• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Sosial Intelektual

BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN BAHASA MADURA

DAFTAR GAMBAR

B. Sejarah Sosial Intelektual

Pendidikan al-Qur‟an „Arifun diperoleh dari kakak kandungnya Baidowi di Pesantren Jeruk, Jombang, Jember, Jawa Timur. Setelah berusia 10 tahun, ia berguru kepada Kiai „Abdul „Aziz (w. 1961). Kiai „Abdul „Aziz adalah pendiri dan Pengasuh Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa14 Temporejo Jember, ia adalah murid dari Kiai Kholil al-Bangkalani.15 Kiai Abdul Aziz adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari Kiai Abdul Hamid bin Kiai Itsbat. Sedangkan Kiai Hamid Bata-Bata Pamekasan adalah putra kelima dari Kiai Itsbat (Bani Itsbat), seorang pendiri Pesantren Mambaul Ulum Banyuanyar, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan Madura.16

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Kiai Abdul „Aziz merupakan gurunya Kiai „Arifun dan Kiai Abdul „Aziz sendiri merupakan murid dari

13

Wawancara Pribadi dengan Muhammad „Arifun.

14Nama pesantren “Al-Wafa” berasal dari nama asli Kiai Abd.Aziz yaitu Muhammad „Ali

Wafa. Kemudian sepulangnya dari ibadah haji, namanya diganti dengan „Abdul „Aziz. Lihat Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013.

15

Syaikhona Muhamnmad Kholil Bangkalan terlahir dari kalangan ulama yang alim dan kharismatik, yakni Kiai Abdul Lathif yang silsilahnya bersambung hingga Rasulullah Saw. Syaikhona Kholil dilahirkan di Bangkalan pada hari Ahad Pahing 11 Jumadil Akhir 1235 H. bertepatan dengan 14 Maret 1820 M. Adapun Wafatnya pada hari Kamis, 29 Ramadhan 1343 H atau 24 April 1925 M. Syaikhona Kholil juga meninggalkan karya intelektual di antaranya: (1) as-Silah fi Bayâni al-Nikah, (2) rangkaian sholawat dalam kitab I’ n l-râqibîn, (3) dzikir dan wirid dalam kitab l- aqibah yang dihimpun oleh K.H.Bisri Musthafa, (4) Tarjamah Alfiyyah dalam bentuk manuskrip, (5) kitab A m ’ul Hu n berbentuk n m dengan penjelasan Bahasa Jawa dan Madura juga dalam bentuk manuskrip, (6) ijazah berupa doa dan amalan-amalan atau hizib yang tersebar di sejumlah kiai. Selain kitab-kitab tersebut, Syaikhona Kholil juga menulis

al-Qur‟an dengan tangannnya sendiri. Kemudian juga ada beberapa kerajinan tangan seperti pedang,

dsb. Karya-karya tersebut sebagaian tersimpan di Museum Tjakraningrat. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed.), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista, 2012), h.62-75.

16

Syaikhona Kholil Bangkalan Madura.17 Menurut Abdurrahman Wahid, seperti dikutip Fuad Amin Imron (Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan), menyatakan bahwa Syaikhona Kholil adalah ulama besar yang menjadi guru dari hampir semua kiai terpandang di seluruh Jawa.18 Pernyataan tersebut sependapat dengan Martin van Bruinessen, seperti dikutip Fuad Amin Imron, yang menilai bahwa Kiai Kholil adalah Kiai Madura paling awal yang masih dikenang dan dihormati oleh generasi sampai sekarang. Kemudian menurut Martin, Kiai Kholil juga dianggap sebagai nenek moyang spiritual dan intelektual oleh para kiai di Jawa Timur dan Madura.19

Fuad Amin Imron, dalam bukunya berjudul Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, menyatakan bahwa selama belajar di Mekkah pada tahun 1959, Syaikhona Kholil Bangkalan berteman dengan Abdul

Ra‟uf Singkel,20 seorang penulis tafsir Tarjumân al-Mustafîd.21 Fuad Amin

Imron, menambahakan bahwa selama belajar di Mekkah, Syaikhona Kholil Bangkalan juga belajar kepada ulama berpengaruh berpaham ahlussunnah wal jamaah dan bermadzhab Syafi„i, salah satunya yaitu Muhammad Nawawi

17

Nama Ali Wafa, kemudian diaganti namanya dengan „Abdul „Aziz setelah sepulangnya

ibadah haji dari Mekkah adalah murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed.), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.173.

18

Fuad Amin Imron, seperti dikutip dari KH.Ali Bin Badri Azmatkhan, lebih lanjut menyebutkan sejumlah murid Syaikhona Kholil di antaranya, (1)Kiai Ali Wafa (Abdul „Aziz

Temporejo, Jember), (2)Kiai Abdul Majid (Bata-Bata, Pamekasan), Kiai Munawwir (Krapyak, Yogyakarta), (3)Kiai Hasyim Asy‟ari (Tebu Ireng), (4)Kiai Wahab Hasbullah (Tambek Beras), (5)K.H Abdul Hamid Itsbat (Banyuanyar Pamekasan), (6) Soekarno (Presiden Pertama RI), dan masih banyak nama-nama lainnya. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.173-174.

19

Ibid., h.172.

20

Ibid., h.68.

21

Menurut Azyumardi Azra, nama lengkap Abdul al-Ra‟uf al-Sinkili (1024/1105/1615-1693), adalah Abdul Ra‟uf Bin „Ali al-Jawi al-Fansuri al-Sinkili, ia dilahirkan pada tahun 1024/1615. Abdul al-Ra‟uf adalah seorang Melayu dari Fansur, Sinkil (modern:Singkel), di

wilayah Pantai Barat Laut Aceh. Menurut Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di Pantai Sumatera Barat. Lihat dalam Azyumardi Azra, Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta:Kencana, 2013), h.239-270.

Bantani.22 (1813-1897), penulis tafsir r al-Munîr.23 Mafri Amir, dalam Literatur Tafsir Indonesia membahas lebih dalam lagi tentang biografi Nawawi al-Bantani dan biografi kitab tafsirnya.24

Berdasarkan keteranagn tersebut, dapat dipahami bahwa hubungan murid guru, Kiai „Arifun sampai pada Imam Muhammad Nawawi al-Bantani seorang ulama yang juga penulis tafsir r al-Munîr. Selain itu, Fuad Amin Imron, menjelaskan bahwa Musthafa Bisri, Rembang, Jawa Tengah, pernah menghimpun salah satu karya Syaikhona Kholil Bangkalan, yaitu tentang dzikir dan wirid dalam kitab berjudul l- qib .25 Namun, dalam tulisannya tidak ada penjelasan tentang Musthafa Bisri, penulis tafsir Ib z atau bukan. Namun, ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa Bisri Musthafa adalah salah satu murid Syaikhona Kholil Bangkalan.26

22

Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.68.

23

Fuad Amin Imron, lebih lanjut menjelaskan bahwa selain belajar kepada Nawawi al-Bantani, Saikhona Kholil juga belajar kepada Syaikh Umar Khatib Bima (ahli fikih). Kemudian belajar ilmu batin ke sejumlah guru spiritual, salah satunya adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Kalimantan Selatan, seorang mursyid thariqah yang juga dikenal sebagai seorang ahli tafsir, hadits dan ahli fikih. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.68-69.

24

Nama lengkap Syaikh Nawawi al-Bantani adalah Abu Abdul Mu‟thi Muhammad Ibn Umar al-Tanara al-Bantani. Ia dilahirkan di kampung Tanara, Serang, Banten. Ia keturunan kesultanan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon). Ketika berumur 15 tahun ia pergi ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama. Gurunya antara lain Syaikh al-Khatib al-Sambasi dan Muhammad al-al-Khatib al-Hambali. Kemudian ia juga pergi ke Mesir, dan berguru kepada Syekh Yusuf Sumbulawni dan Syaikh Ahmad Nahrawi. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 36-39.

25

Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.75.

26

Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013. Dalam artikel juga dijelaskan bahwa beberapa alumni santri Saikhona Kholil yang sukses mendirikan pesantren besar di anataranya, Abdul „Aziz Ali Wafa, pendiri Pesantren Temporejo (Temporan) Jember, K.H.Bisri Musthafa, yang dikenal ulama ahli tafsir dengan karya tafsirnya al-Ibrîz lim i l-Tafsîr al-Qu ’ n l-'Azîz. Kemudian masih banyak alumni-alumni lainnya.

Almahabbah89, “Syaikhona Kholil Al-Bangkalani.” Artikel diakses pada 18 April 2014

Lebih ringkasnya, jalur murid dan guru antara Kiai „Arifun yang sampai kepada Imam Muhammad Nawawi al-Bantani dapat dirangkum dalam skema berikut:

Gambar 3: 3 Jalur Guru Kiai ‘Arifun sampai kepada Muhammad Nawawi al-Bantani

Selanjutanya kemabali kepada pembahasan tentang pesantren tempat Kiai

„Arifun menuntut ilmu. yaitu pesantren al-Wafa Temporejo. pesantren tersebut

unggul dalam pelajaran tata Bahasa Arab seperti n wu, arf, kailâni, alfiyyah. Mata pelajaran yang ada di pesantren tersebut bercorak salafî.27 Muhammad

„Arifun dikenal sebagai alumni yang ahli dalam penerjemahan kitab berbahasa

Arab ke dalam Bahasa Madura. Di pesantren tersebut. Muhammad „Arifun juga dijadikan konsultan oleh para santri dan alumni Pesantren al-Wafa tentang

27

Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013.

Imam Muhammad Nawawi al-Bantani (1813-1897)

Syaikhona Kholil Bangkalan (1235 H/ 1820 M-w.1343) H/1925 M

Abdul „Aziz (Kiai Ali Wafa

Temporejo/Temporan), (w.1961 M)

Bisri Mustafa, Rembang (1915 M-w.1977 M)

Muhammad „Arifun (1927 M)

keilmuan Islam seperti iq , u l iqh, tafsîr dan lain-lain.28 Muhammad „Arifun mempelajari beberapa ilmu agama di Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa seperti fikih, t u id, tajwîd, n wu dan araf.29 Adapun kegiatan di Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa terdiri dari beberapa kelas yaitu sebagai berikut: Petama, i (kelas nol dalam Bahasa Arab), kelas ini terbagi menjadi dua bagian: ifir A ( ull m l -Taufîq, Aq d l- Aw m, Hidayah al-sîbyân). Mata pelajaran tersebut dipelajari setiap pukul 08:30-10:30. hifr B ( Aq d l- Aw m, Hidayah al- iby n, Safînah al-Najâ). Kedua, kelas I, al-Jurûmiyyah, kelas II al-Jurûmiyyah (lanjutan pelajaran dari kelas I). Ketiga, Kelas III, Imri î. Kelas IV, V, dan VI kitab alfiyyah.

Selain tingkat ifr sampai kelas enam, ada mata pelajaran yang dilaksanankan setelah shalat lima waktu yang di bimbing langsung oleh Kiai Abdul „Aziz. Mata pelajarannya terdiri dari beberapa bagian yaitu: Pertama, setelah dzuhur memepelajari fikih dan hadits seperti Fat al-Qarîb dan ahih Bukhari Kedua, setelah shalat ashar mempelajari tasawwuf dan arraf seperti kitab arraf fî Sirâji al- lib n. Ketiga, setelah magrib mempelajari kitab al-Dasûkî. Keempat, setelah isya‟ mempelajari kitab Sy ’l m dan Kifâyah al-

Awâm. Kelima, setelah shubuh mempelajari Tafsîr, Ibnu Aq l, dan Fat al-

Mu’ n.30 Meskipun kitab tersebut sudah tamat atau selesai dipelajari, kitab-kitab tersebut dipelajari berulangkali.31 Berdasarkan beberapa mata pelajaran di Pesantren al-Wafa Temporejo, „Arifun sangat menyukai ilmu tata bahasa Arab

28

Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir.

29

Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari.

30

Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir.

31

seperti ilmu na wu dan ilmu arf. Maka dari itu, „Arifun mampu dalam melakukan penerjemahan kitab-kitab berbahasa Arab kedalam Bahasa Madura.