BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN BAHASA MADURA
DAFTAR GAMBAR
B. Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia
Menurut Muhammad al-Fatih Suryadilaga dalam artikelnya “Suntingan
Teks Tafsir Jalalayn,” menyatakan bahwa melalui Tafsîr al-Jalâlain, pemerhati
Islam pemula mempelajarinya, karena isinya yang bagus, ringkas, dan jelas. Oleh karena itu tafsir tersebut banyak diajarkan di berbagai pesantren.5 Begitu tingginya nilai Tafsîr al-Jalâlain, sehingga tafsir tersebut mendapatkan apresiasi dari para pemerhati Islam di Indonesia.
Imam Zaki Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas Hâsyîah al
-Sâwî „alâ Tafsîr al-Jalâlain,” bab dua sub bab c, menjelaskan tentang apresiasi
ulama Nusantara terhadap Tafsîr al-Jalâlain. Berdasarkan hasil penelitian Imam Zaki, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of Shoutheast Asian Kitabs, terdapat empat ulama Nusantara yang menerjemahkan Tafsîr al-Jalâlain di antaranya:6 (1)Syaikh Abdul Rauf Sinkel, karyanya berjudul al-Qu ’ n w Bi mi yi jum n l-Mustafîd atau biasa dikenal dengan Tarjumân al-Mustafîd. Kitab tersebut diterbitkan oleh Dâr al-Fikr tahun 1990. (2)Abdul Majid Tamim Pamekasany, kiai yang berasal dari Pamekasan Madura. Karyanya berjudul Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah. Kitab tersebut diterbitkan oleh Maktabah al-Syaikh Salim Ibn Sa„ad Nabhan tahun
1990 M. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Madura dengan menggunakan aksara Pegon.7 (3)Ahmad Makki Ibnu Abd.Mahfudz, karyanya j m l
-Qu ’ n l- im lij l l l-D n l-Suy i w J l l l-D n l-M ll . Kitab
5
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qu ’ n d n Hadis, h.228-229.
6Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab Hâsyîah al-S w l l-Jalâlain,” (Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.36-38.
7
Menurut Martin van Bruennessen, Abdul Majid Tamim Pamekasan, menerjemahkan lebih dari sepuluh buku ke dalam bahasa Madura, yang mencakup hampir semua cabang ilmu agama. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.144-145.
tersebut diterbitkan oleh al-Ma‟had al-Salafiyyah. Kiai Ahmad Makki berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon.8 (4)Muhammad Sa‟id Ibn „Abd.Nafi‟ Ibn Sihami dalam karyanya Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Jawa dengan aksara Arab-Jawa (Pegon), dan diterbitkan oleh Maktabah al-Syaikh Salim Ibn
Sa‟ad Nabhan wa Aulâdihi di Surabaya.
Selain Imam Zaki Fuad, Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al
-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,9
juga mencatat beberapa ulama daerah Sunda yang menulis kitab terjemahan dari Tafsîr al-Jalâlain di antaranya Muhammad Abdullah bin al-Hasan dari pesantren Caringan, Sukabumi dengan karyanya S d l-Darayn j m l-Qu ’ n l- im lij l l l-D n l-Suy i w J l l l-D n l-M ll . Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Sunda dan diterbitkan oleh Maktabah Dar al-Hikmah di Jakarta. Kemudian Ahmad Makki Ibnu Abd.Mahfudz, dengan karyanya j m l-Qu ’ n l- im lij l l l-D n l-Suy i w J l l l-D n l-M ll . dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon sebagaimana penelitian Imam zaki Fuad yang telah disebutkan di atas.
Selain karya terjemahan dari Tafsîr al-Jalâlain, ada karya tafsir yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al-Qur‟an. Imam
Zaki Fuad dalam skripsinya yang berjudul “Kajian Kitab atas Hâsyîah al-Sâwî
„alâ Tafsîr al-Jalâlain” mencatat beberapa ulama Indonesia yang menjadikan
8Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di tatar Sunda; sebuah penelusuran awal,” mencatat bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Sunda karya Ahamad Makki dari Pesantren Assalafiyah Babakatipar Sukabumi. Kitab ini diterbitkan sebanyak 6 jilid dengan menggunakan terjemahan anatar baris beraksara pegon. Selain terjemhaan Tafsîr al-Jalâlain,Kiai Ahmad Makki juga menghasilkan karya terjemahan kitab kuning berbahasa Sunda
seperti ilmu alat, fiqih, dan hadis yang berjumlah 70 judul. Lihat, Jajang A.Rohmana, “Kajian al
-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013):h.217.
9
Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama dalam penafsiran al-Qur‟an. Di antaranya al-Ib lim i l-Tafsîr al-Qu ’ n l-'Azîz karya dari Bisri Mustafa, kiai dari Rembang, Jawa Tengah, dan u tul I n, karya Ahmad Sanusi dari Sukabumi, Jawa Barat.10
Selain terejemahan bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura yang telah disebutkan di atas, terdapat dua terjemahan dalam bahasa Madura, yakni terjemahan al-Qur‟an dan terjemahan tafsir al-Qur‟an di antaranya, terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam aksara peggu (aksara Arab-bahasa Madura), karya dari
Muhammad „Arifun, kiai yang lahir di kota Bangkalan Madura. Karyanya tersebut
berjudul Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura. Kitab tersebut diterbitkan pertama kali tahun 1996 oleh Mutiara Ilmu (Untuk jilid satu sampai jilid delapan dan Juz „Amma). Sedangkan untuk jilid sembilan sampai jilid
sebelas diterbitkan pada bulan Februari 2014.
Eri Hariyanto, dalam artikelnya “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura,” menyatakan bahwa terjemahan Qur‟an
berjudul al-Qu ’ n j m B M d u , menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan dalam penerjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Madura, selain al-Qu ’ n e jem Kement i n Ag m d n Ej n B M du tahun 2004 Versi Balai Bahasa Surabaya. Terjemahan tersebut berjumlah tiga juz dengan menggunakan aksara latin, dan disusun Ir.Indrayadi, dkk. Terjemahan
al-Qur‟an tesebut mendapat tashih dari Lajnah al-Qur‟an Kementrian Agama
Republik Indonesia bulan Februari tahun 2010, dan diterbitkan pertamakali oleh
Lembaga Penerjemahan dan Pengkajian al-Qur‟an (LP2Q) tahun 2012.11
Lebih ringkasnya, beragam literatur terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4: 6 Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia
No Nama Buku Penulis Penerbit Tahun
Terbit
Bahasa
1. Al-Qu ’ n l-’A m wa bihamisyi Tarjumân al-Mustafîd
Abd.Ra‟uf Sinkel Dâr al-Fikr 1990 Melayu
(Jawi) 2. Tarjamah Tafsîr Jalâlain bi Lughah
al-Madûriyyah
Abdul Majid Tamim Pamekasany
Maktabah Syaikh Salim
Ibn Sa‟ad Nabhan
1990 Madura
(peggu)
3. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Muhammad Sa‟id Ibn
„Abd.Nafi‟ Ibn Sihami
Maktabah Syaikh Salim
Ibn Sa‟ad Nabhan wa
Aulâdihi, Surabaya
t.t Jawa
(pegon)
4. j m l-Qu ’ n l- A im li J l l l
-D n l-Suy i w J l l l-Dîn al-Mahallî
Ahmad Makki Ibn Abdullah Mahfud al-Salafiyyah t.t Sunda (pegon) 5. S d l-Darayn j m l -Qu ’ n l- im lij l l l-D n l-Suy i w J l l l-D n l-M ll Muhammad Abdullah bin al-Hasan
Maktabah Dar al-Hikmah
- Sunda
(pegon)
6. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura
Muhammad „Arifun Mutiara Ilmu
1996-2014
Madura
(peggu)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa terdapat enam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bentuk terjemahan utuh yang ditulis oleh ulama Nusantara. Dari keenam kitab tersebut, penulisannya mengagunakan aksara Arab yang bahasanya menggunakan daerah masing-masing. Kemudian untuk terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „Arifun, menggunakan terejmahan model gandul atau antarbaris. Hal tersebut yang kemudian oleh Azyumardi Azra disebut
11Eri Hariyanto,“Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura.”
Artikel diakses pada 19 April 2013 dari
produk lokal. Menurut Azra, fenomena terjemahan antarbaris, mengasumsikan bahwa penulisnya adalah murid-murid pesantren di lembaga pesantren Islam, yang mana terjemahan tersebut, digunakan untuk kepentingan belajar mengajar bahasa Arab dengan murid-muridnya. 12