• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA dan KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Yang Relevan

2. Tindak Tutur menurut Austin

Sering dikatakan, sosiolinguistik itu sangat berkaitan dengan pragmatik (yang oleh segolongan orang dimaksudkan kedalam ilmu linguistik) salah satu kaitan yang dapat kita lihat adalah munculnya istilah tindak tutur dalam kedua bidang kajian itu. Dunia kajian pragmatik biasanya menyebut karya J.L. Austin (1962), pakar filsafat dan linguistik dari inggris tentang tindak tutur.

Berawal dari Austin (1962) serta Searle (1969) tindak tutur sudah di pakai buat menggambarkan ukuran fungsional bahasa, gimana bahasa menuntaskan dengan hasil ataupun dampak tertentu. Sikap tutur ialah salah satu faktor instan yang mengaitkan penutur serta mitra tutur. Semacam yang dikatakan Van Dijk (dalam Djajasudarma, 2012: 60), ikatan antara pragmatik serta tindak tutur sangat erat, sebab tindak tutur ialah pusat pragmatik. Selain itu, Cutting (2008:16) mengatakan tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan ketika sebuah kata dihasilkan, yang dapat dianalisis dari tiga tingkatan yang berbeda. Lokusi adalah analisis kata itu sendiri, yaitu bentuk bahasa lisan.

Dalam beberapa kasus, kita menggunakan kata-kata untuk membentuk tindakan, bahkan dalam arti yang ekstrim. Sering dikatakan bahwa kata-kata itu sendiri adalah tindakan. Misalnya, pada saat upacara penamaan kapal yang akan melaut, seseorang mungkin

memotong pancing kapal dengan kapak besar sambil mengatakan "Saya akan menamai kapal ini K.M. Kartini". Kata-kata seperti itu disebut kata-kata afirmatif. Bentuk kata-kata-kata-kata tindakan. Dia mengatakan (dengan kata-kata kerja “…..namakan”) sekaligus bertindak (menamakan kapal) kalimat itu berbeda dengan kalimat “berita biasa, kalimat konstatif” saya menamakan kapal itu K.M. Kartini. yang diucapkan setelah peristiwa di atas.

Tindak tutur adalah tuturan yang dihasilkan sebagai bagian dari interaksi sosial. Pernyataan ini jelas bertentangan dengan contoh kalimat yang diambil di luar konteks oleh ahli bahasa dan filosof. Budaya kita mengandung seperangkat konsep yang memilah-milah interaksi social tadi. Misalnya, kita membedakan antara “kerja” dan “bermain” atau “bersenang-senang” atau “bersantai”, antara “bermain” dan “bertanding”. Begitupula, terdapat konsep banyak budaya, dengan berbagai label Bahasa untuk berbagai tindak tutur. Misalnya, makna “berjanji” dalam konsep budaya tertentu.

Salah satu teori Austin (dalam Sumarsono 2013:323) yang banyak dikutip dalam pembedaan Selain kekuatan verbal, terdapat perbedaan antara kekuatan verbal dan kekuatan verbal dalam tindak tutur. Menurut Austin (dalam Sumarsono 2013:323) bahwa sesuatu adalah melakukan sesuatu, bahasa atau tuturan dapat digunakan untuk menciptakan suatu peristiwa, karena sebagian besar kata, tindak tutur, mempunyai kekuatan. Kekuatan wacana adalah makna dasar dan makna wacana: kekuatan wacana mengacu pada kekuatan yang dihasilkan oleh penggunaan perintah, ejekan, keluhan, janji, dan pujian. Oleh karena itu,

dalam beberapa kasus, ilokusi merupakan fungsi dari tindak tutur yang melekat dalam tuturan. Berikut ini adalah. penjelasan mengenai tindak tutur beserta penggolongannya menurut para ahli.

Menurut Arifiany (2016:2), tindak tutur adalah tindak tutur seseorang yang berupa tuturan dalam suatu peristiwa tutur. Tindak tutur dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur, tindak tutur, dan tindak tutur. Menurut Rustono (1999), tindak tutur merupakan entitas inti pragmatik. Entitas berarti sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan unik. Tindak tutur yang tak terhitung jumlahnya dibagi menjadi lima jenis, yaitu representatif, indikatif, ekspresif, berkomitmen, dan deklaratif. Menurut Wiyatasari (2015:46), tindak tutur merupakan bagian penting dalam mendukung terjadinya situasi tutur. Chaer (2010:27) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah tuturan psikologis seseorang, yang dapat dilihat dari makna tindak tutur tersebut. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur. Kemudian tindak tutur dan peristiwa tutur tersebut menjadi dua gejala yang terkandung dalam satu proses, yaitu proses komunikatif.

Searle dalam Wijana (2009:20) mengemukakan dalam bukunya Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language bahwa, secara pragmatis, penutur dapat mencapai setidaknya tiga jenis perilaku, yaitu perilaku perilaku dan perilaku ilokusi) Dan perilaku non-verbal. Perilaku (Tindakan Perlokusi). Djatmika (2016:17) mengatakan bahwa jenis tindak tutur dalam setiap bahasa dipengaruhi oleh norma budaya, aturan, kepercayaan, tradisi dan nilai-nilai sosial. Ada banyak jenis tindak tutur

dalam setiap bahasa, yang dapat dibagi menjadi lima jenis utama menurut jenis kekuatan bahasa yang dikandungnya. Secara garis besar, para pragmatis membagi tindak tutur menjadi lima kategori, yaitu asertif atau deklaratif, indikatif, komitmen, ekspresif, dan deklaratif atau performatif.

Tindak tutur adalah aktivitas berbahasa seseorang kepada lawan bicara agar apa yang disampaikan dapat di mengerti oleh lawan bicara (Kridalaksana, 1984:154), Pendapat tersebut menunjukkan bahwa dalam komunikasi (tindak tutur) terdapat beberapa aspek situasi tutur seperti yang diungkapkan Leech (1983) yaitu: 1) Pembicara dan mitra tutur 2) Konteks tuturan 3) Tujuan tuturan 4) Tuturan sebagai tindakan atau kegiatan 5) Tuturan sebagai hasil tindak tutur. Konsep ini juga terkait dengan sudut pandang yang Austin menjelaskan (1962) tuturan adalah tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk hukum

Menurut Jumanto (2017: 67), Austin membagi tindak tutur menjadi tiga jenis, yaitu tindak behavioral, tindak ilokusi, dan tindak verbal. Tingkah laku lokusi adalah tuturan yang bermakna dan dapat dimengerti. Tindak ilokusi adalah kata-kata yang digunakan untuk melakukan tindakan atau fungsi bahasa.

Hal senada dengan juga diungkapkan Searle (dalam Rohmadi 2004:30) Dalam bukunya. Tindak tutur; sebuah esaibin Dalam filsafat bahasa, penutur dapat mewujudkan tiga jenis perilaku, yaitu perilaku perilaku, perilaku ilokusi, dan perilaku non-perilaku. kemudian Searle

(dalam Rohmadi 2004:32) menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis yaitu: representative, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Dengan demikian, tindak tutur merupakan suatu bentuk tuturan yang tidak berupa tuturan-tuturan kalimat saja, tetapi penutur berusaha melakukan tindakan dengan kata-kata atau kalimat yang telah dituturkannya. Dengan kata lain, sebuah tuturan yang dituturkan oleh seseorang mempunyai makna dan tujuan tertentu. Tuturan tersebut bersifa psikologis dan ditentukan oleh kemampuan berbahasa pembicara.

Selanjutnya yaitu penjelasan tentang teori tindak tutur yang dikembangkan oleh Austin dan Searle:

a. Tindak tutur lokusi

Lokusi adalah tindak tutur yang dibuat untuk menyatakan atau menyampaikan sesuatu maksud. Tindak tutur ilokusi suatu tindak tutur dengan hanya mengucapkan bunyi, atau arti kata dan kalimat menurut arti kata dan kalimat tersebut dalam kamus.

Tindak tutur lokusi adalah tindakan proposisional, yang tergolong dalam menyatakan sesuatu (the act of said something). Oleh sebab itu, yang diutamakan dalam tindak tutur merupakan isi tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Tindak tutur merupakan tindak tutur yang cenderung dikenali tanpa menyertakan konteks tutur yang ada dalam konteks tutur tersebut. Wujud tindak tutur merupakan mencantumkan statment ataupun perkata tentang suatu. Leech (dalam

Rusminto, 2010: 23) mengemukakan kalau tindak bahasa ini bisa diibaratkan dengan sesuatu tuturan kalimat yang memiliki makna dan referensi. Berikut ini adalah contoh tindak tutur: (1) Andy belajar menulis (2) Pakaianmu kotor. Dua kalimat di atas diucapkan oleh penulis, hanya untuk menginformasikan beberapa hal, tidak ada kecenderungan untuk melakukan apa pun, apalagi mempengaruhi lawan bicara.

Menurut Rahardi (2003:71), ia menetapkan bahwa kata dan kalimat adalah tindak tutur yang dilakukan dengan menggunakan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna kata, frasa, dan kalimat. Wijana (dalam Setiawan 2005:18-19) mengemukakan tindak tutur ialah suatu tindak tutur untuk menyampaikan sesuatu. Pada saat yang sama, Leech (dalam Setiawan 2005:19) menjelaskan jika tindak tutur berarti penutur memberitahu kemitra tutur jika kata-kata tersebut mempunyai arti dan acuan tertentu. Berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur hanya sebatas menyampaikan atau mengungkapkan sesuatu atau keinginan dalam arti yang sebenarnya, tanpa mengharapkan mitra tutur atau lawan bicaranya memahami apa yang di maksudkan dan disertai nilai serta efek terhadap mitra tuturnya (makna harfia dalam ujarannya).

Tindak tutur ilokusi adalah suatu tindak tutur yang mengucapan atau menyampaikan informasi terhadap sesuatu serta digunakan untuk mengerjakan sesuatu. (Tindakan melakukan sesuatu). Ilokusi dapat dikatakan memiliki tujuan tertentu, dan tujuan ilokusi tergantung pada konteks kata-katanya. Perilaku tersebut seperti janji, usulan, atau pertanyaan yang diungkapkan dalam pidato. Moore (dalam Rusminto, 2010:23) mengemukakan bahwa tindak ilokusi adalah tindakan verbal yang aktual atau nyata yang dilakukan melalui kata-kata, seperti janji, salam, dan peringatan. Mengenali perilaku ilokusi lebih sulit daripada perilaku verbal, karena pengenalan perilaku ilokusi harus mempertimbangkan pembicara dan lawan bicaranya, waktu dan tempat tuturan, serta saluran yang digunakan. Oleh karena itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur. Perhatikan contoh perilaku ilokusi berikut:

Contoh: Saya tidak jadi kesana. Tuturan pada contoh di atas “Saya tidak jadi kesana”., tuturan ini terjadi pada malam senin pada saat penutur menelpon mitra tutur dan pada saat itu sudah tengah malam karena habis Saya tidak jadi kesana. Tuturan pada contoh di atas “Saya tidak jadi kesana”., tuturan ini terjadi pada malam senin pada saat penutur menelpon mitra tutur dan pada saat itu sudah tengah malam karena habis hujan. Pembicara berjanji kepada lawan bicaranya untuk pergi

bersama. Kalimat ini bukan hanya pengumuman, tetapi juga tujuan lain yang diinginkan pembicara. Pembicara sebenarnya ingin meminta maaf kepada lawan bicaranya, karena hujan sampai larut malam sebelum membatalkan kencan bersama. Informasi yang diberikan oleh pembicara sebenarnya tidak terlalu penting, karena area pembicara mungkin tidak bisa keluar, karena area pembicara sedang hujan dan melemah setelah tengah malam seperti area pembicara.

Sesuai dengan pandangan Austin (dalam Rustono, 1999: 37), tindak ilokusi adalah tindakan rok pendek yang mencakup maksud dan fungsi atau kekuatan verbal. Oleh karena itu, tuturan penutur mempunyai pengaruh atau pengaruh terhadap penutur. Selain itu, Searle (dalam Endang 2018:114) membagi tindak ilokusi menjadi lima jenis, yaitu: representasi, instruksi, ekspresi, janji, dan pernyataan sebagai berikut.

a) Refresentatif

Refresentatif merupakan Tindak tutur makna ilokusi, di mana penutur terkait dengan keaslian kata depan yang diungkapkan. Tindak tutur seperti ini disebut juga tindak tutur asertif. Tindak tutur tersebut meliputi pernyataan, permintaan, pengakuan, peragaan, laporan, kesaksian, dan rujukan spekulasi.Contoh tuturan tersebut adalah: “Aldenta selalu berprestasi di kelasnya” Tuturan ini merupakan tindak tutur representatif karena mengandung

informasi bahwa penutur dibatasi oleh otentisitas ucapan. Adalah tanggung jawab pembicara bahwa pidato yang diucapkannya adalah benar, dan itu dapat membuktikan di lapangan bahwa Aldenta telah bekerja keras dan meraih juara pertama di kelasnya. Contoh lain: "Tim sepak bola Nang Ang meraih kemenangan luar biasa", "Gubernur meresmikan gedung baru ini"

b) Direktif

Tindak tutur direktif, yaitu tindak ilokusi yang dirancang untuk menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, sesuai dengan yang disebutkan di dalam tuturannya. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, menyarankan mendesak menyuruh menagih, memerintah, mendesak, memohon, menentang, member aba-aba. Contohnya adalah “bantu dia membersihkan rumah ini”. Contoh tersebut termasuk ke dalam tindak tutur direktif sebab tuturan itu dituturkan dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturannya yakni membantu membersihkan rumah. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut. (tindak ilokusi ini oleh Leech disebut dengan tindak tutur ilokusi impositif),

seperti perintah, perintah, pertanyaan, rekomendasi, dan saran. Berikut ini adalah uraian tentang jenis-jenis tindak tutur wajib:

1. Permintaan

Meminta memiliki arti ingin mendapatkan atau mendapatkan sesuatu, jadi vokalisasi inkuiri adalah untuk orang yang berbicara untuk memberikannya (diminta). Contoh kalimat permintaan adalah sebagai berikut. Misalnya, "Saya ingin susu".

Kata-kata “mirna mau susu” pada contoh di atas terjadi di pagi hari saat menonton TV di ruang keluarga. Kata ini diucapkan oleh penutur (seorang anak) kepada mitra tutur (adik). Kata-kata tersebut termasuk kata-kata yang meminta lawan bicara untuk sesuatu berupa meminta saudaranya untuk menyusui anak.

2. Memerintah

Perintah memiliki arti kata memerintahkan untuk melakukan sesuatu; untuk melakukan sesuatu. Memerintahkan berarti memberi perintah; memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, buatlah tuturan wajib agar mitra tutur dapat melakukan atau melakukan apa yang diinginkan penutur

Penjelasan tentang data (6) minum di sana! Di malam hari, kakak dan adik sedang berbaring di tempat tidur dan makan keripik kentang.Adik laki-laki memintanya untuk minum air karena dia makan keripik kentang. Wacana ini mencakup kata-kata yang memerintahkan lawan bicara untuk melakukan sesuatu dalam bentuk tindakan agar saudaranya dapat minum air untuk saudaranya yang panas.

c) Ekspresif

Tindak tutur semacam ini disebut juga tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang penuturnya dengan sengaja membuat tuturannya dipahami sebagai evaluasi terhadap hal-hal yang disebutkan dalam tuturan tersebut, antara lain mengucapkan terima kasih, mengeluh, memberi selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, dan mengkritik. Contoh pidatonya adalah “Dia berlatih tinju setiap hari, tetapi dia masih kalah.” Kalimat ini merupakan keluhan ekspresif, yang dapat dipahami sebagai evaluasi dari apa yang dia katakan, yaitu upaya untuk berlatih tinju, dan hasilnya adalah kalah tetapi tidak menang. Contoh lain dari pidato adalah "kamu cantik" (pujian), (karena kamu tidak biasa belajar”

(menyalahkan), “selamat ya atas gelar yang telah kamu capai” (mengucapkan selamat

d) Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakna segalah hal yang disebutkannya dalam ujaran, misalnya bersumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul, contoh tondak tutur komisif kesanggupan adalah “saya bias menata kamar tidur ini dengan rapi” Tuturan itu mengikat penuturnya untuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Ini berdampak pada realisasi apa yang Anda katakan. Contoh lain dari pidato adalah “Saya akan menjemput Anda tepat waktu malam ini”, “Jika besok hujan, saya tidak akan pergi ke kampus. Contoh lain dari tindak tutur yang dijanjikan” Jika Anda sudah bekerja di masa depan, Anda ingin belikan untuk adikmu apa? Kata-kata "Kalau kamu sudah bekerja di masa depan, apa yang akan kamu beli untuk adikmu?" “Adalah kutipan yang dijanjikan. Dalam pidato di atas, pembicara terikat oleh tindakan masa depan berupa membeli sesuatu.

e) Deklaratif

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptkan hal

(status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tindak tutur ini disebut juga dengan istilah isbati. Yang termasuk ke dalam jenis tuturan ini adalah tuturan dengan maksud member kesan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, mengampuni, memaafkan. Tindak tutur deklaratif dapat dilihat dari contoh berikut ini:

“rombongan kita tidak jadi pergi camping” (membatalkan) “aku memaafkan kesalahanmu” (memaafkan)

Pak direktur memutuskan untuk mengurangi biaya kuliah” (memutuskan).

Contoh lain dari tindak tutur deklaratif adalah:

“Mulai besok, silakan anda angkat kaki dari perusahaan ini.”

Tuturan Mulai esok, silakan tinggalkan industri ini. Pidato merupakan arti ilokusi deklaratif, ialah arti ilokusi yang digunakan buat membenarkan kalau isi proposisi tidak berubah- ubah dengan realitas. Pidato ini berbentuk pidato pemberhentian oleh penanggung jawab industri kepada bawahannya. Bersumber pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan jika tindak tutur asertif ialah tuturan yang mengikat penuturnya hendak kebenaran atas apa yang diujarkan. Tindak tutur direktif ialah tindak tutur yang mengikat penutur buat

melakukan aksi yang disebutkan di dalam ujaran itu. Tindak tutur komisif ialah ilokusi yang penuturnya terikat janji pada suatu aksi di masa depan. Tindak tutur ekspresif ialah tuturan yang berkata perasaan penutur. Tindak tutur deklaratif ialah tuturan yang dapat memunculkan adanya atmosfer (status) baru.

c. Tindak tutur perlokusi

Menurut pendapat Austin (1962:101) dalam (Endang 2018: 116) "menarangkan perlokusi merupakan dampak ataupun energi pengaruh (perlocutionary force) yang dihasilkan dari ujaran penutur. Dampak ataupun energi tuturan bisa ditimbulkan penutur baik terencana ataupun tidak disengaja. Tindak tutur yang diartikan buat memengeruhi mitra tutur inilah ialah tindak tutur perlokusi. Berdasarkan ketiga penjelasan di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh berikut ini”.

“Sepertinya sudah malam”

Hal itu di ucapkan seorang tamu kepada tuan rumah yang bertujuan sebagai berikut”

1. Penutur memberikan informasi kepada petutur bahwa hari sudhah malam (lokusi)

2. Yang dipahami petutur, tindakan meminta izin pulang oleh penutur kepada petutur (ilokusi)

3. Yang diharapkan penutur, ujarannya membawakan efek pemberian izin dari lawan bicara/petutur (perlokusi).

Artikel tiersma (1987 303:350) ”the language of defamation”, mengususlkan bahwa penerapan teori tindak tutur dapat membantu menyelesaikan isu-isu tertentu menyangkut pencemaran nama baik. Teori tindak tutur menyatakan bahwa setiap ucapan terdiri dari dua hal yaitu: tindakan ilokusi, berkaitan dengan kekuatan yang dimaksud, dan tindakan perlokusi, berkaitan dengan efeknya pada pembaca atau pendengar. Tiersma (dalam Endang 2018) mencatata bahwa dugaan pencemaran nama baik secara tradisional telas menempatkan fokus tindak tutur pada efek perlokusi tuturan penulis pada dugaan korban bukan pada ilokusi kekuatan penulis.

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang kata-katanya dirancang untuk mempengaruhi lawan bicara. Perilaku nonverbal disebut perilaku yang mempengaruhi seseorang. Tuturan yang diucapkan seseorang biasanya mempengaruhi atau mempengaruhi orang yang mendengarnya, dalam hal ini dapat menjadi mitra tutur atau penerima. Efek ini mungkin disengaja atau tidak disengaja. Misalnya, dapat dilihat dalam kalimat:

“Kemarin adikku dirawat di rumah sakit”.

kalimat di atas diucapkan oleh seseorang yang tidak bisa ikut dalam ajakan teman, maka bentuk ilokusinya

adalah permintaan maaf, dan bentuk ilokusinya adalah permintaan maaf dan perlokusinya adalah orang atau teman yang mengundangnya harap bisa mengerti atau memaklumi.

Tindak tutur sulit dideteksi karena harus berkaitan dengan konteks tuturan. Perlu ditegaskan bahwa setiap tuturan penutur hanya dapat berisi frasa, frasa saja, atau frasa saja. Namun, suatu tuturan juga dapat mengandung dua tindak tutur pada saat yang bersamaan, atau bahkan ketiganya.