• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersikap Pesimis, Melakukan Secara Hati-Hati, Tidak Terlalu Optimis (be pessimistic)

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 126-129)

1) Konteks tuturan : Saat chef master Juna berkeliling dan melihat ke meja Nuuril, chef master Juna mengajak Nuuril untuk bertaruh lagi. Sebelumnya

chef Juna juga mengajak Nuuril untuk bertaruh dan Nuuril memenangkan

taruhan tersebut. Bentuk tuturan

Chef Juna : “Taruhan lagi, yuk?”

Nuuril : “Heh? Taruhannya apa?”

Chef Juna : “Maunya apa? Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya

kayak gini. Kalau saya yang ngerasain dan bohong kan kamu

nggak tahu! Yang penting saya dapet duit.”

Nuuril : “Oh, duit lagi taruhannya? Aku bilang. Oh, kalau emang nggak duit mau apa? Kamu mau apa dari saya? Dia bilang gitu.”

Chef Juna : “Maunya apa? Hayo!”

Nuuril : “Chef, masak deh buat aku.”

Chef Juna : “Hehehehe. Gila! Itu jauh lebih mahal dari duit itu! Saya suruh

masak buat Kamu? Masak apaan?”

Nuuril : “Masak apapun sih yang penting Chef Juna yang masak buat aku,

gitu! Gado-gado nggak papa lah, gitu! Tapi dari tangan Chef Juna

sendiri buat aku.”

(101/MCI ke-2/8Juli2012) Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu Chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta MCI ke-2 yang bernama Nuuril (mitra tutur). Pada tantangan sebelumnya Nuuril berhasil memenangkan taruhan yang diberikan chef Juna. Dan pada tantangan membuat gado-gado yang menarik dari segi penampilan ini Nuuril diajak chef Juna untuk bertaruh lagi. Namun demikian chef Juna membatalkan taruhan tersebut karena dirasa kurang adil bagi Nuuril. Hal tersebut dilakukan chef Juna untuk menghindari penilaian secara subjektif atau berkata bohong.

Tujuan tuturan nomor 1) yaitu penutur ingin melakukan tindak penyelamatan muka negatif terhadap mitra tutur. Dalam strategi kesantunan ini dapat memperbaiki keterancaman muka dengan cara secara eksplisit mengungkapkan keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi mitra tutur (Brown dan Levinson, 1987: 173).

Tuturan „Mana mungkin bisa taruhan kalau caranya kayak gini.‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa „mana mungkin‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Frasa „mana mungkin‟ dalam strategi kesantunan negatif ini berfungsi untuk memperbaiki keterancaman muka negatif mitra tutur karena secara ekspliit penutur mengungkapkan keraguan atas terpenuhi atau tidaknya tindakan yang diajukan penutur kepada mitra tutur.

Dalam data nomor 1) penutur memilih menggunakan tuturan secara bald on

record (secara langsung) yaitu ditandai dengan penggunaan frasa „mana mungkin‟

secara eksplisit dalam tuturan. Hal tersebut dilakukan karena penutur yaitu juri memiliki kekuasaan (power) yang lebih tinggi dibanding mitra tutur. Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown dan Levinson yaitu tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor (1) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya. Bentuk strategi kesantunan negatif yang pertama juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Titi Sjuman menyatakan pendapatnya bahwa perubahan pada vokal Josua itu cukup mempengaruhi penampilan Josua. Titi Sjuman mengingatkan Josua mengenai penampilannya yang lebih bagus pada saat awal-awal tampil. Saat Titi Sjuman memberikan sedikit kritikan kepada Josua, commit to user

Soimah langsung mengemukakan pendapatnya mengenai suara Josua yang bagus saat bernyanyi dengan nada tinggi.

Bentuk tuturan

Addie : “Pancaroba!”

Titi : “Nah pancaroba itu, berpengaruh besar banget nggak buat kamu?” Josua : “Sebenarnya sih nggak besar-besar banget sih, soalnya dalam pilih

lagu itu range vokal lagunya seberapa besar.”

Titi : “Oke, tapi buat aku itu sebenernya lumayan pengaruh besar karena

gini, kalau dulu aku selalu bisa mengikuti emosi kamu setiap detail

kamu kalimat yang kamu nyanyiin itu aku terbawa emosinya. Nah sekarang tuh kok keputus, nggak tahu kenapa! Kamu cari tahu deh! Suka keputus. Bagus, bukannya nggak bagus cuma suka terputus, sama key-nya juga eee selalu cenderung lebih rendah sebenernya bisa mungkin key-nya lebih tinggi, sama ngambil improvisasi melodinya itu kaya takut! Dulu kamu waktu awal-awal pakai baju ijo itu berani

banget kamu! Sekarang masih takut kenapa? Coba cari tahu ngomongin sama mas Indra Aziz vocal coach-nya.”

(166/IMB3/5Jan2013) Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Titi Sjuman (penutur) kepada salah satu peserta IMB 3 yang bernama Josua Pangaribuan (mitra tutur). Titi Sjuman memberikan komentar bahwa perubahan pada vokal Josua itu cukup mempengaruhi penampilan Josua saat bernyanyi. Kemudian Titi Sjuman memberikan beberapa pilihan solusi yang mungkin bisa menyelesaikan masalah Josua. Dalam memberikan pilihan solusi Titi Sjuman mengingatkan mengenai penampilan Josua pada saat awal-awal tampil di IMB 3. Menurut Titi Sjuman pada waktu itu Josua tampil lebih berani dibanding sekarang.

Tujuan tuturan nomor 2) yaitu penutur ingin melakukan tindak penyelamatan muka negatif terhadap mitra tutur dengan cara bersikap hati-hati. Pada tuturan diatas dapat diketahui bahwa Titi Sjuman (penutur) berusaha untuk tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor 2) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya.

Tuturan „mungkin key-nya lebih tinggi‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan kata „mungkin‟, konteks serta tuturan sebelum dan sesudahnya. Kata „mungkin‟ dalam strategi kesantunan negatif ini berfungsi untuk memberi pilihan kepada mitra tutur. Dengan demikian tuturan pada nomor 2) dapat memperbaiki keterancaman muka negatif mitra tutur karena secara eksplisit penutur mengungkapkan keraguan atas terpenuhi atau tidaknya tindakan yang diajukan penutur kepada mitra tutur.

Dalam data nomor 2) ditandai dengan penggunaan kata „mungkin‟. Kata „mungkin‟ yang secara eksplisit dalam tuturan berarti mengungkapkan keraguan mengenai apakah tindakan yang dimaksudkan penutur dapat dipenuhi mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa kalimat tanya konteks dan tuturan sebelumnya ditemukan pada data (173/IMB3/5Jan2013), (180/IMB3/5Jan2013), (205/IMB3/5Jan2013), (206/IMB3/5Jan2013).

Strategi 4: Mengurangi Tekanan atau Daya Ancam Terhadap Muka Mitra Tutur

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 126-129)