• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Terjemah dan Tafsir

BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN BAHASA MADURA

DAFTAR GAMBAR

A. Pengertian dan Perbedaan antara Terjemah dan Tafsir 1.Pengertian Terjemah

3. Perbedaan Terjemah dan Tafsir

Menurut Nashruddin Baidan dalam Wawasan Ilmu Tafsir, terjemahan adalah alih bahasa, yang berarti informasi yang diberikan terjemahan sebatas ayat yang diterjemahkan tanpa memberikan penjelasan secara rinci. Sedangkan tafsir,

20

Harun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam, vol.6. (Jakarta: Sabdodadi., 1992),h.913.

21M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qu ’ n (Bandung: Mizan 1996), h.15.

22

Muhammad Amin Suma, Ul mul Qu ’ n, h.316.

Pengertian tafsir

dan ilmu tafsir Secara istilah

Secara harfiah Tafsîr berarti Ilmu tafsir Menampakkan Memerinci Menjelaskan

Menerangkan ayat-ayat

al-Qur‟an dari berbagai aspeknya

Ilmu yang membahas tentang teknik atau cara menafsirkan al-Qur‟an berikut hal-hal yang berkaitan dengannya.

berusaha memberikan penjelasan yang memadai tentang ayat yang dibicarakan, sehingga memberikan gambaran terhadap pembaca dan pendengar mengenai kedalaman dan keluasan makna yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkan. Jadi menurut Nasruddin, pada tafsir lebih luas penjelasannya dibandingkan dengan terjemahan, karena terjemahan hanya terbatas peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.23

Ismail Lubis dalam Falsifikasi al-Qu ’ n Departemen Agama Edisi 1990, menjelaskan perbedaaan penerjemahan dan penafsiran sebagai berikut24 (1)Dalam penerjemahan tidak terlihat pembahasan tentang kata dan asal-usulnya, karena penerjemahan adalah pengalihan bahasa bukan penjelasan. Sedangkan dalam penafsiran sering terlihat pembahasan tentang kata dan asal usulnya, karena penafsiran, menekankan maksud dan kejelasan ayat; (2)Bahasa terjemahan adalah bahasa lurus, dalam arti tidak disertai dengan keterangan, kecuali dalam menerjemahkan kata-kata yang mengacu pada ciri-ciri tertentu atau yang mempunyai pemakaian khusus dalam bidang tertentu. Sedangkan dalam penafsiran terikat dengan berbagai keterangan terutama tentang urutan kata atau huruf untuk memperoleh makna. (3)Penerjemahan membutuhkan kesan otentisitas (keaslian) seluruh makna dasar dan tujuan dari bahasa penerima, dalam artian penerjemahan harus merupakan bentuk yang utuh, di dalamnya tercakup seluruh makna dari tujuan teks asli atau bahasa sumber. Sedangkan penafsiran hanya sekedar menyampaikan maksud pokok saja, dan tidak membutuhkan kesan otentisitas seperti dalam penerjemahan, dalam tidak harus dirinci. (4)Dalam penafsiran hanya mengatakan dirinya sebagai penjelasan maksud dan tidak

23

Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.70.

24

Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan al-Qu ’ n Dep g Edi i 1990 (Yogyayakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), h.58.

memerlukan kesan dari pembaca bahwa tafsir sama dengan aslinya. Sedangkan dalam terjemahan memerlukan kesan kesamaan makna dan tujuan melalui nama (judul terjemahan) dari pembaca seperti yang dikehendaki oleh penyusun dalam bahasa sumber ialah pemberian nama kitab terjemahan dengan nama asli kitab yang diterjemahkan. Misalnya l-Qu ’ n l- A im yang kemudian populer dengan nama Tafsỉr al-Jalâlain,terjemahannya berjudul berjudul j m l-J l lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura; (5)Penerjemahan terkesan lepas dari bahasa sumber, dalam arti tidak secara terbuka menghubungkan diri dengan teks asli. Sedangkan penafsiran tidak terkesan lepas dari teks asli, ia sering mengadakan kontak dengan teks asli. Kalimat penafsiran terikat dengan teks asli, juga jelas bagi pembaca tentang kata dan kalimat mana yang diberi makna.

Tabel 2:1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir

No TERJEMAH TAFSIR

1. menekankan peralihan bahasa menekankan maksud dan kejelasan ayat

2. bahasa terjemahan adalah bahasa lurus, tanpa keterangan

penafsiran terikat dengan keterangan terutama tentang urutan kata

3. penerjemahan menyajikan bentuk utuh sesuai dengan teks sumber yang diterjemahkan

penafsiran menekankan penyampaian maksud dan pokok ayat yang ditafsirkan

4. Penerjemahan memerlukan kesan autentisitas makna dan tujuan melalui nama (judul terjemahan) dari pembaca

Penafsiran penekanannya pada penjelasan maksud tanpa adanya kesan bahwa tafsir sama dengan aslinya

5. penerjemahan terkesan lepas dari bahasa sumber

penafsiran tidak terkesan lepas dari teks asli atau teks sumber

Berdasarkan perbedaan antara terjemah dengan tafsir di atas, dapat dipahami bahwa apabila terjemah lebih menekankan pada lafad tanpa ada penambahan di luar teks sumber. Sedangkan pada tafsir memungkinkan adanya pemahaman dan arti yang lebih spesifik pada maksud ayat atau lafad al-Qur‟an.

B.Jenis-Jenis Penerjemahan al-Qur’an dan Syarat-Syaratnya 1) Jenis-Jenis Penerjemahan Al-Qur’an

Menurut Mannâ‟ Khalîl al-Qa ân, penerjemahan al-Qur‟an terdiri dari dua

macam yaitu terjemah harfiyyah dan terjemah tafsiriyyah. Terjemah harfiyyah adalah pengalihan lafad-lafad suatu bahasa ke dalam lafad-lafad yang serupa dari bahasa lain, sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Sedangkan terjemah tafsiriyyah atau m nawiyyah adalah penjelasan makna pembicaraan dalam bahasa lain tanpa terikat dengan tertib bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.25

Menurut Syihabuddin, jenis terjemahan harfiah memiliki kelemahan berdasarkan dua alasan. Pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpadanan dengan bahasa lain, sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antara unit linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.26 Merujuk pada penelitian Syihabuddin, bahwa A mad asan al -Zayyat, tokoh penerjemah modern, menggunakan dua metode dalam penerjemahannya yaitu terjemah harfiyyah dan terjemah tafsiriyyah. Langkah yang dilakukan Zayyat adalah pertama, menerjemahkan teks sumber secara harfiah dengan mengikuti struktur dan urutan teks sumber. Kemudian yang kedua mengalihkan harfiah ke dalam struktur bahasa penerima tanpa menambahan atau mengurangi dari makna bahasa sumber. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. Metode yang diterapkan oleh al-Zayyat ini menurut Syihabuddin diistilahkan dengan metode elektik karena metode tersebut mengambil dan

25Mannâ„ al-Qa ân, Pengantar Studi al-Qu ’ n. Penerjemah Ainur Rafiq el-Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009 ), h.443.

26

mengaplikasikan kebaikan yang terdapat dalam metode tafsiriyyah.27 Menurut Badudu, metode elektik adalah metode campuran dari unsur yang ada dalam metode langsung dan metode tata bahasa-terjemahan. Lanjut Badudu, metode tersebut biasa disebut metode aktif di Perancis.28

Berdasarkan pengertian kedua jenis terjemahan di atas, jika dilihat dari segi bentuknya, titik perbedaannya yaitu dalam terjemah maknawiah mempunyai makna-makna a lî (pokok, utama) dan makna-makna tsanawî (skunder). Makna asli adalah makna yang dipahami secara sama oleh setiap orang yang mengetahui segi-segi susunannya secara global. Sedangkan yang dimaksud dengan makna tsanawî adalah karakteristik dan keistimewaan susunan kalimat dalam ayat

al-Qur‟an yang sangat indah, sehingga menyebabkannya bernilai tinggi.29