HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data
6. Bentuk tindak tutur direktif
Tindak tututr direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang dimaksud dalam ujaran tersebut adalah menyuruh, memohon, menuntut,
menyarankan, dan menentang. Untuk lebih jelas tindak tutur direktif dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
Data 07
“Mudah-mudahan di pulaumu kena sunami amin dan ditenggelamkan. Annasundala kau pulau karanrang”
Pada data tersebut di ketahui bahwa Pengguna Facebook atas nama RW dalam komentarnya di kolom komentar facebook menggunakan perilaku tutur direktif, dalam komentarnya di facebook, Rw mendoakan Pulau Sunami dan tenggelam dalam bentuk perilaku tutur tersebut, dan pengguna Facebook atas nama Rw mengungkapkan ujaran kebencian kepada penduduk pulau dan Berdoa agar hal-hal buruk terjadi di pulau itu. Pengguna Facebook atas nama RW mengutuk kata "sundala" jika diartikan sebagai orang tanpa orang tua atau anak haram, anak hamil luar nikah dalam kasus tersebut pengguna facebook bisa saja dilaporkan ke kantor polisi atas ujaran kebencian dan mendapatkan hukuman dengan pelanggaran UU ITE tentang penghinaan/penistaan. Dan KUHP BAB 16.
Data 08
“BTS tuhan kita semua, jimin nabi army, suga rasul armi, album dynamite kitab suci armi army utusan tuhan BTS tiada tuhan selain BTS haters nggak boleh masuk. Semua agama sesatr kecuali agama BTS yang paling mulia. Islam agama anjing, Kristen babi pengentot doma, budhha palkon, hindu penyembah binatang”
Dari data 08 tersebut, terlihat bahwa pengguna WhatsApp telah melakukan fitnah terhadap agama. Mengatakan BTS adalah Tuhan. BTS adalah tuhan seluruh umat manusia. Jelas, pengguna whatsApp
melanggar UU ITE NO. 11 tahun di tahun 2008. Pengguna WhatsApp juga mengatakan bahwa Islam adalah agama anjing, Kristen, babi mengisap domba, Hindu menyembah hewan, jika secara implisit menjelaskan bahwa Tuhan adalah hewan yang jahat. Menurut Pasal 27 ayat (3) UU ITE, tindak pidana pencemaran nama baik atau penistaan agama defamasi jika dilihat dari teksnya maka memiliki kriteria atau unsur-unsur sebagai berikut. Mendistribusikan/mengirim informasi. Distribusi mengacu pada distribusi elektronik (distribusi bersama) ke beberapa orang atau beberapa tempat. Ini adalah tindakan fitnah oleh media.
Berisi hinaan, hujatan/fitnah. Penghinaan atau penodaan agama adalah sejenis perilaku menghina, yang artinya merendahkan (tercela/tidak penting) atau menghujat, meremehkan nama baik orang dan nama baik agama, menghina orang atau agama (misalnya, mengutuk, menghina/ menurunkan derajat) KBBI 2008:499).
Pada bagian kedua ini akan dijelaskan mengenai data temuan dari berbagai wujud peristiwa tutur atau biasa di singkat dengan kata (speaking) di media sosial. Baik di Instagram, twitter, facebook, dan
whtsApp. Adapun temuan serta analisis data dari peristiwa tutur di
Data 01 SPEKAING
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media
Participants (partisipan) Penutur di sosial media
Ends (tujuan) Postingan pencemaran nama baik
Act sequence (bentuk da nisi ujaran)
Ujaran fitnah
Key (kunci) Ekspresif dengan menyinggung
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Cacian
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media
Participants (partisipan) Penutur di sosial media
Ends (tujuan) Postingan penghinaan
Act sequence (bentuk da nisi ujaran) Ujaran pencemaran nama baik
Key (kunci) Ekspresif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Penghinaan
Data 03 SPEAKING
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) ujaran penghinaan
Act sequence (bentuk da nisi ujaran) Ujaran penghinaan
Key (kunci) Ekspresif dan deklaratif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Penghinaan dan cacian
Data 04 SPEAKING
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) Ujaran penghinaan
Act sequence (bentuk da nisi ujaran) Ujaran penghinaan
Key (kunci) Deklaratif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Cacian
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) postingan penghinaan
Act sequence (bentuk da nisi ujaran)
Ujaran penghinaan
Key (kunci) Pencemaran nama baik
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Bentuk hinaan
Data 06 SPEAKING
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) Pencemaran nama baik
Act sequence (bentuk da nisi ujaran)
Ujaran kebohongan
Key (kunci) Deklaratif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
DATA 007 (SPEAKING)
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) Do’a buruk
Act sequence (bentuk da nisi ujaran)
Bahasa umpatan
Key (kunci) Deklaratif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Menyumpai Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Umpatan keburukan
Setting and scene (waktu dan tempat serta suasana)
sosial media Participants (partisipan) Penutur
Ends (tujuan) Penistaan agama
Act sequence (bentuk da nisi ujaran)
Ujaran penistaan
Key (kunci) Deklaratif
Instrumentalitas (ragam bahasa) Tertulis Norms (norma dan aturan
berinteraksi)
Interpretasi Genres (jenis dan bentuk
penyampaian)
Perncemaran nama baik agama
B. Pembahasan
Berdasarkan pada hasil analisis data serta temuan di atas sehingga dapat dibahas jika di dalam media sosial banyak sekali permasalahan defamasi yang terjadi. baik yang dilakukan dengan terencana maupun tidak terencana semua itu sebab kebebasan pemakaian media sosial di Indonesia. Pencemaran nama baik di media sosial dapat dilakukan oleh seluruh kelangan baik golongan pemerintahan, petani, dokter, pelajar, santri, guru, dosen serta lain- lain. Baik itu di bawah umur, orang tua ataupun anak muda. Dengan perkara inilah yang jadi permasalahan sehingga muncul undang-undang ITE Nomor. 11 tahun 2008 serta KUHP tentang penghinaan. untuk melindungi orang yang merasa nama baiknya sudah di cemarkan.
Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data orang yang melakukan aksi defamasi di media sosial dengan mencermati tindak tutur ilokusi menurut Searle serta peristiwa tutur dengan menggunakan kajian linguistik forensik.
Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) membuat klasifikasi dasar tuturan yang membuat tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu representatif (asertif); direktif (impositif); ekspresif; komisif; dan deklarasi.
1. Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur ini berfungsi untuk menyatakan sesuatu agar dapat dinilai benar atau tidaknya. Misalnya menyatakan, melaporkan, menunjukkan dan menyebutkan.
2. Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang bertujuan menciptakan dampak berbentuk aksi yang dicoba oleh pendengar misalnya: memesan, memerintah, meminta, menuntut, menasehatkan, memohon, melarang, membolehkan, menanyakan, serta mengancam.
3. Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif merupakan tindak ilokusi yang memiliki guna buat mengekspresikan, mengatakan, ataupun memberitahukan perilaku psikologis si pembicara jadi sesuatu statment kondisi yang diperkirakan oleh ilokusi. semacam: mengucapkan terima kasih, memohon maaf, mengharapkan, merasa turut simpati, penerimaan serta sebagainya.
4. Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur ini berperan buat melaporkan suatu yang menampilkan kalau penutur sedikit banyak terpaut pada sesuatu
aksi pada masa depan. Misalnya, berjanji, bersumpah, serta mengecam.
5. Tindak tutur deklarasi
Tindak tutur ini berperan buat melaporkan suatu yang menampilkan kekecewaan, tidak suka, serta rasa bahagia. Misalnya, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, berikan maaf. Tindak ilokusi memiliki beranekaragam guna dalam kehidupan sehari- sehari. Bersumber pada gimana hubungannya dengan tujuan sosial, hingga fungsi- fungsi ilokusi bisa diklasifikasikan dalam 4 tipe.
Peneliti menemukan beberapa permasalahan defamasi di media sosial. baik itu, Pencemaran nama baik, fitna, penghinaan ataupun penistaan. untuk mengenali apakah postingan tersebut yang berasal di media sosial ialah aksi defamasi hingga peneliti memakai teori tindak tutur ilokusi menurut Searle ialah direktif, ekspresif refresentatif, komisif serta deklaratif serta tindak tutur untuk mengkajinnya di tinjau dari perfektif linguistik forensik. Teori tindak tutur ilokusi menurut Searle dapat kita lihat dari beberapa postingan warga net di media sosial baik itu Instagram, twitter, whasapp dan facebook. tindak tutur ilokusi direktif, ekspresif refresentatif, komisif dan deklaratif dijabarkan sebagai berikut. 1. Tindak tutur ilokusi pencemaran nama baik dimedia sosial menurut
teori Searle yang terbagi atas lima yaitu direktif, ekspresif refresentatif, komisif dan deklaratif
a. Bentuk tindak tutur ekspresif
Bentuk tindak tutur ekspresif ini disebut juga dengan tindak tutur evaluative. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Data pertama termsuk tindak tutur eksperesif yaitu bentuk kritikan kepada bapak Prabowo kutipan tersebut jelas bahwa pengguna twitter atas nama EK mengekspresikan ujaran kebencian ataupun pencemaran nama baik kepada bapak Prabowo, yang pertama adalah tentang prestasi keponankannya karakter yang diumpamakan semacam binatang dan juga orang jahat, tidak berkepribadian, yang mempunyai arti implisit orang yang kandas dalam mendidik keponakan-keponakannya. yang Kedua adalah, kalimat yang menandai untung bukan presiden atas nama EK menguntungkan serta mengucapkan kesyukuran sebab bapak Prabowo bukan Presiden bila bapak Prabowo Presiden hingga hendak bagaiamana nanti kelakuan keponakan- keponakannya itu. Perihal tersebut mendeklarasikan jika penghinaan kepada bapak Prabowo terhadap keponakan-keponakannya mengartikan karakter dari keponakannya serta cerminan seperti apa bapak Prabowo gagal dalam mendidiik serta mengarahkan sesuatu hal baik kepada keponakannya.
Hal ini tergolong dalam kasus defamasi ataupun pencemaran nama baik. Tertuang dalam KUHP menghina/ menista/ merendah berarti merendahkan ataupun memandang rendah (hina/tidak berarti), memburukkan nama baik orang menyinggung nama baik (semacam
memaki- maki, menistakana, serta merendahkan derajat) (KBBI, 2008: 507) bagi Soesilo (dalam endang 2018: 86) menghina merupakan melanda kehormatan serta nama baik seorang.
Bentuk tindak tutur ekspresif juga terdapat pada data kedua. Tindak tutur ekspresif merupakan bentuk tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat. data kedua termasuk dalam bentuk tindak tutur ilokusi ekspresif yaitu mengkritik bapak Prabowo data tersebut hampir sama persis dengan data kosong 01 pengguna twitter atas nama EK menggunanakan tindak tutur ekspresif ialah mengekspresikan ujaran kebencian, menyalahkan serta mengkritik. Ek mengkritik ataupun mencemarkan nama baik mantan calon presiden bapak Prabowo. yang pertama adalah tentang karakter bapak Prabowo yang tidak baik kepada orang- orang di dekatnya. Bila diamati dari UU ITE hingga postingan EK tercantum kedalam UU ITE no 11 tahun 2008 yang di perbaharui dalam UU RI Nomor. 19 Tn. 2016 pasal 27 ialah tentang pencemaran nama baik.
Selanjutnya data 03 juga menujukkan bentuk tindak tutur ekspresif. Berikut kalimat yang menunjukan bentuk tindak tutur ekspresif Data ketiga jelas sekali kalau pengguna facebook atas nama Ii mengespresikan ujaran kebencian kepada orang pulau. Dari ujaran di atas tercantum tindak tutur ekspresif serta deklaratif. yang pertama adalah, tindak tutur ekspresif pengguna facebook atas nama Ii memakai tindak tutur ekspresif berbentuk proposisi menyalahkan tentang kejahatan yang dilakukan orang pulau karanrang dengan mengespresikan kalau pulau
kampungan serta tidak beretika. Dalam KBBI kampungan dimaksud selaku terbelakang tidak moderen tidak mengetahui sopan santun, tidak terdidik serta kurang ajar sebaliknya tidak beretika merupakan tidak tau apa yang baik dan apa yang kurang baik tidak berakhlak. (KBBI Online). pengguna facebook atas nama Ii menggunanakan tindak tutur deklaratif menggolongkan. Pengguna facebook atas nama Ii menggolongkan serta menyama ratakan kalau seluruh orang pulau tidak berpendidikan serta tidak beretika dan tidak bermoral. Mengguna facebook atas nama Ii sudah melanggar KUHP pasal 310, 311, serta 315 ialah: Pertama menyerang kehormatan/nama baik Kehormatan berarti harga diri (KBBI, 2008: 501) Soesilo (dalam Endang, 2018: 86) menerangkan jika orang yang diserang ini umumnya merasa malu, kehormatan yang diserang biasanya akan membuat hatga diri jatuh atau kehormatan tentang nama baik. Kedua. Menuduhkan sesuatu. Menuduhkan berarti aksi menunjuk serta mengatakn kalau seorang berbuat kurang baik ataupun melanggar hukum (KBBI 2008: 149)
Data ke empat juga menunjukan bentuk tindak tutur ekspresif yaitu memuji. Data keempat di atas termasuk ke dalam bentuk tindak tutur ekspresif yaitu memuji atau menyanjung seorang kyia yang lebih cantik ketika menggunakan jilbab. Jika dilihat dari konteks postingan tersebut maka postingan ini masuk dalam pencemaran nama baik atau penghinaan. dapat diketahui kalau pengguna twitter atas nama UM mengespresikan ujaran penghinaan kepada seorang Ust. Yang nampak digambar kemudian membagikan caption “iya tambah menawan pake
hijab seperti kyai nya banser ini ya….” Pengguna twitter atas nama UM telah melakukan penghinaan dengan berkata dia tanpak menawan memakai hijab sebaliknya oarng yang di iktikad jelas tidak cantik sebab dia merupakan seseorang pria. Menurut KBBI penghinaan merupakan proses trik perbuatan menghinakan ataupun menistakan ataupun merendahkan orang lain. Pengguna twitter tersebut sudah melanggar KUHP pasal 310, 311 serta 315 bersumber pada KUHP ayat 310, 311, serta 315 tersebut tindak pidana defames (pencemaran nama baik; fitnah penghinaan/ penistaan) dilihat dari teksnya mempunyai kriteria serta faktor selaku berikut: Dikenal universal. Universal berarti orang banyak khalayak ramai, serta tersiar kemana-mana (KBBI, 2008: 1526). Tulisan ataupun cerminan Tulisan ataupun cerminan yang ditayangkan/ ditempel di tempat universal
b. Bentuk tindak tutur deklaratif
Bentuk tindak tutur deklaratif merupakan bentuk tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainnya) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati. Yang termasuk kedalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan dengan maksud memberi kesan memutuskan membatalkan melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengkangkat, memaafkan. Data kelimat pengguna facebook atas nama MR mengespresikan ujaran kebencian kepada orang pulau. Tindak tutur yang digunakan oleh pengguna facebook tersebut ialah tindak tutur deklaratif yaitu menggolongkan atau menyatakan seluruh orang pulau kampungan serta
orang desa ataupun orang kampong. Pengguna facebook atas nama MR sudah menuduhkan suatu perihal kepada orang pulau. Menuduh berarti aksi menunjuk serta mengatai seorang dengan menunjuk dan di ketahui secara universal ataupun khalayak banyak di media sosial. Universal berarti banyak orang, khalayak ramai dan tersebar kemana- mana (KBBI 2008: 1565).
c. Bentuk tindak tutur refresentatiff
Khabib Sholeh (2011) mengartikan tindak tutur refresentatif sebagai tindak tutur asertif Searl (dalam Mahyudin 2020:22) mengatakan bahwa tindak tutur referesentatif adalah tindak tutur Yang bertanggung jawab kepada penutur kepada keaslian dari tuturan yang dituturkan tindak tutur refresentatif termasuk sebagai jenis tuturan yang digunakan untuk menerangkan suatu hal berupa fakta pernyataan, penegasan yang diyakini oleh penutur.
Data keenam tersebut temasuk dalam tindak tutur refresentatif karena adanya sikap menyatakan bahwa dia dengan sangat jelas menyebutkan budimandjatmiko adalah pembohong publik jika dilihat dari kaca mata hukum maka postingan tersebut ini termasuk pencemaran nama baik karena membuat orang yang dituduhnya itu meraa malu dan mencoreng harga diri. data 06 data di atas dapat dipahami jika pengguna twitter atas nama Mr. mendeskripsikan ujaran kebencian serta pencemaran nama baik kepada seseorang politikus. Mr berkata bapak Budimandjat miko melakukan penipuan serta pengkhianatan. masalah tersebut memiliki makna atau arti implisit kerap berbohong serta orang
yang tidak setia kepada negeri dan orang lain. Dalam UU ITE Nomor. 11 tahun 2008 yang di perbaharui dalam UU RI Nomor. 19 Th. 2016 yang di atur dalam KUHP atas ujaran kebencian ataupun pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pengguna twitter telah melanggar pasal 310 ayat (1) barang siapa berencana menyerang kehormatan ataupun nama baik seorang dengan menuduhkan suatu perihal, yang artinya agar masalah itu dikenal universal, diancam sebab pencemaran dengan pidana penjara sangat lama 9 bulan ataupun pidana denda sangat banyak 4 ribu 5 ratus rupiah. dan ayat (2) jika masalah itu dilakukan dengan tulisan ataupun gambar yang ditayangkan, dipertunjukkan ataupun ditempelkan di muka umum, hingga diancam karena masalah pencemaran nama baik dengan pidana penjara sangat lama satu tahun 4 bulan ataupun pidana denda sangat banyak 4 ribu 5 ratus rupiah.
d. Bentuk tindak tutur direktif
Tindak tututr direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang dimaksud dalam ujaran tersebut adalah menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menentang. Pada data ketujuh tersebut di ketahui bahwa pengguna facebook atas nama RW menggunakan tindak tutur tutur direktif yaitu tindak tutur memohon dalam postinganya dia memohon atau berdo’a agar pulau sunami dan tenggelam dalam bentuk tindak tutur inilah pengguna Facebook atas nama RW mengespresikan ujaran kebencian kepada orang pulau serta berdo'a hal yang buruk atau terjadi peristiwa di pulau. pengguna facebook atas nama RW mengumpat dengan berkata
“sundala” di kolom komentarnya yang bila di maknai merupakan orang yang tidak mempunyai orang tua ataupun orang yang buruk dalam kasus ini pengguna facebook bisa saja dilaporkan ke kantor polisi atas ujaran kebencian dan mendapatkan hukuman dengan pelanggaran UU ITE tentang penhinaan/penistaan. Dan KUHP BAB 16.
Terakhir yaitu data kedelapan pengguna whatsapp diketahui mengespresikan penghinaan kepada agama. Dengan berkata kalau group BTS merupakan tuhan. BTS merupakan tuhan seluruh umat. masalah ini sangat jelas jika pengguna whatsap melanggar UU ITE Nomor. 11 TAHUN 2008. Pengguna whatsapp ini pula berkata islam agama anjing, Kristen babi pengentot domba, hindu penyembah fauna bila di artika secara implisit menggambarkan kalau tuhan merupakan seekor fauna yang kurang baik. Berdasarkam pasal 27 ayat( 3) UU ITE, tindak pidana pencemaran nama baik ataupun penistaan agama( defamasi) dilihat dari teksnya mempunyai kriteria/ unsur- unsur selaku berikut:
Mendisribusikan/ mentransmisikan data. Mendisribusikan berarti menyalurkan (membagi mengirimkan) kepada sebagian orang ataupun tempat Lewat elektronik. Perihal ini ialah media tindak pencemaran nama baik. Bermuatan penghinaan penistaan agama/ pencemaran nama baik. Penghinaan ataupun penistaan merupakan perbuatan menghina yang berarti merendahkan (hina/ tidak berarti) proses metode perbuatan menistakan, memburukkan nama baik orang serta nama baik agama, menyinggung perasaan oarng ataupun agama (semacam memaki-maki, menistakan/merendahkan derajat) (KBBI 2008: 499)
2. Peristiwa tutur dalam media sosial kasus pencemaran nama baik peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur. Dengan satu topik tuturan di dalam waktu, tempat dan situasi tertentu (Chaer dan Austina, 1995) interaksi yang sedang berlangsung antara seorang penjual dan pembeli di mall pada waktu tertentu dengan menggunakan Bahasa sebagai alat interaksi komunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa tututr semacam itu dapat juga kita jumpai pada prose pembelajaran, diskusi di kantor, sidang di pegadilang dan sebagainya.
bagaimana dengan obrolan di angkutan umum yang terjalin antara penumpang yang tidak saling kenal pada mulanya dengan topik yang tidak pasti tanpa tujuan dengan macam Bahasa yang berganti- ganti apakah bisa pula di anggap dengan peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik obrolan tersbut tidak bisa dikatakan peristiwa tutur sebab yang dibahas tidak menentu. Suatu obrolan baru bisa dikatakn sebuah peristiwa tutur apabila memenuhi syarat- syarat semacam yang dikatakan Dell Hymes (dalam Chaer dan Agustina 1995) kalau sesuatu kejadian tutur wajib penuhi 8 ketentuan komponen. Yang apabila huruf- hurup pertamnya dirangkaikan jadi akronim SPEAKING 8 komponen tersebut sebagai berikut.
S: setting and scene, P: participants, E: end, A: act sequences, I: instrumentalitas, N: norms, G: genres.
Setting and scene. Setting (waktu dan tempat serta situasi) berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi
Participants (partisipan) adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan).
Ends, (Tujuan) merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Maksud dan tujuan muncul dari para penuturnya sendiri
Act sequence, (bentuk dan isi ujaran) mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran
Key, (kunci) mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan
Instrumentalities, (ragam Bahasa) mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.
Norms (norma atau aturan berinteraksi) mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi
Genre, (jenis atau bentuk penyampaian) mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dll.
Data yang didapatkan dalam penelitian terkait peristiwa tutur di media sosial itu ada 8 data yang di dapatkan dari media sosial twitter, facebook dan whatsaap. Dari analisis data tersebut 1 hingga 8 di atas cocok dengan peristiwa tutur bersumber pada jenis peristiwa tutur SPEAKING,
kedelapan komponen peristiwa tutur, kesemuanya memiliki kesesuaian mulai dari Setting & camp; scene di ambil dari media sosial, participant merupakan petutur, end merupakan postingan penghinaan pencemaran nama baik, act sequence berupa ujaran kebencian serta umpatan ataupun do’ a keburukan, key ialah tindak tutur yang mengacu pada teori Searle.
PENUTUP
Pada BAB ini dipaparkan simpulan dan saran. Simpulan berupa jawaban padat dari apa yang inginkan pada rumusan masalah yang diteliti sedangkan saran berupah masukan penulis kepada pembaca yang dapat memberikan manfaat dan memanfaatkan hasil penelitian ini.
A. Simpulan
1. Tindak tutur ilokusi pencemaran nama baik di media sosial