• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Yang Relevan

2. Bidang Kajian Linguistik Forensik

Mcmenamin mendefiniskikan linguistik forensik sebagai studi ilmiah tentang bahasa yang digunakan untuk tujuan forensik dan pernyataan hukum. Menurut oisson, linguistik forensik adalah hubungan antara bahasa, kejahatan dan hukum termasuk , masalah hukum, peraturan perundang-undangan, perselisilahan,atau prosedur hukum dan bahkan yang melibatkan hukum yang bertujuan untuk memperoleh penyelesaian hukum.

Linguitik forensi teori linguistik pada peristiwa kebahasaan yang menyangkut prosedur hukum termasuk bentuk produk hukum

, interaksi yang menimbulkan akibat hukum tertentu. Dalam hal menurut coulthard dan jhonson teori linguistik terapan meliputi tata bahasa, teori percakapan, analisis wacana, linguistik kognitif, teori tindak tutur dan tehnik linguistik deskriptif seperti fonetik dan fonologi, leksikal sintaksis, semantic, pragmatic, wacana dan analisis teks

penelitianLinguistik forensik meliputi: 1) analisis pengguna bahasa dalam bidang hukum, 2) menyelidiki factor terdalam dalam penggunaan bahasa yang kemudian dapat di gunakan sebagai bukti dalam proses hukum, 3) memeriksa penggunaan bahasa oleh aparat penegak hukum. Dalam upaya mengungkapkan fakta di balik kasus, seperti wawancara yang melibatkan psikolog untuk mendeteksi perilaku orang yang wawancara investigasi yang melibatkan psikologi untuk mendeteksi atau ilmu penerjemahan. Non Indonesia (dalam bahasa asing atau bahasa daerah) perlu di catat bahwa analisis yang di ajukan liguistik forensik tidak mencapai dalam bidang psikilogis analisis tulisan tangan seseorang.

Selain itu analisis bahasa forensik tidak akan membuat keputusan bersalah atau tidak bersalah dalam proses persidangan, tetapi hanya menentukan status partispasi dan masing- masing peran pihak dalam kasus melibatkan penggunaan bahasa. 1) bahasa dokum hukum, 2) bahasa polisi dan lembaga penegak hukum, 3) wawancara dengan anak dan saksi rentan dalam system hukum, 4) interaksi pengadilan, 5) bukti linguistik dna ketrerangan

ahli di pengadilan, 6) penulis dan plagiarisme dan 7) pembicraan forensik. Selain ketujuh aspek tersebut , gibbons mengatakan bahwa linguistik forensik juga mengkaji tentang bahasa yang di gunakan dalam konteks peristiwa hukum, penyediaan bukti forensik linguistik berbasis pada kepakaraan dan penyediaan kepakaran linguitik dalam penyusunan dokumen legal serta upaya penyederhaan bahasa hukum.

Menurut topik penelitian yang telah dilakukan, bidang linguistik forensik secara garis besar Dapat dibagi menjadi tiga kelompok, seperti terlihat pada . Yang pertama adalahstudi bahasa dalam prosedur hukum. Hal ini dapat di ilustrasikan dengan penelitian bahasa. Penelitian dapat di lakukan untuk menentukan strategi penyidik polisi penelitian dapat di lakukan untuk strategi penyedik polisi menju kasus pidana. Selama persidangan di pengadilan penelitian dapat di lakukan untuk memahami bagaimana komunikasi dengan jaksa, hakim, pengacara, saksi dan terdakwa. (Shuy, 1993; Solan, 1993; Susanto, 2016).

Kedua penelitian produk hukum. Penelitian bahasa perundang-undangan dan peenlitian bahasa putusan pengandilan. Penelitian dalam kajian ini dapat di lakukan untuk memahami penggunaan bahasa secara khusus dipakai dalam produk hukum (carpenter, 1981; warganer dan cacciaguidi, 2006).

Ketiga kajian bahasa bukti hukum . penelitian ini dapat di lakukan dalam studi bahasa terhadapan dokumen-dokumen. Selain

itu juga dapat di lakukan dalam penelitian bahasa telepon (Künzel, 2001; Rathborn, Bull dan Clifford, 1981). Melalui percakapan telepon, jika pesan berisi ancaman, pemerasan, atau penghinaan yang dilarang oleh undang-undang, pesan tersebut dapat menimbulkan masalah hukum.

Setiap kelompok studi dalam linguistik forensik dapat diselesaikan secara individual atau terintegrasi satu sama lain. Itu tergantung pada tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Gambar 1.

Bidang Kajian Linguistik Forensik.

3. Defamasi (pencemaran nama baik; fitnah; penghinaan/penistaan)

Pencemaran nama baik dalam hukum pidana diucap pula penghinaan. Pencemaran nama baik dalam bahasa inggirs di sebut libel, sebab terdapat pihak yang merasa di rugikan ialah nama baiknya di cemarkan ataupun kehormatannya di lecehan apalagi di rusak.

Pencemaran nama baik; fitnah; penghinaan/penistaan masuk dalam satu bab yaitu bab XVI tentang penghinaan jika mengacu pada KUHP (Pasal 31,317, dan 318.) terlihat bahawa fitna dapat berimplikasi pada tuntutan pidana yang lebih berat selama-lamanya empat tahun. Berdasarkan black law dictionary, defamasi (pencemaran nama baik; fitnah penghinaan/penistaan) didefenisikan Sebagai komunikasi palsu dengan sengaja, baik di publihskasi atau diucapkan untuk bertujuan melukai/mencemarakan reputasi atau nama baik oaring lain. (dalam shuy, 2010:10). Komunikasi palsu dalam konteks tersebut dapat dimaknai sebagai berita bohong (hoax) seseorang yang melakukan tindak defamasi dilakukan dengan sengaja yang tentu sudah ada niat di dalamnya. Unsur dipublikasikan atau diucapkan itu bertujuan agar publik tahu akan hal yang dimaksud. Dari semua hal itu memiliki tujuan utama yaitu tujuannya adalah menyerang harga diri, kehormatan, atau nama baik orang lain.

Hukum Internet menjelaskan dari esensi dan sejarah tindak pidana penghinaan bahwa tindak pidana pencemaran nama baik dalam Pasal 27(3) UU TIIE bukanlah tindak pidana biasa. Ditinjau dari sifat penghinaan, pencemaran nama baik adalah tindakan menyerang nama baik atau kehormatan seseorang, yang berdampak pada fitnah atau perusakan nama baik korban atau pihak. Isi dan latar belakang ucapan atau tulisan seseorang terhadap pihak tertentu dianggap sebagai tindakan “menyerang” nama baik yang hanya dapat dipahami oleh korban serangan pencemaran nama baik, karena merekalah yang merasa dihina, dihina, atau dilecehkan . Di sisi lain, seperti yang kita

ketahui bersama, hukum memberikan perlindungan hukum terhadap harkat dan martabat warga negara sebagai hak asasi manusia.

dijelaskan dalam hukum online, konteks digunakan untuk memperhitungkan secara objektif isi penghinaan. Konteks yang diartikan meliputi perasaan“ diserbu” dan perasaan pihak“ menyerang”, tujuan“ penyerang” menyebarkan penghinaan tersebut. Berlandaskan hal tersebut, untuk menangkap konteks terhadap konten hinaan dibutuhkan ahli bahasa, ahli psikologi, serta ahli komunikasi.

Pasal-pasal yang mengatur defamasi di indonesia di atur di dalam UUD ITE Nomor. 11 tahun 2008 serta KUHP Bab XVI tentang penghinaan yang diperbarui dalam UU RI Nomor. 19 Th. 2016 tentang pergantian atas UUD Nomor. 11 Th. 2008 tentang ITE Yang dipaparkan sebagai berikut:

1. UU ITE No. 11 tahun 2008 yang diperbaharui dalam UU RI No. 19 tahun 2016 pasal 27 ayat 3

(3) setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan

(4) setiap orang dengan terencana serta tanpa hak mendistribusikan serta/ ataupun mentransmisikan serta/ ataupun membuat bisa diaksesnya data elektronik serta/ ataupun dokumen elektronik yang mempunyai muatan pemerasan ataupun pengancaman.

Di dalam UU RI Nomor. 19 Th. 2016 tentang ITE pergantian atas UU Nomor. 11 Th. 2008 pasal 27 ayat (1) dipaparkan sebagian perihal selaku berikut. Yang diartikan dengan “mendistribusikan” merupakan mengirimkan serta/ataupun menyebarkan data elektronik serta/ataupun dokumen elektronik kepada orang yang ataupun bermacam pihak lewat sistem elektronik. Yang diartikan dengan “mentransmisikan” merupakan mengirimkan data elektronik serta/ataupun dokumen elektronik yang diperuntukan kepada satu pihak lain lewat sistem elektronik. Yang diartikan dengan “membuat bisa diakses” merupakan seluruh perbuatan lain tidak hanya mendisribusikan serta mentransmisikan lewat sistem elektronik yang menimbulkan data elektronik serta/ataupun dokumen elektronik bisa dikenal pidak lain ataupun publik.

Pasal 28

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan

informasi yang ditujukan untuk menimbulkan asa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)

Tiap orang dengan terencana serta tanpa haka tau melawan hukum melaksanakan perbuatan sebagaimana yang diartikan dalam pasal 27 hingga pasal 34 yang menyebabkan kerugian untuk orang lain.

Pasal 51

Tiap orang yang penuhi faktor sebagaimana yang diartikan dalam pasal 36 dipidana dengan pidana penjara sepanjang 12 tahun dana tau dengan sangat banyak 12. 000. 000. 000 (dua belas miliyar rupiah).

Berdasarkam pasal 27 ayat (3) UU ITE, tindak pidana pencemaran nama baik (defamasi) dilihat dari teksnya mempunyai kriteria/unsur- unsur selaku berikut:

a. Mendisribusikan/mentransmisikan data. Mendisribusikan berarti menyalurkan (membagi mengirimkan) kepada sebagian orang ataupun tempat

b. Lewat elektronik. Perihal ini ialah media tindak pencemaran nama baik.

c. Bermuatan penghinaan/pencemaran nama baik.

Penghinaan merupakan perbuatan menghina yang yang berarti merendahkan (hina/tidak berarti), memburukkan nama baik orang, menyinggung perasaan orang (semacam memaki- maki, menistakan/merendahkan derajat) (KBBI 2008: 499)

penghinaan atau defamasi juga di atur di dalam KUHP menurut soesilo 1992:225 (dalam Endang 2018:80) penghinaan ada enak macam yaitu menista pasal 310 (2) menfitna pasal 311, penghinaan ringan, pasal 315, mengaduh secara menfitna pasal 317, serta tuduhan secara menfitnah pasal 318. Seluruh penghinaan ini cuma bisa dituntut ataupun digugat apabila terdapat pengaduan dari orang yang menderita (delik aduan). Objek penghinaan dalam pasal- pasal yang lain (soesilo, 1995: 225) lebih jelasnya pasal- pasal dalam KUHP tentang penghinaan bisa diamati selaku berikut

BAB XVI

TENTANG PENGHINAAN

Pasal 310

(1) Benda siapa terencana melanda kehormatan ataupun nama baik seorang dengan menuduhkan suatu perihal, yang artinya cerah biar perihal itu dikenal universal, diancam sebab pencemaran dengan pidana penjara sangat lama 9 bulan ataupun pidana denda sangat banyak empar ribu lima ratus rupiah.

(2) Bila perihal itu dicoba dengan tulisan ataupun cerminan yang ditayangkan, dipertunjukkan ataupun ditempelkan di muka universal, hingga diancam sebab pencemaran tertulis dengan pidana penjara sangat lama satu tahun empat bulan ataupun pidana denda sangat banyak empat ribu empat ratus rupiah.

(3) Tidak ialah pencemaran ataupun pencemaran tertulis, bila perbuatan jelas dicoba demi kepentingan universal ataupun sebab terpaksa buat membela diri.

Soesilo, 1995:226 (dalam Endang, 2018:81) seseorang dapat dihukum menurut pasal 310 (1) yaitu menista jika menuduh seseorang telah melakukan perbuatan tertentu dengan maksud tuduhan itu diketahui orang banyak. Dijelaskan pula, perbuatan yang dituduhkan itu tidak harus perbuatan kriminal, bisa perbuatan biasa yang membuat malu orang lain seperti dalam contoh kalimat berikut:

Contoh: “waktu itu kamu telah masuk melacur di rumah persundalan”

Perbuatan yang dituduhkan dalam contoh kalimat itu bukanlah perbuatan yang boleh dihukum melainkan dapat membuat malu orang lain bila disiarkan ke publik. Di dalam pasal 310 (2) itu tampak bahwa jika penghinaan dilakukan melalui tulisan dimuka umum hukumannya lebih berat (satu tahun empat bulan) di banding penghinaan secara lisan (Sembilan bulan).

Pasal 312

Pembuktian akan kebenaran tuduhan hanya dibolehkan dalam hal-hal berikut:

1e. Apabila hakim memandang perlu untuk memeriksa kebenaran itu guna menimbang keterangan terdakwa,

bahwa perbuatan dilakukan demi kepentingan umum, atau karena terpaksa untuk membela diri

2e. Apabila seorang pejabat dituduh sesuatu hal dalam menjalankan tugasnya.

Soesilo (dalam ending 2018:81) memberikan penjelasan pasar 312 tersebut bahwa (1) untuk membela kepentingan umum misalnya dilakukan dengan menunjukkan kekeliruan-kekeliruan yang nyata-nyata merugikan atau membahayakan pada umum dari pihak-pihak yang berwajib dan (2) terpaksa untuk membela diri misalnya orang yang disangka telah melakukan perbuatan (sebenarnya tidak benar) lalu menunjuk orang yang sebenarnya salah dalam hal ini.

Pasal 315

Masing- masing penghinaan dengan terencana yang tidak bertabiat pencemaran ataupun pencemaran tertulis yang dilakuknn terhadap seorang, baik di muka universal dengan lisan ataupun tulisan, ataupun di muka orang itu sendiri dengan lisan ataupun perbuatan, ataupun dengan pesan yang dikirimkan ataupun diterimakan kepadanya, diancam sebab penghinaan ringan dengan pidana penjara sangat lama 4 bulan 2 minggu ataupun pidana denda sangat banyak 4 ribu 5 ratus rupiah.

Pasal 317

(1) Barang iapa dengan terencana mengajukan pengaduan ataupun pemberitahuan palsu kepada penguasa, baik secara tertulis

ataupun buat dituliskan, tentang seorang sehingga kehormatan ataupun nama baiknya terkena, diancam sebab melaksanakan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara sangat lama 4 tahun. (2) Pencabutan hak- hak bersumber pada pasal 35 Nomor, 1- 3 bisa

dijatuhkan.

Dalam pasal 317 ini kejahatan penghinaan/penistaan berupa pengaduan yang berisi fitnahan kepada pembesar yang berwajib dan tidak perlu dilakukan di muka umum (seosili dalam ending, 2018:87) perbuatan ini sama dengan membunuh karakter seseorang di depan pimpinan atau penguasa yang ditujukan untuk menjatuhkan seseorang tersebut.

Pasal 318

(1) Barang siapa dengan sesuatu perbuatan sengaja menimbulkan secara palsu persangkaan terhadap seseorang bahwa dia melakukan suatu perbuatan pidana, diancam karena menimbulkan persangkaan palsu, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1-3 dapat dijatuhkan.

Berdasarkan pasal 310, 311, dan 315 KUHP tersebut, tindak pidana defamasi dilihat dari teksnya mempunyai kriteria/ unsur- unsur selaku berikut.

Menghina berarti merendahkan ataupun memandang rendah( hina/ tidak berarti) memburukkan nama baik orang, menyinggung

perasaan orang, (semacam memaki- maki,

menistakan/merendahkan derajat). (KBBI, 2008: 499) b) Melanda kehormatan/nama baik

Kehormatan berarti harga diri KBBI, 2008: 501) Soesilo (dalam Endang, 2018: 86) menarangkan kalau orang yang diserbu ini umumnya merasa malu, kehormatan yang diserbu di mari cuma menimpa kehormatan tentang nama baik, bukan kehormatan dalam lapangan intim, kehormatan yang bisa dicemarkan sebab

tersinggung anggota kemaluannya dalam area nafsu birahi kelamin.

c) Menuduhkan sesuatu hal

Menuduhkan berarti aksi menunjuk serta berkata kalau seorang berbuat kurang baik/melanggar hukum (KBBI, 2008: 1492) d) Dikenal umum

Universal berarti orang banyak khalayak ramai, serta tersiar kemana- mana (KBBI, 2008: 1526).

e) Tulisan ataupun gambaran

Tulisan ataupun cerminan yang ditayangkan/ditempel di tempat umum

f) Fitnah

Merupakan perkataan bohong ataupun tanpa bersumber pada kebenaran yang disebarkan dengan iktikad menjelekkan orang

(semacam menodai nama baik merugikan kehormatan orang) (KBBI, 2008: 393)

g) Persangkaan palsu

Persangkaan palsu ialah persangkaan( dugaan ataupun ditaksir) palsu( tidak legal).

Dengan demikian, bersumber pada pasal 310 KUHP serta pasal 27 (3) UU ITE terdapat kesamaan kriteria/unsur- unsur tindak pidana defamasi meliputi 4 fakta ialah terdapatnya kesengjangan, tanpa hak (tanpa izin), bertujuan buat melanda nama baik ataupun kehirmatan, serta dikenal oleh universal.