(Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura
Karya Muhammad
‘Arifun
)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh
Ummi Hannik
NIM: 109034000087
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ummi Hanik
Nim : 109034000087
Jurusan : Tafsir Hadis Fakultas : Ushuluddin
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persayaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 29 Desember 2014
(Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura
Karya Muhammad
‘Arifun
)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh
Ummi Hannik
NIM:109034000087
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
Motto
*Perjuanagan*
Hidup Memerlukan Pengorbanan
Pengorbanan Memerlukan Perjuangan
Perjuangan Memerlukan Ketabahan
Ketabahan Memerlukan Keyakinan
Keyakinan Pula Menentukan Kejayaan
Kejayaan Pula Menentukan Keberhasilan
(By.Gantungan Kunci)
Sabda Nabi:
Peliharalah (Perintah dan Larangan) Allah, Niscaya
kamu akan selalu merasakan kehadiran-nya.
kenalilah Allah waktu kamu senang, niscaya
Allah Akan Mengenalimu Waktu Kamu dalam Kesulitan.
Ketahuilah Apa Yang Luput dari Kamu Adalah
Sesuatu Yang Pasti Tidak Menganaimu dan Apa Yang
Akan Mengenaimu Pasti Tidak Akan Meleset dari Kamu.
Kemenangan(Keberhasilan) Hanya Dapat Dicapai dengan
Kesabaran.
Kelonggaran Bersamaan dengan Kesusahan
dan Datangnya Kesulitan Bersamaan dengan Kemudahan
(HR.Tirmidzi)
Sabar adalah separuh dari iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan.
(HR. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi)
Bukan orang yang sabar, kecuali orang yang
Pernah mengalami kesalahan dan bukan orang
Yang arif kecuali orang yang pernah melakukan uji coba.
(HR.Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
Firtman Allah:
اَل
اهلِِا اًسَْفَاُهّللاُُفََُُّا
اَُاسًَََََْا ََا َََلا ََََسُُْا
اسًََََْتسَلا ََا ََسفيََّع
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya
vi
Sesungguhnya Perubahan Itu dari Sisi Manusia,
Sedangkan Kenudahan Itu dari Sisi Allah.
(Qatadah)
Firtman Allah:
اسمًَُِِْسفََأِبا ََالُُرففيَغُفُاىهتَحاٍمسوَقِبا ََاُرففيَغُفُاَل
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.
Q.S.Al-
Ra’d:11
vii
ABSTRAK
Ummi Hanik
Persembahan
Untuk kedua orang tua tercintaku
Abi Hafas Asmuni
dan Ummi Salimah
Terimakasih atas support doa dan materi yang tak henti-hentinya kalian sisihkan untuk
anakmu ini...!
Ummi...Abi....
Engkau adalah pahlawan tanpa jasaku
Engkau yang pertamakali mengajariku banyak hal
Engkau yang selalu menerima kekuranganku
Engkau yang selalu mendengarkan keluh kesahku
Engkau yang selalu ada di setiap masalahku
Engkau yang selalu menjadi motivasi terkuatku
Engkau yang selalu membuatku bangkit saat aku terpuruk
Dan....engkau pula yang membuat air mataku menetes saat aku melihat fotomu di kamarku.
Hingga...engkau membuatku mengukir sejuta mimpi untukmu...
Ummi....Abii... Engkau adalah segalanya bagiku.
Aku sadar semua manusia pasti mengalami kematian
Tapi sungguh tak sanggup rasanya jika suatu saat nanti...
Aku tidak lagi mendengar ocehan kasih sayangmu
Ummi... Abi... Mungkin saat ini aku belum melunasi semua
cita-citaku dan cita-citamu tentangku....karena kebodohanku
Tapi, aku sadar aku hanya manusia biasa yang hanya bisa berharap,
berdoa, dan pasrah di atas kekuatan Allah yang Maha Esa
Ummi....Abi.... Selama jantung ini masih berdetak, aku...anakmu ini,
akan selalu berusaha menjaga asa, dan citaku untuku, untukmu, dan
untuk-Nya karena aku percaya Allah itu ada
Ummi..Abi...Semoga di sisa umurku dan umurmu ini, aku selalu
bisa membuatmu tersenyum bahagia.Amin..!
Ciputat, 21 Desember 2014
viii
Abstrak
Ummi Hannik
Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun)
Skripsi ini mengkaji tentang model terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa Madura karya Muhammad „Arifun yang ditulis dengan huruf peggu (Arab-Madura), model terjemahan gandul (antarbaris). Diangkatnya terjemahan tersebut, untuk memperkenalkannya kepada publik, karena sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk dikelompokkan sebagai karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain. Selain itu, untuk menambahkan pernyataan Peter G.Riddel, bahwa terjemahan antar baris yang berkembang di Madura pada abad ke-19, tidak hanya ditulis dalam bahasa Jawa, tetapi juga bahasa Madura, mengingat tahun penulisan terjemahan Tafsîr
l lain karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996. Rumusan masalah dalam penelitian ini di antaranya: Bagaimanakah model terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun?; Bagaimanakah isi keterangan tambahan dalam kata , dan ulu u t ’ l serta catatan kakinya?; Bagaimana konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dalam terjemahannya? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model terjemahannya, untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam terjemahannya, dan untuk menilai konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arabnya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach).
Sumber data primernya adalah kitab “Tarjamah Tafsîr Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura.” Sedangkan data skundernya adalah data-data pendukung seperti Tafsîr al-Jalâlain sebagai teks sumber yang diterjemahkan, terjemahan
Tafsîr al-Jalâlain bahasa Indonesia, buku ul m al-Qur’ n, teori penerjemahan
al-Qur‟an, tulisan tentang literatur tafsir Indonesia, model terjemahan lokal tafsir
al-Qur‟an di Indonesia dsb. Selanjutnya melakukan wawancara dengan penerjemah, keluarga penerjemah, masyarakat sekitar kediaman penerjemah, dan penerbit, untuk memperoleh informasi pribadi penerjemah guna mengungkap latar belakang keluarga, pendidikan, sosial, khususnya latar belakang penerjemahannya atas Tafsîr al-Jalâlain. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif
sekaligus mengeksplorasi secara mendalam metode terjemahan Kiai „Arifun untuk
dianalisis agar memberikan pemahaman tentang model terjemahannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kiai „Arifun menggunakan dua metode dalam terjemahannya yaitu harfiyyah dan tafsiriyyah. Pertama, harfiah gandul, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Arab. Dalam terjemahan ini, ada tiga simbol gramatikal Bahasa Arab yang konsisten digunakan di antaranya huruf mîm sebagai mubtadâ’ diistilahkan dengan kata dining, huruf k ’ sebagai khabar diistilahkan dengan kata panika, huruf ’ sebagai ‘ l diistilahkan dengan kata pasira. Kedua, ada komentar penerjemah atas ayat yang ditafsirkan, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Madura. Kedua,
terjemah tafsiriyyah, yaitu keterangan tambahan yang diawali kata fâ’idah k ah
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa
Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya
Muhammad ‘Arifun.” Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penulisan skripsi ini berdasarkan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian sampai perbaikan skripsi di antaranya:
Kepada Dr. Abdul Moqsith Gazali, MA. dosen sekaligus pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, saran, dan masukan yang diberikan kepada penulis selama proses pembelajaran untuk pembuatan skripsi bab satu sampai bab penutup. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah mengoreksi skripsi saya berulang kali, sehingga sampailah pada titik ahir.
Kepada Bapak Dr. Mafri Amir, MA. dan Bapak Eva Nugraha, MA. selaku dosen sekaligus penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses sidang skripsi. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah menjadi penguji skripsi saya dan juga terimakasih atas arahan dan masukannya dalam proses revisi skripsi saya.
x
pembuatan judul dan proposal skripsi. Bapak Jauhar Azizy, MA selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis. Serta kepala beserta staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Pascasarjana, dan Perpustakaan Fakultas terimakasih atas pelayanan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kepada Dr.Bustamin, M.S.i, dosen Tafsir Hadits Penulis ucapkan terimakasih banyak yang telah memberikan saran kepada penulis untuk melakukan penelusuran karya tafsir, terjemah tafsir, terjemah al-Qur‟ân, dan karya kitab hadits yang ada di wilayah Madura. Atas saran pak Dr. Bustamin tersebut, penulis akhirnya melakukan penelusuran atas kitab-kitab tafsir karya Kiai Madura dibantu ibu penulis yaitu Salimah Hafas dan akhirnya ditemukanlah sebuah kitab berjudul “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura,” dari toko kitab “Saichona Kholil Bangkalan.”
Kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan starata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan terimkasih pula atas bantuan dananya melalui Beasiswa PMDK KHUSUS BLU Fakultas Ushuluddin, sehingga penulis dibebaskan dari pembayaran SPP selama 8 semester (I-VIII).
xi
Terimkasih juga atas support dan doanya kepada kedua orang tua tercinta dan penulis hormati, Ummi Salimah dan Abi Hafas Asmuni. Mereka berdua yang membantu dalam proses penelitian skripsi ini, mulai dari penelusura kitab
Tarjamah Tafsir al-Jalâlain bahasa Madura sampai proses wawancara penulis
dengan Muhammad „Arifun. Awalnya penulis tidak mengetahui keberadaan kitab
tersebut, karena penulis mengutarakan keinginan penulis untuk mencari karya tafsir atau hadis bahasa Madura, ummi berupaya mencari dan bertanaya ke toko-toko yang berada di Bangkalan dan alhamdulillah ahirnya ummi menemukan
sebuah karya terjemahan Muhammad „Arifun yang berjudul “Terjemah Tafsîr
al-Jalâlain Bahasa Madura” di toko kitab Saichona Kholil Bangkalan. Kemudian ummi membelikan untuk saya sebanyak 12 jilid untuk dikirim ke Jakarta. Itulah hebatnya kedua orang tua yang tak hentinya berjuang demi kesuksesan anaknya. Kemudian terimkasih juga atas support dan doanya, kepada kakak penulis, Sirojul Alam, dan Afifah Darajat. Adik laki-laki penulis Hammad Abal Alam yang saat ini duduk di semester V Jurusan Tafsir Hadits, dan adik perempuan penulis Imamatul Abidah.
Kiai Muhammad „Arifun dan sekeluarga yang telah bersedia untuk penulis
wawancarai di kediamaannya Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi Jember dan
terimaksih banyak kepada Muhammad „Arifun yang mengizinkan penulis untuk
menjadikan karya terjemahannya sebagai sumber primer dalam skripsi ini. Saya juga bersyukur bisa dipertemukan dengan Muhammad „Arifun selaku penerjemah
Tafsîr al-Jalâlain, sosoknya yang sederhana, pekerja keras, produktif, dan da‟i
xii
ruko Sunan Ampel di antaranya Bapak Masyhud, Bapak Saleh, Bapak Edi dsb. Penulis ucapkan terimakasih atas segala informasi yang diberikan mengenai proses percetakan dan sejarah penulisan kitab hingga sampai ke tangan penerbit.
Kemudian tak lupa pula kepada rekan kerja di bagian kasir Minimarket Prima Mart, restoran Sotokauman Kudus, Lembaga Survey Indoriset, dan Indeks Indonesia. Pengalaman yang penulis dapatkan dari beberapa tempat kerja tersebut membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan pengalaman bagaimana berwirausaha, pembelajaran berfikir mandiri, bersosialisaisi dan menghargai sesama. Selain itu, bisa membantu meringankan beban orang tua penulis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama di Jakarta. Dengan pengalaman kerja tersebut, membuat penulis merasakan susah, lelahnya berjuang mempertahankan hidup di Jakarta dan membuat penulis termotivasi untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 konsentrasi ilmu tafsir atau linguistik. Kemudian teman-teman mulai dari teman kelas TH-A, TH B, TH-C/2009. yang sampai saat ini mewarnai kehidupan penulis selama di Jakarta khususnya dalam prosesi penyelesaian skripsi ini baik dalam hal saling memotivasi, support, saling memberi informasi tentang mekanisme pelaksanaan sidang skripsi dan wisuda, dan yang paling penting adalah saling mengingatkan tentang kekuasaan Allah atas kasih sayangnya. Dan hal itu membuat penulis tenang dan semangat dalam mengerjakannya, apalagi ketika mengingat Ummi dan Abi yang telah tiga kali berturut-turut mengantarkan
penulis ke Jember untuk mewawancarai „Arifun sebagai penerjemah kitab.
Ciputat, 14 Januari 2015
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku “Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi)” yang
ditebitkan oleh CEQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Kecuali huruf yang menggunakan garis dibawah dalam buku pedoman diganti dengan titik di bawah.
Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ا
tidak dilambangkanب
b beت
t teث
ts te dan esج
j Jeح
h dengan titik bawahﺙ
kh ka da haد
d dexiv
ر
r erز
z zetس
s esش
sy es dan yeص
es dengan titik di bawahض
de dengan titik di bawahط
te dengan titik di bawahظ
zet dengan titik di bawahع
„ koma terbalik di atas hadap kananغ
gh ge dan haف
f efق
q kiك
k kaل
l elxv
ن
n enو
w weﻫ
h haء
‟ apostrofي
y yeVokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan
ﹷ A fat ah
ﹻ I kasrah
ﹹ U ammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan
ي ___ Ai a dan i
xvi
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf,yaitu:
Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan
َاى
â a dengan topi di atasْيِى
î i dengan topi di atasْوُ ى
u dengan topi di atasKata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, dialihaksaran menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dî wân bukan ad-dî wân.
Syaddah (Tasydid)
xvii
Ta Marb ah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marb ah terhdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Oleh kata sifat (n ’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marb ah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh nomer 3).
contoh:
No Kata Arab Alih aksara
1
ةقيرط
arî qah2
ةّيماساا ةعما ا
al-jâmi„ah al-islâmiyyah3
دوجولا ةدحو
wa dah al-wujûdHuruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketemtuan yang belaku dalam ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri,dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandangnya. (Contoh: Ab âmid al-Ghazâli bukan Ab âmid Al-Ghazâli, al-Kindi Bukan Al-al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
xviii
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al- amad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja ( ’ l), kata benda (ism), maupun huruf ( arf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas:
Kata Arab Alih aksara
ُذاَتسُاا َبَﻫذ
dzahaba al-ustâdzuُرْجَاا َتَبَ ث
tsabata al-ajruَعلا ةَكرَ ا
َةّيرص
al- arakah al-„a riyyahﻅّللا ّاا َهلِا َا ْنَأ دَهْشا
ه
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâhحِلاَصلا ِكِلَمَانَاْوَم
Maulânâ Malik al- âliها ُمُكًرّ ثَؤُ ي
yu‟atstsirukum Allâhةّيلُقَعلا رِﻫاَظَما
al-ma âhir al-„aqliyyahلا ُتَايَاا
ُةّينْوَك
al-âyât al-kauniyyahxix
PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON
Transliterasi Jawi-Pegon yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada transliterasi Jawi-Pegon yang bersumber dari Library of Congress.1
Abjad dan Huruf
Pangkal Kata Tengah Kata Akhir Kata Tunggal Padanan
Rumi
ﺍ
ا
ا
ا
terkecuali(lihat Note 1)
ب
ب
ب
ب
bت
ت
ت
ت
tث
ث
ث
ث
*th, s (lihatNote 2)
ج
ج
ﺞ
ج
jc
ح
ح
ح
ح
hخ
خ
ﺙ
khد
د
د
د
dذ
ذ
ذ
ذ
*dh,z (lihatNote 2 n 3) dh (lihat Note
8)
ر
ر
ر
ر
rز
ز
ز
ز
z (lihat Note
1
xx
3)
س
س
س
س
sش
ش
ﺶ
ش
sy (lihat Note3)
ص
ص
ص
*s, s (lihatNote 2 and 3)
ض
ض
ض
ض
*d, d (lihatNote 2 and 3)
ط
ط
*t, t (lihatNote 2 and 3)
ظ
ظ
*z, i, z (lihatNote 3 and 4)
ڟ ڟى ڟى ڟ th (lihat Note
8)
ع
ع
ع
ع
omit (lihatNote 3)
غ
غ
غ
gh (lihat Note3) ڠ
ـ ـ ـڠ ـڠ ڠ ng
ف
ف
ف
ف
*f, p (lihatNote 3 and 5)
ق
ق
ق
ق
*q, k (lihatNote 2) p
ك
ك
ك
ك
kڬ ڬى ڬى ݢ g
ل
ل
ل
ل
lxxi
ن
ﻨ
ن
ن
nث
nyﻫ
ﻫ
ه
ق,ة
hﻭ
و
و
و
w, u, o, au(lihat Note 6)
ۏ
ۏ
ـۏ
ۏ
Vي
ي
ى
ى
y, i, e, ai (lihatNote 7)
Vokal dan Diftong
ا
ََ
a
و
َُ
u
ي
َِ
i
-
῀
ĕ
ي
ﻳ
َ
e, aixxii
Notes
1 For the use of alif see rules 3-5
2 Letters in the Romanization column marked with an asterisk (*) represent the romanized value of the equivalent Jawi letter when it occurs in Arabic words (not Arabic loan words). The letter not designated with an asterisk represent the proper romanization value for the letter when it occurs in Malay words. The boundary between words that are Arabic loans and those that are foreign Arabic terms used in Malay context is not always easy to draw. Common usage for the types of literature in which such words appear should always be followed.
3 Jawi letters typically found only in Arabic and Arabic loan words
4 Some words of Arabic origin with the letter
ﻇ
have come into the languagewith the equivalent / (e.g., lahir), others with the equivalent z (e.g., zalim).
5 The letter
ﻑ
is often used as a shorthand way of writingﭪ
. When this isclearly the case, the letter
ﻑ
should be romanized as p.6 On
ُ
(wau), see rules 6 and 8b7 On
ي
(yad), see rules 7 and 8bxxiii
Note:
The words
َ فا, َْوف
in case
“Tarjamah Tafsîr Jalâlain litashîlial-Fikri Bahasa Madura,” are use Romanization p
RULES OF APPLICATION
1 Jawi orthography far from standard, particularly in handwritten documents. Nevertheless, for the purposes of cataloging, it is essential to standardize the romanized form of every lexeme. Two widely accepted standards for writing Malay in the Latin script exist: the Indonesian and the Malaysian. In this table, the Indonesian standard, referred to as Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, has been employed
2 Arabic words (not Arabic loan words) appearing in a malay text are analogous to French words and expressions in a Russian novel or latin phrases in Chatolic theology text, and their distinctness should be preserved by transliterating them in accordance with the rules governing the romanization of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized differently at different points in the same text.
Thus the word
سُدق
will be romanized kudus when it appears as a Malayword, but quds when it is used as an Arabic term or in an Arabic phrase
3
ل
(alif),و
(
wau), andﻱ
(yad) are used to supportﺀ
(hamzah); when so usedxxiv
4 At the beginning of a word, alif represents an initial vowel or diphthong
and is romanized accordingly as a, e, i, u o
(
و
ل
)
, au,(
و
ﺍا
)
, e, (ُ
ﺍ
),
or ai(
ُ
ﺍ
).Following a consonants, alif represents the vowel Romanized as a.
5 The optional alif gantung (for example, in the word
غ
ا يت
)
,
when used, doesnot change the Romanized of the word
6 The letter
و
(wau) is used: (a) to represent the consonanat romanized as w,(b) to represent the vowels dipthong romanized as u, o, and au, and (c) to support ﺀ (hamzah) (see rule 8b).
7 The letter
ﻱ
(yad) is used: (a) to represent the consonant romanized as y,(b) to represent the vowels and dipthong romanized as, i, e, and ai, and (c)
to support
ﺀ
(hamzah) (se rule 8b).8
ﺀ
(hamzah)a) In Arabic words, and most Arabic loans where it is found, hamzah is romanized according to the rules for Arabic (including use of the non-alphabetic mark ‟ (alif)).
b) Hamzah used to separate contiguous vowels, supported by
ﺍ
, orو
,
or ﻱ, is not represented in romanization (for example, lain
نُأ
,
lautxxv
c) Hamzah replacing initial alif in vowel-initial words to which the prefix ke-or se has been attached by the vowel value that it elided
(
ام ئَ
keenam,د ئْ
seindah,غ
ارؤْ
seorang)d) A hamzah used after the reduplicating numerial 2 in vowel-final roots followed by the suffixes –an or –i is not represented in romanization
e) The occasional use of hamzah to represent a word final glottal stop
(for example,
ءلديت
) is romanized as k.9 Words doubled with the number 2 should be written out in full (for
example, mata-mata
٢
ت َ
ا
). When the root ends in a consonant such thatan appended –an or –i suffix must reduplicate the final consonant, the doubled consonant, the doubled consonant is not represented in the
romanization. (for example: rumput-rumputan
انت
۲
ْ َ
ر
)10 In cases where the postpositive itu or prepositive yang are joined to the preceding or following word, they should be romanized as separate words. 11 Alif maqsurah, waslah, maddah, shaddah, and tanwin are not commonly
xxvi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON ... xix
DAFTAR ISI ... xxvi
DAFTAR TABEL ... xxxi
DAFTAR GAMBAR ... xxxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ... 1 B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11 C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11 D.Kajian Pustaka ... 12 E. Metodologi Penelitian ... 22 F. Sistematika penulisan ... 25
BAB II TINJAUAN UMUM PENERJEMAHAN AL-QUR’AN
A.Pengertian dan Perbedaan antara Terjemah dan Tafsir ... 27 B.Jenis-jenis Penerjemahan al-Qur‟an dan Syarat-syaratnya ... 34 C.Model Terjemahan Lokal ... 38
BAB III PROFIL MUHAMMAD ‘ARIFUN
xxvii
BAB IV PROFIL KITAB TARJAMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN LITASHÎLI
AL-FIKRI BAHASA MADURA
A.Profil Singkat Kitab Tafsîr al-Jalâlain ... 62 B.Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia ... 64 C.Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya
Muhammad „Arifun ... 68
D.Gambaran Umum Kitab TarjamahTafsîr al-Jalâlain litashîli
al-Fikri Bahasa Madura ... 69
BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN
BAHASA MADURA
A.Metode terjemah Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun ... 77 B.Keterangan Tambahan dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain
Bahasa MaduraKarya Muhammad „Arifun ... 87 C.Konsistensi Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab
dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun . 134
BAB VI PENUTUP
A.Kesimpulan ... 143 B.Saran ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 146
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Biodata Informan ... 151 2. Lampiran 2 Foto Bersama Muhammad „Arifun di Pesantren Darul Ulum
xxviii
Bahasa Madura Jilid 1-12 ... 157 4. Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara dengan Muhammad „Arifun ... 164 5. Lampiran 5 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhammad „Arifun ... 165 6. Lampiran 6 Hasil Transkip Wawancara dengan Anak Muhammad „Arifun
(Abdul Bari dan Siti Munawaroh) ... 170 7. Lampiran 7 Surat Keterangan Wawancara Penerbit Mutiara Ilmu ... 173 8. Lampiran 8 Hasil Transkip Wawancara dengan Penerbit Mutiara Ilmu ... 174 9. Lampiran 9 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhsinin (Alumni Pesantren
Kemoneng, Cabang Pesantren al-Wafa Temporejo) ... 177 10Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian Museum Bayt al-Qur‟an
TMII (Taman Mini Indonesia Indah) ... 181 11Lampiran 11 Sejarah Ringkas Pengasuh Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi...182 12Lampiran 12 Gambar Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya
(KH.Hasan Basri)... ... 183 13Lampiran 13 Skema Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya
(KH.Hasan Basri) ... 184 14Lampiran 14 Ragam Pembuka Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa
Madura Karya Muhammad „Arifun ... 186 15Lampiran 15 Ragam Penutup Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain
Karya Muhammad „Arifun ... 190
16Lampiran 16 Cover Karya Intelektual Muhammad „Arifun Lainnya ... 195 17Lampiran 17 Terjemahan Muqaddimah (Pendahuluan) Tafsîr al-Jalâlain
xxix
19Lampiran 19 Kata Pengantar Pengasuh Jamaah Pengajian Surabaya (JPS) ... 202 20Lampiran 20 Kata Pengantar Tim Penerjemah “Al-Qur’ n T rjamah Basa
Madura” dalam Bahasa Madura ... 203 21Lampiran 21 Kartu nama penerjemah, keluarga penerjemah, dan penerbit
Mutiara Ilmu beserta penerbit karya intelektual Kiai „Arifun lainnya ... 204 22Lampiran 22 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam
Kitab Kaifiyatu Rumzi al-M ’ n l l-Madâris wa al-M ’ l-Islâmiyyah
Karya Muhammad Mujtabi Thaifur, Kediri ... 206 M ’ l 23Lampiran 23 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam
kitab al-Iktisyâf fi Tadrîbi Qirȃ’ Kutub l-Salaf li al-Mubt ' ’ȋn karya Abdul Hannan Tibyan, Pesantren Puncak Daru Salam Pamekasan Madura . 208 24Lampiran 24 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam
kitab Nubdah al-B y n T lîl M ‘r Q w ’ S y K l m A l ‘Ir n; Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil karya
Abdul Hamid Ahmad Mahfudz Ziyadi, dkk, Pamekasan Madura ... 213
25Lampiran 25 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Indonesia ) dalam kitab M t n l- ur m yy l l-Im m l- on j n T rj m nny dan Penjelasannya karya Abdul Khaliq (Pondok Pesantren Pamekasan
Madura) ... 215 26Lampiran 26 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam
“Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional(Suatu Pendekatan
Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” karya Ali Abu Bakar
xxx
27Lampiran 27Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam
“Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Sadur
xxxi
DAFTAR TABEL
1 Tabel 2: 1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir ... 33 2 Tabel 2: 2 Daftar Simbol dan Istilah Simbolik Terjemahan Madura ... 46 3 Tabel 2: 3 Terjemahan Huruf Jer dalam Bahasa Madura dan Indonesia ... 48 4 Tabel 2: 4 Terjemahan Huruf ‘A af Bahasa Madura dan Indonesia ... 49 5 Tabel 3 :5 Karya Intelektual Muhammad „Arifun ... 61 6 Tabel 4: 6 Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr Jalâlain di Indonesia ... 67 7 Tabel 4: 7 Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli
al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis ... 75 8 Tabel 5: 8 Rangkuman Kata Fâ’idah, Q ah, dan qauluhu t ‘âla
dalam Terjemahan Tafsȋr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun ... 87 9 Tabel 5: 9 Rangkuman Catatan Kaki dalamTerjemahan Tafsȋr
al-Jalâlain Karya Muhammad „Arfun ... 116
10 Tabel 5: 10 Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam
xxxii
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 2: 1 Skema Pengertian Terjemah ... 29 2 Gambar 2: 2 Skema Pengertian Tafsir ... 31 3 Gambar 3: 3 Jalur Guru Kiai „Arifun sampai kepada Imam Muhammad
Nawawi al-Bantani ... 57 4 Gambar 5: 4 Contoh Umum Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad
„Arifun Surah Âli Imrân Ayat 31 ... 79
5 Gambar 5: 5 Fâ’ Surah al-Baqarah dan Makna Alif Lâm Mîm ... 89 6 Gambar 5: 6 Fâ’ Bacaan Ist ‘âdzah ... 95 7 Gambar 5: 7 Fâ’idah Bacaan Basmalah ... 101 8 Gambar 5: 8 Keterangan Tambahan tentang Iblis ... 104 9 Gambar 5: 9 Keterangan Tambahan tentang Q ah ... .110 10Gambar 5: 10 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟
Ayat 71 ... 118 11Gambar 5: 11 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟
Ayat 154 ... 120 12Gambar 5: 12 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-Ma‟idah
ayat 44 ... 123 13Gambar 5: 13 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al- Mâ‟idah
Ayat 108 ... 126 14Gambar 5: 14 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-A„râf
ayat 57 ... 128 15Gambar 5: 15 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟
xxxiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Terjemah al-Qur‟an adalah pemindahan atau pengalihan al-Qur‟an ke dalam bahasa asing selain Bahasa Arab. Dilakukannya pemindahan al-Qur‟an ke dalam bahasa terjemah agar dapat dikaji oleh orang yang belum memahami Bahasa Arab. Hal tersebut sebagaimana pernyataan Muhammad „Al al- b n .1 M.Tata Taufik, sebagaimana dikutipnya dari Jp.Vinay dalam Georges Mounin, menjelaskan bahwa Khalid Abdurrahman Ak mendefinisikan terjemah
al-Qur‟an sebagai pengalihan makna atau sebagian makna al-Qur‟an sebatas
kemampuan dan kebolehan yang diberikan ilmu tafsir dan takwil, dan bukan berarti menyalin al-Qur‟an asli.2
Berkenaan dengan penerjemahan al-Qur‟an, khususnya di Indonesia. Peter G.Riddel menyimpulkan dalam penelitiannya tentang “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” bahwa terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia telah dirintis sejak abad ke-16, yaitu sejak zaman Hamzah Fansuri. Menururtnya, sejak zaman tersebut, terjemahan al-Qur‟an terbagi dalam tiga periode penting.3 Peter menambahkan, bahwa Tarjumân
1
Muhammad „Al al- b n , Ikhtisar fi Ulum al-Qur‟an. Penerjemah Muhammad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.333.
2M.Tata Taufik, “Problematika Kebahasaan Terjemah,” Affaq „Arabiyyah I, no.2 (Juni
2007): h.176.
3
Tiga periode tersebut di antaranya, (1)sekitar tahun 1500-1920, dengan dua jenis terjemahan yaitu bahasa Indonesia dan Melayu. pada periode ini, menurut Riddel, ditemui terjemahan sepenggal-sepenggal yang dibuat oleh banyak penulis sebagai ilustrasi bagi doktrin-doktrin atau argumen-argumen teologis tertentu. Kemudian ditemukannya contoh-contoh tafsir yang cukup lengkaap tentang wacana-wacana al-Qur‟an; (2)sekitar tahun 1920-an-1960, menurut Riddel, minat orang untuk membuat terjemahan al-Qur‟an ke dalam bahasa Indonesia dan Melayu mulai menguat; (3)pertengahan tahun 1960-an sampai sekarang menurut Riddel banyak muncul terjemahan penggalan-penggalan ayat al-Qur‟an dan terjemaha wacana-wacana yang lebih panjang, serta munculnya kembali tafsir panjang lebar dalam bahasa Indonesia, serta lahirnya keinginan untuk mengabadikan efek puitis dari teks asli arabnya. Lihat, Peter G.Riddell,
Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkel (w.1963), merupakan karya terjemahan lengkap kitab al-Qur‟an pertama dalam bahasa Melayu.4 Kemudian Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari
Tafsîr a -Ja lain.5 Van Den Berg, senada dengan Anthony, yang juga
menyatakan bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Melayu yaitu kitab Tarjumân al-Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkili.6 Sedangkan menurut Peter G.Riddel, Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan Tafsîr al-Khâzin
dan Tafsîr a -Ja lain.7 Mafri Amir dalam Literatur Tafsir Indonesia,
menjelaskan bahwa pola penulisan kitab Tarjumân al-Mustafîd yaitu pertama, ayat al-Qur‟an diterjemahkan secara harfiah. Kedua, terjemah tafsiriahnya dikategorikan dalam kata a n a q a dan kata mufassir.8
Ta s r al-Jalâlain merupakan sebutan populer dari Ta s r a -Qur‟ n a
-„ karya dua ulama yang sama-sama bernama Jal l, yaitu Jal l al-D n al
-Ma alli (w.864/1459) dan Jal l al-Dîn al-Suyȗ i (w.9911/1505 M.).9 Kitab tafsir
tersebut merupakan kitab yang sering dijadikan mata pelajaran wajib di berbagai pesantren Indonesia. Hal tersebut, sebagaimana penelitian van Den Berg, yang
“Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.400-404.
4
Ibid.,h.402.
5Anthony H. Jhons, “Tafsir Al
-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian
Awal,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 467-468; Faried F.Saenong, “Al-Qur‟an, Modernism, dan Tradisionalisme: Ideologisasi Sejarah Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia,” Jurnal
Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 511-12.
6
Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.158.
7Peter G.Riddell, “Menerjemahkan al
-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” h.402.
8
Menurut Mafri Amir, kategorisasi kata mufassir dan q a dalam Tarjumân al-Mustafîd merupakan keterangan asbabun nuzul. Kata bayân adalah penjelasan tentang ragam bacaan (Q r ‟a ). Sedangkan kata ‟ a merupakan guna, manfaat, fadhilah ayat dari surat yang dibaca. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum, Literatur Tafsir Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.18.
9
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi
menunujukkan bahwa Tafsîr al-Jalâlain, merupakan kitab tafsir yang digunakan sebagai kurukulum di 39 pesantren tingkat Madrasah Aliyah di Indonesia.10 Muhammad al-Fatih Suryadilaga, dalam artikelnya “Suntingan Teks Tafsir
Jalalayn,” juga menyatakan bahwa salah satu kitab tafsir yang sering dijadikan
sumber rujukan utama hampir semua pesantren salafiah di Indonesia adalah Tafsîr al-Jalâlain.11
Selain menjadi mata pelajaran wajib dan bahan rujukan pesantren di Indonesia, Tafsîr al-Jalâlain juga merupakan salah satu kitab tafsir yang sering ditemui versi terjemahannya, baik dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura. Berikut ini beberapa peneliti yang mengkaji tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia di antaranya, Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Kiai Bagus Arafah Sala, pernah menulis karya Tafsir Jalalen
Basa Jawi Alus Huruf Arab, tetapi belum sempat selesai.12 Kemudian Imam Zaki
Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah al-S w „al Tafs r al
-Jal lain,” menyebutkan empat terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya ulama
Indonesia, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of
Shoutheast Asian Kitabs.13 Kitab-kitab tersebut di antaranya (1)al-Qur‟ n wa
Bihamisyi Tarjumân al-Mustafîd karya Abdul Ra‟uf Sinkel; (2) Tarjamah Tafsîr
al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah dalam Bahasa Madura dengan aksara
Peggu (Arab-Madura), karya Abdul Majid Tamim Pamekasany; (3)Tar a a
Ta s r a -Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a
10
Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.158.
11
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” h.235.
12Anthony H. Jhons, “Tafsir Al
-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian
Awal,” h, 508.
13Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab H sy ah al
dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon (Arab-Sunda), karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz; (4)Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Jawa aksara Arab (Pegon), karya Muhammad Sa‟id Ibn „Abd.Nafi‟ Ibn Sihami.14
Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di Tatar Sunda;
Sebuah Penelusuran Awal,” juga menyebutkan beberapa kitab terjemahan Tafsîr
al-Jalâlain dalam bahasa Sunda, di antaranya karya dari Muhammad Bin
Abdullah al-Hasan yang berjudul Sa„a a a -Darayn fî Tar a a Ta s r a
-Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a . Kemudian
karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz, yang berjudul Tar a a Ta s r a -Qur‟ n
a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a dalam Bahasa Sunda.
Menurut Jajang, terjemah antar baris atas Tafsîr al-Jalâlain menjadi salah satu sumber penting dalam pengajaran agama di pesantren Sunda.15
Selain karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada juga kitab tafsir yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan. Hal tersebut sebagaimana penelitian Imam Zaki Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah
al-S w „al Tafs r al-Jalâlain.” Ia menyebutkan beberapa ulama Indonesia yang
menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al-Qur‟an di antaranya al-I r a„rifah al-Tafsîr al-Qur‟ n al-'Azîz karya Bisri Mustafa, kiai dari Rembang, Jawa Tengah, dan Rau atu „Ir n karya Ahmad Sanusi dari Sukabumi, Jawa Barat.16 Islah Gusmian, dalam Khazanah Tafsîr Indonesia; dari
Hermenetika hingga Ideologi, juga mencatat literatur tafsir al-Qur‟an di Indonesia
tahun 1990-2000, yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan di
14
Ibid.,” h.36-38.
15Jajang A.Rohmana, “Kajian al
-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013), h.217-218.
16Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab
antaranya (1)Meyelami Kebebasan Manusia karya Machasin; (2)Tafsir al-Hijr
karya Didin Hafiduddin; (3)Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur‟an
karya Nasarudiin Umar.17
Selain dijadikan rujukan utama penafsiran al-Qur‟an, Tafsîr al-Jalâlain
juga dijadikan rujukan dalam penerjemahan al-Qur‟an. Eri Hariyanto, dalam artikelnya “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura,” menyatakan bahwa al-Qur‟an Tarjamah Basa Madura yang disusun oleh Indrayadi, dkk, menggunakan Tafsîr a -Ja lain sebagai sumber rujukan utamanya selain al-Qur‟an Ter e a dari Kementerian Agama dan Ejaan Bahasa Madura tahun 2004 versi Balai Bahasa Surabaya. Berdasarkan penelitian Eri, Terjemahan al-Qur‟an tersebut terdiri dari tiga juz dengan pola terjemah harfiah, yakni terjemahan kata per-kata dalam aksara latin. Sistematika penyusunannya terdiri dari dua bagian pertama, teks al-Qur‟an ditulis per-ayat sesuai kaedah Madura di sisi kanan, diikuti dengan nomor ayat. Kedua, terjemah al-Qur‟an ditulis di tepi kiri diikutip nomor terjemahan yang disesuaikan dengan nomor ayat yang diterjemahkan.18
Berkenaan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada satu karya yang belum termasuk dalam kajian para peneliti tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain
sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli
al-Fikri Bahasa Madura karya Muhammad „Arifun, seorang da‟i asal Bangkalan,
17
Islah Gusmian, Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju, 2003), h.186-189.
18
Eri Hariyanto “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura.” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari
Kepulauan Madura.19 Karya tersebut merupakan terjemahan utuh dari Tafsîr a
-Ja lain yang ditulis dengan aksara peggu (Arab-Madura), dan diterbitkan
pertamakali oleh penerbit Mutiara Ilmu tahun 1996.20 Karya tersebut berjumlah 12 jilid. Terjemahannya terdiri dari dua bentuk pertama, menyajikan teks Tafsîr
al-Ja lain sebagai teks sumber dengan terjemah harfiah model gandul. Kedua,
menyajikan komentar atau ringkasan penjelasan dari terjemahan harfiah gandul di atasnya.
Berdasarkan beberapa karya terjemahan Tafsîr a -Ja lain di atas, penulis akan menjadikan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura
karya Muhammad „Arifun sebagai objek dalam penelitian dalam skripsi ini,
karena ingin memberikan pembuktian atas kajian para peneliti naskah Madura dan Ta s r Ja lain di antaranya, Azyumardi Azra dalam artikelnya “Naskah
Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” menyatakan bahwa Tafsîr Ja lain merupakan tafsir yang naskah terjemahan antarbarisnya dan juga edisi cetakannya banyak ditemukan.21 Penelitian dalam skripsi yang mengangkat karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura
19Menurut Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,”
Pulau Madura terletak di Timur Laut Pulau Jawa: berada pada posisi 113˚-115˚ Bujur Timur dan 6,5˚-7,5˚ Lintang Selatan dengan panjang sekitar 190 km dan lebar 40 km (De Jonge, 1989). Secara administratif, Pulau Madura termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan terbagi menjadi empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.
Lihat, Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,” Humaniora XXII, no.2 (Juni 2010): h.216. Artikel diakses pada 1 Januari 2015 dari
http://www.google.com/search?q=dialek+bahasa+madura&
20
Wawancara Pribadi dengan Masyhud, Surabaya, 28 Oktober 2013.
21
Menurut Azra, kepopuleran Tafsîr a -Ja lain disebabkan karena tafsir tersebut merupakan tafsir yang tidak rumit yang terjebak dalam wacana bahasa, fiqih, tasawwuf, kalam
atau filsafat, sehingga mudah dipahami kaum muslimin awam. Lihat, Azyumardi Azra, ”Naskah
Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir,ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.441; Lihat juga Ahmad Mujib el-Shirazy, (ed), Anotasi Kitab Kuning:
Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia (Jakarta:Darul Ilmi, 2007); Lihat juga
karya Kiai „Arifun ini, merupakan bukti bahwa terjemahan antarbaris masih dilakukan oleh ulama Madura.
Peter G.Riddel dalam artikelnya “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” menyatakan bahwa cetakan-cetakan al-Qur‟an yang disisipi terjemahan antar baris dalam bahasa Jawa berkemabang pada abad ke-19 di wilayah pesantren Sunda dan Madura. Peter hanya menyebutkan karya-karya terjemahan yang berasal dari Jawa dan Sunda.22 Oleh karena itu, penulis menjadikan terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura yang juga menggunakan model terjemahan antarbaris sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Hal ini karena sebagai tambahan dan suatu pembuktian atas pernyataan Peter, bahwa pada abad 19 perkembangan terjemahan antarbaris tidak hanya dalam bahasa Jawa tetapi juga dalam bahasa Madura. Hal tersebut, karena penulisan terjemahan Ta s r a -Ja lain bahasa Madura karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan
terbit pertamakali tahun 1996.
Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, menjelaskan tentang aktivitas tulis-menulis di Madura. Menurutnya, pada abad ke-19, pesantren di Madura dan Jawa Barat tidak menggunakan bahasa daerah mereka sendiri dalam penerjemahan kitab kuning, tetapi bahasa Jawa sebagai
22
Di antara kitab-kitab tafsir berbahasa daerah yang masuk dalam kajian Peter adalah (1)Fa a -Ra an Ta s r a -Qur‟ n dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Shaleh Bin Umar al-Samarani;(2)Ta s r a -Qur‟ n Suci dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Adnan, terjemahan
diselesaikan pada tahun 1977; (3)Qur‟an Suci Jarwa Jawi dalam Bahasa Jawa Karya
R.Ng.Djajasugita dan M.Mufti Sharif, terbit tahun 1958; (4) -Hu a Ta s r al-Qur‟an Basa Jaw karya H.Bakri Syahid terbit tahun 1979. Dalam bahasa Sunda Peter menyebutkan beberapa karya yang lahir awal abad ke-20 di antaranya (1)Haji Hasan Moestapa (1852-1930) menyusun terjemahan pertama ayat-ayat pilihan al-Qur‟an dalam bahasa Sunda. Ke-105 ayat pilihan tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kidung tradisional Sunda; (2)R.A.A Wiratakoesoemah menulis terjemahan lengkap surah al-Baqarah ke dalam bahasa Sunda pada tahun1940; (3)Ahmad Sanusi (1881-1950) menulis terjemahan berjudul a -K t a -Mu n Ta s r a -Qur‟ n dalam bahasa Sunda yang terbit tahun 1970; (4)R.Hidayat Suryalaga dengan karyanya Saritilawah Basa Sunda yang
mulai diterbitkan tahun 1940. Lihat, Peter G.Riddell “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa
mediumnya. Meskipun ada teks-teks Arab, terjemahannya berupa bahasa Jawa. Namun, menurut Martin, hal tersebut telah mengalami perubahan. Lebih lanjut Martin menjelaskan bahwa kitab kuning karya orang Madura, yaitu Abd.Majid Tamim Pamekasan, yang menerjemahkan lebih dari sepuluh buku dalam bahasa Madura, yang mencakup semua cabang ilmu agama.23 Kajian dalam skripsi ini juga berupaya melengkapi contoh karya terjemahan arab dalam bahasa Madura. Hal ini sebagai pembuktian atas pernyataan Martin, bahwa terjemahan teks Arab dalam bahasa Jawa yang digunakan di Madura, telah mengalami perubahan ke dalam terjemahan teks Arab dalam bahasa Madura yaitu dengan adanya karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madurakarya Kiai „Arifun yang dijadikan objek penelitian dalam skripsi ini.
Titik Pudjiastuti dalam tulisannya tentang “Madura,” yang dihimpun
dalam Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, juga melakukan penelusuran tentang naskah-naskah di Madura. Menurutnya, naskah-naskah yang teksnya berisi ajaran Islam biasanya berupa naskah tulisan dengan tiga bahasa, yaitu teks asli dalam bahasa Arab, terjemahannya dalam bahasa Jawa, dan penjelasannya dalam bahasa Madura.24 Lanjut Pujiastuti, naskah yang dihasilkan di kalangan pesantren men- ggunakan dlubang (dibaca dlubeng dalam bahasa Madura), dalam Bahasa Jawa
dluwang atau lontar, sedangkan aksara yang digunakan dalam teks adalah aksara
Arab atau pegu (tulisan Arab bahasa Madura).25 Menurut Pudijastutik, pendidikan formal di Madura yang mengajarkan aktifitas tulis-menulis, menjadikan sastra Jawa tertulis di pesantren masih terpelihara sampai sekarang, khususnnya di
23
Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.144-145.
24
Edi Sedyawati, dkk., (ed), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001), h.84.
25
pesantren-pesantren trandisional dengan sistem pendidikan madrasi (sekolah).26 Karya Tarjamah Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura dengan aksara peggu (Arab-Madura) karya Kiai „Arifun yang dijadikan objek penelitian ini, merupakan contoh atas pernyataan Pudjiastutik, bahwa sampai sekarang, aktifitas tulis- menulis masih berlangsung di pesantren Madura.
Selain beberapa alasan dijadikannya terjemahan Tafsîr a -Ja lain karya Muhammad „Arifun sebagai objek penelitian dalam skripsi, yang telah disebutkan di atas, ada juga beberapa alasan di antaranya pertama, terjemahan Ta s r a
-Ja lain karya Kiai „Arifun, sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk
dikelompokkan menjadi salah satu karya terjemahan tafsir al-Qur‟an. Maka dari itu, penulis bermaksud mengangkat sekaligus memperkenalkan karya „Arifun guna mengungkap salah satu khazanah terjamahan tafsir al-Qur‟an yang ada di Madura.
Kedua, Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura
karya Kiai „Arifun, memiliki keunikan tersendiri dari segi model terjemahannya
yaitu penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbol Madura. Istilah simbol dalam Bahasa Madura diantaranya posisi mubtadâ‟ diistilahkan dengan kata dining dan ditandai dengan huruf mim; khabar diistilahkan dengan
panikah dan ditandai dengan huruf k a‟; na„t diistilahkan dengan kata se dan
ditandai dengan huruf ad; a ‟u bih diistilahkan dengan kata da‟ dan ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a ‟u u laq diistilahkan dengan kata kalaban dan ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a‟ „ qil diistilahkan dengan kata pasirah
dan ditandai dengan huruf a‟ panjang, sedangkan untuk a‟ a ru„ qil
26
diistilahkan dengan kata ponapah dan ditandai dengan huruf fa‟ pendek.27 Selain itu, ada keterangan tambahan di luar teks sumber, yang di awali dengan kata
fâ`idah dan qi ah. Kemudian ada juga keterangan tambahan yang berbentuk
catatan kaki.
Ketiga,Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-fikri Bahasa Madura karya
Kiai „Arifun, merupakan terjemahan tafsir utuh dari Tafsîr a -Ja lain. Keunikan lainnya adalah bahwa Kiai „Arifun menggunakan dialek Pamekasan Madura dalam terjemahannya, meskipun ia berasal dari Bangkalan Madura. Hal tersebut disebabkan adanya keterpengaruhan dari gurunya yang berasal dari Pamekasan yaitu Kiai „Abdul „Aziz, pengasuh Pesantren al-Wafa, Temporejo, Jember, Jawa Timur. Di pesantren tersebut, Muhammad„Arifun belajar kepada Kiai „Abdul
„Aziz selama 19 tahun. Proses belajar mengajarnya, menggunakan Bahasa Madura
dialek Pamekasan. Maka dari itu, untuk proses penerjemahan Ta s r a -Ja lain,
Kiai „Arifun menggunakan pengetahuannya sendiri dalam Bahasa Madura dialek
Pamekasan. Keempat, „Arifun tidak menggunakan buku tata Bahasa Madura sebagai rujukan penerjemahannnya. Ia mempelajari Bahasa Madura secara otodidak. Hal tersebut dapat diapresiasi sebagai warisan budaya penerjemahan tafsir al-Qur‟an Bahasa daerah Madura.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Pembahasan tentang Tar a a Ta s r a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, akan dibahas lebih
lanjut dalam skripsi berjudul “Model terjemah tafsir al-Qur‟an berbahasa lokal (Analisis terjemahan Tafsîr al-Ja lain Bahasa Madura karya Muhammad
‟Arifun).”
27
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka penelitian dalam skripsi ini akan difokuskan pada pembahasan tentang model terjemahan yang digunakan
Kiai „Arifun dalam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa
Madura yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu. Agar pembahasannya dapat
dilakukan secara spesifik, maka masalah dalam penelitian ini akan dirinci ke dalam beberapa poin sebagai berikut:
1. Bagaimanakah model terjemahan yang digunakan Muhammad „Arifun dalam kitab TarjamahTafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura?
2. Bagaimanakah isi keterangan tambahan yang di awali kata a q a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan Kiai „Arifun?
3. Bagaimanakah konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab dalam terjemahannya?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Disamping untuk menambah wawasan penulis tentang literatur terjemahan Ta s r a -Ja lain yang berkembang di Indonesia, penelitian ini juga bertujuan:
1. Untuk mengetahui model terjemah yang digunakan Muhammad „Arifun dalam terjemahan Ta s r a -Ja lain.
2. Untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam permulaan kata a q a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan dalam
terjemahannya.
3. Untuk mengetahui konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab
Selain berguna untuk memberikan gambaran tentang Tarjamah Tafsîr
al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, penelitian ini juga berguna untuk:
1. Menempatkan secara proporsional keberadaan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain
litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun.
2. Melengkapi persyaratan untuk meraih gelar strata satu Theologi Islam dalam bidang ilmu Tafsir Hadits pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang model terjemahan lokal atas terjemahan al-Qur‟an, tafsir al
-Qur‟an maupun naskah keagamaan, khususnya di Indonesia telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Di antaranya Ali Abu Bakar Basamalah, dalam artikelnya “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan
Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren).”28 Dalam tulisannya, ia menyimpulkan bahwa kajian kitab kuning melalui terjemah tradisional memiliki sistem yang baku dengan proses penerjemahannya melalui tahapan, pemahaman teks sumber, pemberian arti leksikal maupun global, evaluasi parsial maupun menyeluruh. Terjemah tradisional yang dilakukan terhadap kitab kuning berbahasa Arab menurutnya menampakkan pesan dan bentuk bahasa sumber, dan di dalamnya ada unsur linguistik, dan ekstralinguistik teks. Kemudian disertai simbol-simbol linguistik, bahasa simbolik serta aturan gramatikal bahasa sumber yang berfungsi sebagai pengontrol. Artikel ini menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah
simbolik. Namun perbedaannya adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik Madura yang disesuaikan dengan berbagai literatur buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura.
Irhamni, dalam artikelnya “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren
Tradisional di Jawa: Kajian atas Praktek Penerjemahan Jenggotan,”29
menfokuskan kajiannya atas praktek penerjemahan jenggotan dalam proses pembelajaran di pondok pesantren tradisional di Jawa. Dalam tulisannya, Irhamni menyimpulkan bahwa terjemahan jenggotan ditopang oleh dua nilai di antaranya, nilai kepesantrenan dan nilai intelektual-akademik.
Iip Dzulkifli Yahya, “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di
Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, November
2009).30 Dalam artikelnya, Iip berupaya menghaditrkan tradisi yang dimangkirkan di daerah Sunda yaitu dengan memaparkan sejarah dan praktik ngalogat, serta perkembangan pasar kitab di daerah Jawa Barat. Iip menyimpulkan bahwa tradisi
ngalogat Sunda masih berlangsung di Pesantren Sunda tradisional (salafiyah).
Menurutnya, selama pesantren salafiyyah masih berdiri, tradisi ngalogat di pesantren salafiyyah di berbagai provinsi termasuk Jawa Barat, akan terus berkembang. Artikel ini juga menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbolik pada bab dua sub bab c. Perbedaan tabel simbol dan istilah simbolik antara artikel
29Irhamni, “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren Tradisional di Jawa: Kajian atas Praktek Penerjemahan Jenggotan,” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman XV, no.1 (1 Juni 2011), h.95-118.
30Iip Dzulkifli Yahya, “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirka
tersebut dengan skripsi ini adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik bahasa Madura yang disesuaikan dengan buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura yang menjelaskan rumus-rumus atau simbol pemaknaan kitab di Madura.
Abdul Munip, dalam bukunya yang berjudul Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab
di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010),31
menfokuskan kajiannya pada dinamika kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab tahun 1950. Menurutnya tahun 1950 merupakan bagian dari sejarah tradisi intelektualisme di Indonesia. Kemudian menurutnya tahun 1950 adalah awal di mulainya kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia. Objek penelitiannya adalah kitab-kitab berbahasa Arab yang diterjemahakan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Abdul Munip menyimpulkan dalam penelitiannya: Pertama, dinamika kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di klasifikasikan menjadi empat periode yaitu (1) Periode rintisan yang berlangsung sejak tahun 1940-an, (2) Periode pertumbuhan, yang berlangsung sejak tahun 1950-an sampai tahun 1970-an, (3) Periode percepatan, yang berlangsung sejak tahun 1980-an sampai tahun 1998, dan (4) Periode kebebasan, yang berlangsung sejak 1999 sampai sekarang. Masing-masing periode tersebut menurutnya memiliki corak atau karakteristik sendiri. Kedua, ada sejumlah motivasi yang melatarbelakangi penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di antaranya motivasi religius, motivasi edukatif, motivasi ideologis, motivasi ekonomis, dan motivasi stimulatif-provoaktif. Ketiga, menurutnya jenis terjemahan yang digunakan oleh penerjemah
31
dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar, yaitu terjemahan yang setia kepada teks bahasa sumber, yakni jenis terjemahan harfiah yang memiliki beberapa variasi. Kedua, terjemahan yang lebih memperhatikan bahasa sasaran, yakni jenis terjemahan bebas sampai dengan terjemahan yang sangat bebas. Buku karya Abdul Munip tersebut menjadi salah satu rujukan dalam menganalisi jenis terjemahan Ta s r a -Ja lain Bahasa Madura Karya Muhammad „Arifun yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.
Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al-Qur‟an Pegon
Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta” Jurnal Kajian al-Qur`an dan
Kebudayaan V, no.1, (Juni, 2012).32 Dalam artikelnya, Islah Gusmian
menfokuskan kajiannya pada aspek karakteristik lokalitas naskah terjemhan
al-Qur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta, meliputi struktur teknik penulisan
dan karakteristik terjemahan al-Qur‟an. Ia menyimpulkan beberapa hal, pertama,
naskah terjemahan al-Qur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta menjadi salah satu bukti historis tentang hubungan yang intens antara Islam dan keraton di Surakarta. Kedua, naskah tersebut didedikasikan untuk para santri Mamabaul Ulum sebagai bahan ajar, dengan adanya bahasa Jawa ngoko yang digunakan.
Ketiga, dari segi model khat dan teknik penerjemahannya, naskah tersebut
menunjukkan proses adaptasi dan adopsi. Bentuk terjemahan bersifat
a„nawiyyah. Keempat, dalam hal kategori penulisan terjemahan dan tafsir
al-Qur‟an aksara pegon, naskah Terjemahan al-Qur‟an Pe on (1346 H/1927 M)
lahirnya lebih awal dari pada tafsir al-Ibrîz karya Bisri Mustofa yang diterbitkan oleh Menara Kudus pada tahun 1960.
32Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al
-Qur‟an Pegon Koleksi
Azyumardi Azra, “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia
dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009). Dalam artikelnya,
Azra menfokuskan kajiannya pada tradisi terjemahan antarbaris di wilayah Melayu-Indonesia, dengan mengambil dua contoh bahasa terjemahan Melayu dan Jawa. Dalam tulisannya, Azra menyimpulkan bahwa tradisi terjemahan antar baris telah menjadi produk lokal di dunia Melayu, termasuk Indonesia ketika masyarakatnya menerima dan selanjutnya mengembangkan Islam dalam masyarakat setempat. Menurut Azra, fenomena terjemahan antarbaris, mengasumsikan bahwa penulisnya adalah murid-murid pesantren di lembaga pesantren Islam yang sedang belajar dengan membutuhkan penjelasan dari gurunya dan kemudian terjemahan tersebut, digunakan untuk kepentingan belajar mengajar bahasa Arab dengan murid-muridnya. 33
Saifuddin,“Tradisi Penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa; Suatu
Pendekatan Filologis.” Suhuf VI, no.2. (November 2013). Dalam artikelnya, Saifuddin menyimpulkan beberapa hal, pertama, sebelum abad ke-20 tradisi penerjemahan al-Qur‟an sudah berkembang secara massif di berbagai tempat di Nusantara, terutama di Jawa dengan corak umum menggunakan terjemahan Bahasa Jawa yang ditulis antarbaris, baik ditulis secara lengkap 30 juz, 15 juz ataupun beberapa surah-surah penting saja. Kedua, terjemahan antarbaris yang digunakan hanya al-Qur‟an di Jawa ditulis secara horizontal, tidak sebagaimana teknik yang biasa digunakan untuk teks-teks Arab lainnya. Adapun metode penerjemahannya, sebagaian besar menggunakan metode terjemah harfiyyah.
33Azyumardi Azra, “Naskah Terjemahan Antarbaris Ko
ntribusi Kreatif Dunia Islam
Ketiga, ciri-ciri penerjemahan yang dilakukan pesantren-pesantren ataupun lembaga pendidikan lainnya menggunakan Bahasa Jawa ngoko.34