan tingkah laku manusia yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Adam Ibrahim Indrawijaya (2005:42) mengatakan bahwa perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut juga merupakan gejala yang direfleksikan oleh kekuatan dari dalam misalnya: kondisi iman, kondisi psikis atau fisik, dan cultur masyarakat. Perilaku adalah suatu yang berkaitan dengan interaksi seseorang dengan orang lain atau suatu yang lainnya, perilaku juga identik dengan tingkah laku atau akhlak kita, kepribadian yang baik dan tutur kata yang santun. Sedangkan keagamaan diberi pengertian sifat-sifat yang terdapat dalam agama, atau segala sesuatu mengenai agama.

7

(19)

Menurut Weber seorang jerman dan juga salah satu tokoh sosiologi pada tahun (1864-1920) dalam Soerjono Soekanto (2002 : 9) yang mana bentuk perilaku sosial timbal balik. Gejala itu kemudian tercermin pada pengertian sosial yang mana para individu secara mutual mendasarkan perilakunya pada perilaku yang diharapkan oleh pihak-pihak lain.

Sehingga dari kesimpulan yang tersebut di atas dapat di jelaskan bahwa perilaku sosial keagamaan adalah sifat seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang sifat tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Jamaludin Kaffie (2003 : 48) berikut ini pengertian perilaku sosial yang identik dengan tingkah laku, akhlak, dan budi pekerti.

1) Tingkah laku adalah semua proses (yaitu keadaan jiwa yang timbul dari nilai-nilai seseorang kemudian di terima oleh panca indra dan selanjutnya menimbulkan satu keputusan), yang merupakan dasar pembentukan sikap yang akhirnya melalui ambang terjadinya tindakan. Hal ini merupakan wujud dari nilai- nilai dan sikap seseorang untuk memiliki tingkah laku yang baik dalam masyarakat, yang dibentuk untuk memiliki kepribadian jiwa dan akhlak yang mulia. Tingkah laku seseorang terbentuk atas dasar jiwanya sendiri yang muncul sebagai suatu kepribadian seseorang. Jadi setiap seseoranglah yang membentuk karakter tingkah lakunya sendiri-sendiri.

(20)

2) Budi pekerti adalah perbuatan dan hasil rasio dan rasa yang dimanifestasi pada kasta dan tingkah laku masyarakat. Budi pekerti merupakan perbuatan yang kita lakukan sehari-hari di lingkungan masyarakat, yang mana perbuatan tersebut mencerminkan perilaku kita sehari-hari.

3) Akhlak menurut Ibnu Maskawih seorang tokoh islam terkemuka dari timur tengah yang terkenal dengan akhlak dan budi pekertinya. Mengartikan akhlak merupakan keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan tidak mengahajatkan pikiran.

2. Pengertian Beragama

Menurut Harun Nasution (2001:1) mengatakan bahwa dalam masyarakat Indonesia selain kata agama, dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata sangkrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu “a” tidak dan “gama” pergi. Jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun.

Ada juga yang mengartikan bahwa agama berasal dari bahasa sansekerta, yakni dari kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Jadi agama berarti tidak kacau (beraturan). Para ahli bahasa menyamakan dengan kata religion dari bahasa Inggris, religi dari bahasa belanda, atau religio dari bahasa latin yang akar katanya relogare yang berarti mengikat, dan ada pula yang mengartikan agama yaitu jalan bepergian (maksudnya

(21)

jalan hidup), lepas dari masalah mana yang benar, masyarakat beragama pada umumnya menganggap agama itu sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun-temurun oleh masyarakat manusia, agar hiudup menjadi tertib, damai dan tidak kacau.

Seorang sarjana barat, W.B. Sidjabat, dalam Badruddin Hsubky (1991 : 52) mengatakan bahwa agama adalah keprihatinan yang harus dari manusia, yang mengungkap jawaban tentang panggilan dari Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Maha Kekal, dengan demikian agama berarti bukan sesuatu yang membingungkan. Tetapi sesuatu yang dapat mengarahkan, membimbing, atau menunjukkan manusia kejalan yang lurus.

Menurut Kaelany, (2000:17) mengemukakan bahwa agama adalah hal yang mengatur hidup manusia, meluruskan dan mengendalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa ia ke jurang kesesatan, mengingkari Tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan berbagai akibat negatif lainnya. Kesemuanya itu nanti akan berakibat merugikan manusia itu sendiri. Tuhan menghendaki manusia beruntung dalam hidupnya, karena itu ia turunkan aturan hidup berupa Agama.

Menurut Edi Sedyawati dalam Kaelany (2000 : 66) memandang bahwa:

Agama adalah suatu sistem yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak disertai segala perangkat yang terintegrasi di dalamnya, meliputi tata peribadatan, tata peran para

(22)

pelaku, dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama yang bersangkutan.

Para ahli agama dalam Ishomuddin (2002:31) sulit menyepakati apa yang menjadi unsur esensial agama. Namun hampir semua agama diketahui mengandung empat unsur penting yaitu:

1. Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi kehidupan manusia.

2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya hubungan antara manusia dengan kekuatan gaib itu.

3. Sikap emosional pada hati manusia terhadap kekuatan gaib itu, seperti takut, hormat, cinta, penuh harap, pasrah, dan lain-lain.

4. Tingkah laku tertentu dapat diamati, seperti shalat (sembahyang), doa, puasa, suka menolong, tidak korupsi, dan lain-lain sebagai buah dari tiga unsur perama.

Tiga unsur pertama merupakan jiwa agama, sedang unsur yang keempat merupakan bentuk lahiriah. Keyakinan atau pengakuan adanya kekuatan gaib, merupakan keyakinan pokok dalam semua agama, kecuali dalam agama Budha Hinayanah. Masyarakat primitif umumya meyakini ada tiga macam kekuatan gaib, yaitu kekuatan sakti, roh-roh terutama (roh-roh manusia yang telah wafat) dan dewa-dewa atau tuhan. Mereka sekaligus berpaham dinamisme, yakni mempercayai bahwa tiap-tiap benda dapat ditempati oleh kekuatan sakti, yang bisa memberikan manfaat atau malapetaka kepada manusia; berpaham animisme yakni mempercayai bahwa tiap-tiap benda dapat ditempati roh-roh; terutama roh-roh manusia. Yang dapat menolong dan menggangu manusia; dan berpaham politeisme yakni mempercayai atau menyembah banyak dewa yang mereka anggap mempunyai kekuatan yang lebih besar dari roh;

atau berpaham henoteisme, yakni menyembah satu dewa atau satu

(23)

tuhan, tetapi tidak mengingkari adanya para dewa atau tuhan-Tuhan lain yang menjadi saingan bagi dewa atau Tuhan yang meraka sembah. Pada masyarakat primitif sebenarnya terdapat keyakinan tentang Tuhan atau dewa tertinggi, yang menciptakan para dewa dan alam semesta semuanya; akan tetapi sebagian mereka cenderung menyembah karena dianggap terlalu jauh untuk disembah seperti perlakuan masyarakat Arab Jahiliyah terhadap Allah SWT.

Menurut Harun Nasution (2001: 8) mengemukakan bahwa dalam masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme, atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Maha Esa, pencipta alam semesta. Dengan demikian perbedaan antara henoteisme dan monoteisme adalah bahwa agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan alam semesta.

Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan materi saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spiritual. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat.

3. Sikap Beragama dan Pola Tingkah Laku Sosial

Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya

(24)

dengan suatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dengan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai sikap beragama, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertian mengenai sikap itu sendiri. Dalam pengertian umum sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi efektif terhadap objek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan individual.

Menurut Mar’at dalam Jalaluddin (2002:199), meskipun belum lengkap, Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengetian mengenai sikap. Dari 13 pengertian itu dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut adalah bahwa:

1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan.

2. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide.

3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, temapat ibadah, maupun tempat lainnya melalui nasehat, teladan, ataupun percakapan.

4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan unntuk bertindak dengan cara tertentu terhadap objek.

5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu.

6. Sikap memiliki sikap intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah.

7. Sikap bergabung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai sedangkan disaat situasi yang berbedabelum tentu cocok.

8. Sikap dapat bersifat ralatif konsisten dalam sejarah hidup individu.

9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun komisi individu.

(25)

10. Sikap merupakan penilaian terhadap suatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan.

11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai.

Rumusan tersebut di atas, dapat menunjukkan bahwa sikap merupakan predis posisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen, kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan interaksi dan komponen tersebut secara kompleks. Tiga komponen psikologi di atas yang bekerja secara kompleks merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek, baik yang berbentuk konkret ataupun objek yang abstrak.

Komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau diprediksikan tentang objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang), sedangkan komponen konasi dihubungkan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil dari proses berfikir, merasa dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap suatu objek.

Bagaimana bentuk sikap beragama dapat dilihat seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Reaksi yang timbul dari sikap tertentu terdapat objek yang ditentukan oleh pengaruh kepribadian dan

(26)

faktor eksternal. Dalam kaitan ini sikap didasarkan atas konsep evaluasi berkenaan dengan objek tertentu menggugah motif untuk bertingkah laku.

Sedangkan menurut pandangan psikologi dalam Jalaluddin (2002:242) bahwa sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi efektif sehingga menghasilkan motif. Motif menentukan tingkah laku nyata (over behavior) sedangkan reaksi afetif bersifat tertutup (cover).

Menurut Ahmad Mobarak (2000:66) mengatakan bahwa Tingkah laku manusia dapat dibedakan dari berbagai segi secara psikologi tingkah laku manusia dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Tingkah laku yang bersifat fitrah dan yang diusahakan.

2. Tingkah laku yang disengaja dan yang tidak disengaja.

3. Tingkah laku yang lahir dan tingkah laku batin.

Dari segi akhlak, tingkah laku manusia merupakan perwujudan dari kualitas kepribadiannya. Kepribadian seseorang merupakan sinergi dari pilar-pilar internal, termasuk keyakinan agama yang dimilikinya.

4. Fungsi dan Peran Agama

Para ahli antropologi dalam Ishomuddin (2002 : 50) memandang agama sebagai sistem keyakinan yang dapat menjadi bagian dari inti dan sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dari menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan para anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.

Sedangkan fungsi agama menurut para ahli sosiologi dalam Ishomuddin (2002 : 51) yang berbeda satu sama lain; “sebagai pemujaan

(27)

masyarakat (Durkheim); sebagai ideologi (Marx) dan sebagai sumber perubahan sosial (Webers). Fungsi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Metta Spenser dan Alex Inkeles yaitu fungsi dukungan, fungsi kependetaan, fungsi kontrol sosial, fungsi kenabian dan funsi identitas.

Fungsi agama bagi masyarakat kalau kita kaji dari sudut pandang sosiologis menurut E.K Nottingham sebagaimana dikutip oleh Ishomuddin bahwa secara empiris, agama dapat berfungsi di dalam masyarakat antara lain sebagai:

1. Faktor yang mengintegrasikan masyarakat;

2. Faktor yang mendistegrasikan masyarakat;

3. Faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai sosial; dan

4. Faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif inovatif dan bahkan bersifat revolusioner.

Fungsi yang dikemukakan oleh para ahli sosiologi dalam Islam terlihat lebih terinci sesuai dengan ajaran agama islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seisi alam ini, yang ajaran-ajarannya sarat dengan perintah tentang ibadah dan muamalah. Ada ahli mengklasifikasikan inti pokok ajaran Islam itu berupa pokok ajaran Islam itu berupa aspek ibadah dan aspek tanggungjawab menusia untuk menanamkan kebenaran (amar ma’ruf) dan mencegah kerusakan (nahya anil mungkar) disinilah letak posisi sentral Al-Qur’an dalam Islam.

Djamaluddin al-Afghany seperti yang dikutip oleh Ishomuddin (2002:52) mengatakan bahwa agama memandang perlu untuk memimpin akal manusia menganut tiga macam kepercayaan antara lain;

1. Tashdiq, penuh kepercayaan bahwa manusia itu raja bumi, dan dialah makhluk termulia bi bumi.

(28)

2. Penuh keyakinan, bahwa orang yang beragama adalah umat yang paling mulia, sebaliknya orang yang menentang adalah dalam kesesatan dan kebatilan.

3. Menetapkan dengan penuh keyakinan, bahwa manusia hidup di dunia hanya untuk mencapai hasil yang nyata, agar menyiapkan dirinya berpindah naik ke alam yang lain yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada alam dunia, dan untuk berpindah dari alam yang sempit benyak gangguan atau lebih tepat disebut tempat kesusahan dan alam penderitaan ke tempat yang luas tanpa penderitaan.

Ketiga macam keparcayaan itu menurut Afgany diperlukan guna, 1) sebagai penangkis permusuhan; 2) membawa umat untuk berlomba melakukan pekerjaan utama; 3) sebagai benteng pertahanan menghadapi golongan penindas.

Fungsi agama diberbagai komunitas sistem sosial memang beda- beda di dalam masyarakat tradisional, agama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan, menjalankan baik fungsi asketik, fungsi integrsi maupun fungsi-fungsi lainnya. Kenyataan tentang fungsi agama kiranya telah diwakili dalam pandangan ahli-ahli sosiolog kenamaan atas.

Menurut Jalaluddin (2002 : 245) masalah agama tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain;

1. Berfungsi sebagai edukatif;

2. Berfungsi sebagai penyelamat;

3. Berfungsi sebagai perdamaian;

4. Berfungsi sebagai sosial kontrol;

5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas;

6. Berfungsi sebagai transformatif;

7. Berfungsi sebagai kreatif;

8. Berfungsi sebagai sublimatif.

(29)

Fungsi edukatif adalah ajaran agama yanng meraka anut, memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melrang. Kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

Fungsi penyelamat, dimanapun manusia berada dia selalu mengiginkan dirinya seelamat. Keselamatan yang meliputi bidang yang luas diajarkan oleh agama, yaitu keselamatan dunia akhirat. Agama berfungsi sebagai perdamaian, bahwa melalui agama seseorang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama.

Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menghilang dari batinnya, apabila seorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

Agama berfungsi sebagai sosial kontrol adalah ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, karena para penganut agama psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan. Rsa kesatuan itu akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

Fungsi transformatif adalah ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru

(30)

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Sedang fungsi kreatif adalah ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntun untuk melakan inovasi penemuan baru.

Fungsi sublimatif adalah bahwa ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi.

Melainkan juga bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma.

B. Pemahaman Ajaran Agama Islam 1. Pengertian Pemahaman

Menurut Plus A. Partanto M. Dahlan AL- Bary (1994:172) mengatakan bahwa pemahaman berasal dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran.

Menurut Ngalim Purwanto (1997:44) Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini dia tidak sekedar hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan.

Menurut Anas Sudiyono (1996:50) mendefinisikan bahwa pemahaman adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti atau

(31)

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan”

Sedangkan menurut Yusuf Anas, (2009:191) yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.

Dari berbagai pendapat di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa indicator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menulis kembali, mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan. Indicator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang belum tentu memahami sesuatu dari yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman seseorang tidak hanya sekedar menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari yang dipelajari secara lebih mendalam, dan mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.

(32)

2. Pengertian Agama Islam

Agama bagi manusia khususnya bangsa Indonesia merupakan unsur pokok yang menjadi kebutuhan spiritual, yang berisi kaidah-kaidah yang dilarang dan menunjukkan hal-hal yang diwajibkan serta agama menggariskan perbuatan-perbuatan yang baik dan buruk. Norma-norma agama tetap diakui sebagai kaidah-kaidah suci yang bersumber dari Tuhan. Kaidah-kaidah yang digariskan dalam agama selalu baik, sebab- sabab kaidah-kaidah tersebut bertujuan untuk membimbing manusia ke arah jalan yang benar.

Menurut zakiah Daradjat, dkk (1991:86) bahwa agama mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami dan diamalkan oleh manusia. Agama mengatur manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang berbunyi:

َﻋ ٍﻢْﻴَِﲤ ْﻦ ُﻪﱠﻠﻟا ﱠﻞَﺻ ﱠﻲﺴِﺒﱠﻨﻟا ﱠنَأ ﱢيِرﱠﺪﻟا

ِﺖَﺤْﻴِﺼﱠﻨﻟا ُﻦْﻳِﺪﻟا َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ور).ْﻢِﻬِﺘﱠﻣﺎَﻋَو َْﲔِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟا ِﺖﱠﻤِﺋ َِﻷَو ِﻪِﻟْﻮُﺳَﺮِﻟَو ِﻪِﺑﺎَﺘِﻜِﻟَو ِﻪﱠﻠِﻟ َلﺎَﻗ ْﻦَﻤِﻟﺎَﻨْﻠُـﻗ ﻩا

(ﻢﻠﺴﻣ

Artinya:

(33)

Diriwayatkan oleh Tamimi ad-Dari r.a., bahwa Nabi Saw. bersabda:

“Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?”

Beliau menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka.” (H.R. Muslim)

Definisi Islam Menurut Frof. H. Mohammad Daud Ali (1997:49) mengatakan bahwa Islam adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari huruf sin lam mim (s-l-m) kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Analisis makna perkataan Islam. Intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuh hati kepada kehendak Ilahi.

Menurut Maulana Muhammad Ali dalam Abuddin Nata, (1998:61) Islam dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk kata aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam kedamaian, sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S.

Ali Imran (3) : 83.

ُﻪَﻟَو َنﻮُﻐْـﺒَـﻳ ِﻪﱠﻠﻟا ِﻦﻳِد َﺮْـﻴَﻐَـﻓَأ َﻢَﻠْﺳَأ

ﺎًﻫْﺮَﻛَو ﺎًﻋْﻮَﻃ ِضْرﻷاَو ِتاَوﺎَﻤﱠﺴﻟا ِﰲ ْﻦَﻣ

َنﻮُﻌَﺟْﺮُـﻳ ِﻪْﻴَﻟِإَو

﴿ ٨٣

Terjemahnya :

Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. (Kemenag RI. 2012 :60)

Menurut Harun Nasution dalam Abuddin Nata, (1998:62) bahwa kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai,

(34)

menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dipahami dari firman Allah yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah [2] 183.

ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ ْﻢُﻜِﻠْﺒَـﻗ ْﻦِﻣ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﻰَﻠَﻋ َﺐِﺘُﻛ ﺎَﻤَﻛ ُمﺎَﻴﱢﺼﻟا ُﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ َﺐِﺘُﻛ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا

َنﻮُﻘﱠـﺘَـﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ

﴿ ١٨٣

Terjemahnya :

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Kemenag RI. 2012 : 28)

Dari berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa agama adalah merupakan jalan untuk keselamatan bagi orang- orang yang tunduk, patuh dan berserah diri sebagaimana dari kata Islam itu sendiri yaitu berserah diri kepada Allah Swt.

Islam sebagai agama wahyu yang memberikan bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya memberi peluang kepada manusia yang melaluinya ketempat yang tertinggi dan mulia. Jalan raya tersebut berpagar Al-Qur’an dan al-Hadits. Sikap dan perbuatan seorang Muslim tidak keluar dan bertentangan dengan wahyu yang terdapat dalam Al- Qur’an dan Sunnah Nabi, selama itu pula pemikiran, sikap dan perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami.

Memahami ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen Muslim dan

(35)

Muslimat terhadap Islam telah digambarkan dalam firman Allah Q.S. al- Asr [103] : 2-3.

﴿ٍﺮْﺴُﺧ ﻲِﻔَﻟ َنﺎَﺴْﻧﻹا ﱠنِإ ٢

َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﻻِإ﴾

اْﻮَﺻاَﻮَـﺗَو ِتﺎَِﳊﺎﱠﺼﻟا اﻮُﻠِﻤَﻋَو اﻮُﻨَﻣآ

﴿ِْﱪﱠﺼﻟﺎِﺑ اْﻮَﺻاَﻮَـﺗَو ﱢﻖَْﳊﺎِﺑ ٣

Terjemahnya:

Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Kemenag. RI. 2012 : 601)

Menurut H. Mohammad Daud Ali (1997:66), mengatakan bahwa dengan merujuk bunyi dari surat al-Asr maka terdapat lima komitmen dalam Islam, yaitu:

1. Meyakini, mengimani kebenaran agama Islam seyakin-yakinnya, 2. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara yang baik dan benar, 3. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga

dan masyarakat,

4. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi yang meyakinkan dengan bahasa yang baik, 5. Sabar dalam berislam, dalam meyakini, mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan ajaran agama Islam.

Menurut H. Mohammad Daud Ali (1997:79) bahwa untuk menghindari salah paham terhadap ajaran Islam dan dapat memahami Islam secara baik maka berikut perlu diperhatikan:

1. Pelajarilah Islam dari sumbernya yang asli yakni Al-Qur’an yang memuat wahyu-wahyu Allah dan al-Hadits yang memuat Sunnah Nabi Muhammad.

2. Islam tidak dipelajari secara partial tetapi integral. Artinya Islam tidak dipelajari sepotong-sepotong, tetapi secara keseluruhan dan dipadukan dalam satu kesatuan yang bulat.

3. Islam dipelajari dari karya atau kepustakaan yang ditulis oleh mereka yang telah mengkajinya dan memahami Islam secara

(36)

baik dan benar. Pada umumnya mereka adalah para ahli atau ulama, cendekiawan, dan sarjana muslim yang diakui otoritasnya.

4. Memahami Islam dengan bantuan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang sampai sekarang, seperti ilmu alamiah, lilmu sosial dan budaya, serta ilmu-ilmu kemanusiaan.

5. Tidak menyamakan Islam dengan umat Islam, terutama dengan keadaan umat Islam pada suatu masa di suatu tempat.

Menurut Awaliyah Musgamy (2011:32) mengatakan bahwa prinsip ajaran Islam mempunyai keistimewaan, ketinggian dan sifat menyeluruh yang dapat menerapkan kebaikan, keadilan masyarakat dan kemanusiaan. Menolong menyatukan kita dari segi pemikiran, dan pemikiran akan selaras dengan agama kita, begitu juga dengan otak kita akan selaras dengan hati nurani dan perasaan keagamaan kita.

Menurut zakiah Daradjat, dkk (1991:29) bahwa tujuan pengajaran Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya, masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran agama Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya,

C. Ruang Lingkup Ajaran Agama Islam

Ruang lingkup ajaran agama Islam meliputi atas tiga bagian yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.

1. Aqidah

Aqidah atau Iman merupakan kepercayaan atau bertauhid. Ia merupakan awal dan akhir dari seruan Islam, menegaskan bahwa hanya Allah Swt. lah Dzat yang menciptakan, memberi hukum, mengatur dan memelihara alam semesta. Karena itu, hanya Allah itulah satu-satunya

(37)

Dzat yang disembah dan kepadanya pula kita memohon petujuk dan pertolongan-Nya.

Aqidah menurut Hasan al-Banna dalam Yunandar Ilyas (1992:1) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.

Menurut Yunandar Ilyas (1992:10) mengatakan bahwa fungsi aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggin suatu bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pondasi yang dibuat.

Munir, dkk, (1992:1) mengatakan bahwa pokok utamanya dalam ajaran agama Islam adalah:

1. Percaya kepada Allah;

2. percaya kepada malaikat Allah;

3. percaya kepada kitab-kitab Allah;

4. percaya kepada Nabi dan Rasul;

5. Percaya kepada hari Qiamat;

6. percaya kepada Qadha’ dan Qadhar.

Percaya kepada Allah berarti kita harus mengenal Allah, yakni kita wajib percaya bahwasanya Dialah Tuhan yang sesungguhnya, dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia, Allah yang maha pencipta, yang awal dan tiada bermula dan yang akhir tiada berkesudahan, tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya, maha melihat dan mendengar, maha kuasa atas segala sesuatu, sebagaiaman firman Allah dalam Q.S. Al-Fatiha (1) : 5.

(38)

ُﲔِﻌَﺘْﺴَﻧ َكﺎﱠﻳِإَو ُﺪُﺒْﻌَـﻧ َكﺎﱠﻳِإ

﴿ ٥

Terjemahnya :

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (Kemenag R.I. 2012 : 1)

Hadits Rasulullah SAW. yang berbunyi:

َﻪَﻟِأ َﻻ ُﻪﱠﻧ َأ ُﻢَﻠْﻌَـﻳ َﻮُﻫَو َتﺎﻣ ْﻦَﻣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلَﺎﻗ َنﺎَﻤْﺜُﻋ ْﻦَﻋ (ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور) َﺔﱠﻨَْﳉا َﻞَﺧَد ُﷲا ﱠﻻِأ

Artinya :

Diriwayatkan oleh Usman, dia berkata: Rasulullah bersabda :

“barang siapa meninggal dunia dan dia percaya bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, maka dia akan masuk ke dalam syurga.” (H.R.

Muslim)

Percaya kepada malaikat Allah adalah bahwa Allah yang maha kuasa menciptakan jenis makhluk yang bernama malaikat, dari nur atau cahaya. Para Malaikat tidak sama dengan manusia baik sifat, bentuk dan pekerjaannya. Kita wajib percaya bahwa Allah SWT. mempunyai banyak malaikat mereka itu adalah pesuruh-pesuruh Allah yang mengurus segala pekeerjaan yang diperintahkan oleh-Nya, tanpa pernah membantah sedikitpun.

Mempercyai kitab-kitab Allah, adalah bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitab kepada beberapa utusan-Nya untuk memperbaiki kehidupan duniawi, menuntun manusia kepada agama yang benar, sebagaimana dalam firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2] : 4

(39)

ْﻢُﻫ ِةَﺮِﺧﻵﺎِﺑَو َﻚِﻠْﺒَـﻗ ْﻦِﻣ َلِﺰْﻧُأ ﺎَﻣَو َﻚْﻴَﻟِإ َلِﺰْﻧُأ ﺎَِﲟ َنﻮُﻨِﻣْﺆُـﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو َنﻮُﻨِﻗﻮُﻳ

﴿ ٤

Terjemahnya:

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

(Kemenag R.I. 2012 : 2)

Hadits Rasulullah SAW. yang berbunyi:

َﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا َلﻮُﺳَر ﱠنَأ َةﺮْﻳَﺮُﻫ ْ ِﰊَأ ْﻦَﻋ ْﻦِﻣ ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا َﻦِﻣ ﺎَﻣ َﻞ

ْيِﺬﱠﻟا َنﺎَﻛ ﺎََﳕِاَو ُﺮَﺸَﺒْﻟا ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻦَﻣآ ُﻪُﻠْـﺜِﻣ ﺎَﻣ ِتﺎَﻳﻵْا ْﻦِﻣ َﻲِﻄﻋُأ ْﺪَﻗ ﱠﻻِأ ﱟِﱯَﻧ ﻩاور) ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟا َمْﻮَـﻳﺎَﻌِﺑﺎَﺗ ْﻢُﻫ َﺮَـﺜْﻛَأ َنْﻮُﻛَا ْنَأْﻮُﺟْرَﺄَﻓ ﱠَﱄِا ُﻪﱠﻠﻟا ﻰَﺣْوَأﺎًﻴْﺣَو ُﺖْﻴِﺗْوُأ ﻢﻠﺴﻣ (

Artinya:

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “tidaklah ada seorang Nabi melainkan ia telah diberi ayat- ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang dengan itu manusia menjadi beriman, dan sesungguhnya apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah, maka aku berharap agar pengikutku peling banyak diantara Nabi-Nabi yang lain pada hari kiamat.” (H.R. Muslim)

Adapun kitab-kitab tersebut secara perinciannya menurut A. Munir, dkk. sebagai berikut:

1) 60 shuhuf diturunkan kepada Nabi Tsits (Sis) as.

2) 30 shuhuf diturunkan kepada Nabi Ibrahim as.

3) Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as.

4) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as.

5) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as.

6) Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

(40)

Percaya kepada Nabi dan Rasul adalah bahwa Allah SWT. yang maha bijaksana telah mengutus beberapa Nabi dan Rasul untuk menuntun manusia ke jalan yang lurus. Nabi dan Rasul pada hakikatnya sama seperti manusia juga. Mereka makan, minum, beristri, beranak, berniaga, dan sebagainya. Bedanya mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah yang menerima wahyu dari Allah SWT.

Hari akhir (Qiamat) adalah hari paling akhir yang akan menutup usia di dunia. Pada saat kiamat semua makhluk Allah akan binasa, kemudian manusia akan dibangkitkan kembali untuk diperiksa amal masing-masing yang baik maupun yang buruk, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:

ْﻦَﻋ ٍﺪْﻌَﺳ ِﻦْﺑ ِﻞْﻬَﺳ ُسﺎﱠﻨﻟا ُﺮَﺸُْﳛ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﱠﻞَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ

.ٍﺪَﺣَِﻷ ٌﻢَﻠَﻋﺎَﻬْـﻴِﻓ َﺲْﻴَﻟ ﱢﻲِﻘﱠﻨﻟا ِﺔَﺻْﺮُﻘَﻛ َءاَﺮْﻔَﻋ َءﺎَﻀْﻴَـﺑ ٍضْرَأ َﻞَﻋ ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺎَﻣْﻮَـﻳ (ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور)

Artinya:

Diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’d r.a., dia berkata: Rasulullah Saw.

bersabda: “Pada hari kiamat kelak manusia akan dikumpulkan di Bumi yang sangat putih berbentuk bulat pipih dan datar tanpa ada tanda bagi siapapun di atasnya.” (H.R. Muslim)

Tanda-tanda dekatnya hari kiamat menurut A. Munir, dkk. yaitu:

1) Matahari terbit dan muncul dari arah barat.

2) Adanya binatang-binatang ajaib yang muncul, binatang itu bapat berbicara sebagaimana firman Allah dalam An-Nahl 82.

3) Keluarnya Dajjal.

4) Keluarnya Ya’juj Ma’juj.

5) Keluarnya Imam Mahdi.

6) Turunnya Nabi Isa as.

7) Rusaknya Ka’bah (baitullah).

(41)

8) Lenyapnya Al-Qur’an dari hati.

9) Seluruh manusia di dunia menjadi kafir semua.

Percaya kepada Qadha’ dan Qadhar adalah bahwa segala yang telah terjadi, dan yang akan terjadi, semua telah ditentukan oleh Allah SWT. baik maupun buruk. Adapun arti Qadha’ adalah penetapan hukum atau pemutusan dan penghakiman sesuatu. Sedangkan Qadhar adalah kadar dan ukuran tertentu.

2. Syariah.

Menurut para ulama-ulama Islam dalam bukunya Drs. kaelany HD M.A. (2000 : 9) mengatakan bahwa syari’ah ialah apa (hukum-hukum) yang diadakan oleh Tuhan untuk hamba-hamba-Nya, yang dibawa oleh salah seorang nabi-Nya s.a.w., baik hukum-hukum tersebut berhubungan dengan cara mengadakan perbuatan yaitu yang disebut sebagai “hukum- hukum cabang dan amalan”, dan untuknya maka dihimpunlah ilmu fikih;

atau berhubungan dengan cara mengadakan kepercayaan (i’tikad), yaitu yang disebut sebagai “hukum-hukum pokok” dan kepercayaan, dan untuknya maka dihimpunlah ilmu kalam. Syariat (syara) disebut juga

“Agama”.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap syari,ah Islam yang luas dan global, ulama membagi syari’ah itu dalam dua segi mendasar, yaitu:

1. Segi amalan sebagai sarana bagi orang-orang muslim mendekatkan diri kepada Tuhannya (hablun minallah) disebut ibadah.

(42)

2. Segi amal usaha dalam menjalin hubungan sesama manusia (hablun minannas) dan hubungannya dengan lingkungan, alam semesta disebut muamalah.

Masalah ibadah yang dimaksud di sini adalah pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam arkam al-Islam (rukun Islam), seperti: shalat, zakat, puasa, haji, dan hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah tersebut, seperti thaharah (bersuci), adzan iqomat, dan sebagainya. Sedangkan syahadatain (dua kalimat syahadat) merupakan rukun islam yang pertama menuju gerbang Islam, sebagaimana dalam sabda Rasulullah S.A.W. yang berbunyi :

َﻮُـﻳ ْنأ َﻞَﻋ ُمَﻼْﺳِﻷْا َِﲏُﺑ َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻞَﺻ ﱢِﱯّﻨﻟا ْﻦَﻋ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ َْﳊاَو َنﺎَﻀَﻣَر ِمﺎَﻴِﺻَو ِةﺎَﻛ ﱠﺰﻟا ِءﺎَﺗِأَو ِةﻼﱠﺼﻟا ِمﺎَﻗِأَو ُﷲا َﺪﱠﺣ ﱡﺞَْﳊا ٌﻞُﺟَر َلﺎَﻘَـﻓ ﱢﺞ

ﻩاور) َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﱠﻰﻠَﺻ ِﷲا ِلْﻮُﺳَﺮْـﻨِﻣ ُﻪُﺘْﻌَِﲰاَﺬَﻜَﻫ ﱡﺞَْﳊاَو َنﺎَﻀَﻣَر ُمﺎَﻴِﺳَو (ﻢﻠﺴﻣ

Artinya :

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar, dari Nabi bersabda : “Islam didirikan atas lima rukun, 1) Mengesakan Allah (tauhidullah), 2) mendirikan sholat, 3) menunaikan zakat, 4) puasa Ramadhan, 5) Haji.”

Seseorang berkata : “haji dan puasa Ramadhan? “ beliau menjawab:

“tidak, puasa Ramadhan dan haji.” Seperti itulah yang saya dengar dari Rasulullah. (H.R. Muslim)

3. Akhlak

Menurut Ibnu Maskawi dalam Aminuddin, Dkk (2002:152) mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

(43)

mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan. Senada dengan ungkapan Imam al-Ghazali yang mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tentanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Pendapat yang senada pula yang dikemukakan oleh Prof. Dr.

Ahmad Amin dalam Aminuddin (2002:1992) bahwa yang disebut akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya, bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Menurut Aminuddin, Dkk (2002153) membagi akhlak kedalam dua bagian yakni sebagai berikut:

1. Akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, sepeti sabar, ikhlas, bersyukur, tawadlu, suka bekerja keras dan lain-lain.

2. Akhlak yang tercela yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah yang berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabbut (sombong) su-‘udzdzon (berprasangka buruk), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah survey (Penelitian lapangan). Sedangkan jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif . Dalam hal ini peneliti berusaha memberi penjelasan tentang prilaku sosial beragama komunitas Ammatoa dan pemahamannya terhadap ajaran agama Islam di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

Menurut Hamid Darmadi, (2011: 17) mengatakan bahwa :

Penelitian kualitatif bergerak dari isu, tidak menguji teori, tetapi menemukan teori, menggunakan data situs, adanya Key informan, responden boleh satu orang, menggunakan narasi, bagang dan matrik untuk menyajikan data, menggunakan istilah kredibilitas dan dependabilitas serta bersifat siklus atau berulang-ulang.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Adapun yang menjadi objek penelitian yaitu Komunitas Ammatoa di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih di dasarkan pada Prilaku sosial beragama (lapangan). Prilaku sosial beragama biasanya adalah bagaimana sifat atau kebiasaan seseorang yang dilakukan berbentuk tindakan maupun ucapan dalam sehari-hari

33

(45)

atau tingkah laku beragama yang terjadi dalam masyarakat serta bagaimana pemahamanya terhadap ajaran agama Islam. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang prilaku sosial beragama komunitas Ammatoa dan pemahamannya terhadap ajaran agama Islam.

Menurut Sugiyono (2014:34) fokus juga bisa diartikan sebagai domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial.

Pembatasan masalah dan topik dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi dan feasibility masalah yang akan dipecahkan, selain juga faktor keterbatasan tenaga, dana dan waktu.

suatu masalah di katakan penting apabila masalah tersebut tidak dipecahkan melalui penelitian akan semakin menimbulkan masalah baru.

Penelitian ini difokuskan pada prilaku sosial beragama komunitas Ammatoa dan pemahamannya terhadap ajaran agama Islam di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian dimaksud untuk membatasi ruang lingkup yang telah diteliti agar tidak terjadi salah penafsiran dalam peneliti dan untuk pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan

(46)

serta pengembangan instrument. Adapun deskrifsi fokus penelitian sebagai berikut :

1 Prilaku Sosial Beragama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sifat atau kebiasaan seseorang yang dilakukan dalam berbentuk tindakan maupun ucapan yang dilakukan sehari-hari atau tingkah laku beragama yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

2 Pemahamanya terhadap ajaran agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini bagaimana memahami ajaran agama Islam dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan ilmu yang mereka peroleh tentang ajaran agama Islam.

Subfokus pada deskripsi fokus tersebut dapat dilihat berdasarkan perspektif :

1 Prilaku sosial beragama komunitas Ammatoa

2 Bagaimana pemahamannya terhadap ajaran agama Islam yang implikasikan langsung dalam hidup beragama.

E. Sampel Sumber Data

Menurut Sugiono (2014:292) dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih secara porpuse dan bersifat snowball sampling.

Penentuan sampel sumber data, pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah penelitian di lapangan. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang

(47)

memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau objek yang diteliti, sehingga mampu “membuka pintu” kemana saja peneliti akan melakukan pegumpulan data.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian.

Perlunya sumber data yang akan memberikan informasi diantaranya yaitu 1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan komunitas Ammatoa yang ada di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan tentang Prilaku Sosial Beragama dan Pemahannya terhadap Ajaran Agama Islam yang selanjutnya akan dikembangkan dalam bentuk pernyataan atau pertayaan.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi didapatkan dari data atau arsip dari kantor Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam penelitian, karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan instrument penelitian harus relevan dengan masalah dan

(48)

aspek-aspek yang akan diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pedoman Observasi

Bungin (2013: 142). Yang dimaksud dengan pedoman obsevasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan pencaindra lainnya

b. Pedoman Wawancara

Menurut Sugiono (2014: 137) pedoman wawancara merupakan sebagai teknik pegumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti melakukan hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil

c. Pedoman Dokumentasi

Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Cet.4 (2003: 73).

Teknik pengumpulan data dengan pedoman dokumentasi ialah pengambilan data dengan dokumen-dokumen. Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari dokumen

(49)

cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak, maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.

G. Teknik Pegumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis/peneliti mengunakan beberapa teknik dan metode dalam memperoleh data dari responden diantaranya :

1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data diantaranya:

a. Observasi, dengan melakukan observasi secarah langsung pada objek yang diobservasi yaitu dengan mengamati secarah langsung keadan lapangan yang akan di jadikan tempat penelitian dan berkomunikasi langsung dengan sumber informasi tentang objek penelitian tersebut.

b. Wawancara/Interview, yaitu dengan melakukan wawancara langsung terhadap subjek yang menjadi objek yang akan diteliti dalam mengetahui prilaku sosial beragama dan pemahamannya terhadap ajaran agama Islam.

c. Dokumentasi, yaitu dengan mengambil data-data yang ada di lapangan tersebut secara langsung, dengan jalan dicatat atau di minta pada kantor Kecamatan tersebut sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan

2. Dalam penelitian ini juga menggunakan metode pengumpulan data yaitu :

(50)

Penelitian lapangan (Field Research), yaitu dengan mengumpulakan data-data dengan jalan meneliti langsung di lokasi penelitian dengan mengamati secara langsung.

H. Teknik Analisi Data

Setelah melakukan pengumpulan data, langkah dari strategi penelitian ini adalah penggunaan analisis data yang tepat dan relevan dengan pokok permasalahan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Aktivitas dalam analisis data meliputi:

1. Reduksi data (data reduction) yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya karena reduksi ini memberikan gambaran yang lebih jelas.

2. Penyajian data (data display) dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya, tetapi yang sering dipakai adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data ini memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.

3. Verification atau penarikan kesimpulan, teknik ini merupakan rangkaian analisis data puncak, dan kesimpulan membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu ada

(51)

baiknya suatu kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk ditarik sebuah kesimpulan.

(52)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis 1. Kondisi Pisik

Kajang merupakan suatu Kecamatan yang memiliki luas wilayah 129,06 km” terpilah ke dalam dua kelurahan yakni kelurahan Tana Jaya yang juga sebagai ibukota kecamatan dan kelurahan Laikang, serta tujuh belas desa (Bonto Biraeng, Bonto Rannu, Lembang, Lembang Lohe, Possi Tana, Lembanna, Tambangan, Sangkala, Bonto Baji, Pattiroang, Sapanang, Batu Nilamung, Tana Toa, Maleleng, Mattoanging, Lolisang dan Pantama).

Kecamatan Kajang disebut Bulukumba timur oleh masyarakat Kajang dan Herlang, lantaran letaknya berada diujung sebelah timur Kabupaten Bulukumba dengan batas wilayah:

1. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulukumpa 2. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai 3. Di sebelah Timur dibatasi oleh Teluk Bone

4. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Herlang.

Luas wilayah per desa/kelurahan di Kecamatan Kajang tersaji pada tabel berikut :

Tabel 1. Luas Wilayah per Desa / Kelurahan Dalam Lingkup Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

No Desa/Kelurahan Luas wilayah(Km2)

(53)

1. Batu Nilamung 4,20

2. Bonto Baji 8,50

3. Bonto Biraeng 7,55

4 Bonto Rannu 7,00

5. Laikang 7,00

6. Lembang 9,00

7. Lembang Lohe 5,00

8. Lembanna 4,73

9. Lolisang 4,00

10. Maleleng 11,10

11. Mattoanging 4,05

12. Pantama 4,00

13. Pattiroang 8,18

14 Possi Tanah 4,20

15. Sangkala 7,20

16. Sapanang 8,80

17. Tambangan 13,00

18. Tana Toa 5,25

19. Tanah Jaya 6,30

J U M L A H 129,06

Sumber : Kantor Kecamatan Kajang Angka 2012

Secara geografis dan administratif, masyarakat adat kajang terbagi atas Kajang Luar dan Kajang Dalam (komunitas Ammatoa). Masyarakat Komunitas Ammatoa tersebar dibeberapa desa, antara lain Desa Tana Toa, Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batunilamung, Mattoanging dan sebagian wilayah Desa Tambangan. (Jama, 2016)

Desa Tana Toa merupakan tempat bermukim Ammatoa yang memiliki luas wilayah 5,25 kilometer persegi. Letak geografis Desa Tana Toa antara 5020’ LS dan 120022’ BT. Desa Tana Toa merupakan salah satu dari sembilan belas desa di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.

(54)

desa Tanah Towa pada tahun 2012, jumlah penduduk secara keseluruhan meliputi kawasan Ilalang Embaya maupun Ipantarang Embaya adalah sebanyak 4.073 jiwa, terdiri atas laki-laki 1.904 jiwa dan perempuan berjumlah 2.169 jiwa. Jumlah penduduk itu tersebar ke dalam 9 dusun, yaitu Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun Pangi, Dusun Tombolo, Dusun Lurayya, Dusun Balambina, Dusun Jannaya dan Dusun Balagana. Dari jumlah penduduk 4.073 jiwa itu, dimana tujuh dusun yang termasuk kawasan Ilalang Embaya mempunyai penduduk sebanyak 3.208 jiwa, sedangkan penduduk Ipantarang Embaya sebanyak 865 jiwa.

Dusun Jannaya dan Dusun Balagana merupakan dusun peralihan (dusun calabai/waria) karena selain menganut tata nilai yang bersumber dari ajaran pasang, juga menganut tata nilai yang tidak bersumber dari ajaran pasang. Dusun ini terletak di wilayah Ipantarang Embaya, yaitu wilayah di luar kawasan Ammatoa. Sedangkan 6 dusun lainnya masuk dalam kawasan Ilalang Embaya, yaitu di dalam kawasan pemukiman Ammatoa.

Sesuai letaknya yang terletak nyaris di tengah-tengah, Desa Tana Toa dikelilingi oleh desa-desa yang masih berada dalam wilayah Kecamatan Kajang yakni:

Bagian utara berbatasan dengan Desa Batunilamung.

Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Bontobaji.

Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pattiroang.

Gambar

Tabel 1.  Luas  Wilayah  per  Desa  /  Kelurahan  Dalam  Lingkup Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi ketika praktek gini kan saya mungkin karena kelas-3 itu dari kelas-2 saya kan ndak bisa apal langsung kan Pak Y***n.. Lha ini, saya foto langsung anak satu

Namun, Kenampakan geothermal berupa air panas yang ada di sekitar Candi Songgoriti dapat dimanfaatkan dengan lebih kreatif lagi, karena potensi air panas

Salah satu gejala penyakit yang juga terlihat pada kebun yang terserang adalah penyakit busuk hitam pada batang dengan ukuran dan posisi busuk hitam pada batang

Hasil analisa kondisi eksisting menunjukkan bahwa: pewadahan sampah yang digunakan masyarakat wadah seadanya, pengumpulan sampah belum efisien dari segi waktu,

Pola penghambatan komponen bioaktif EMM juga akan dibandingkan dengan fraksi D dari ekstrak etil asetat yang telah diperoleh dari hasil penelitian

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Petani Apel (Studi Pada Petani Apel Di Desa Tutur Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan)” disusun

Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan usaha komoditi kemiri lokal di Kampung

Kartun Benny dan Mice hadir sebagai media hiburan sekaligus media kritik sosial terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perkotaan..