• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggunakan pertanyaan dengan partikel tertentu, pagar (question,

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 122-126)

hedge). Hedge dapat berupa partikel tetapi juga berupa frasa, seperti

menurut saya, menurut hemat kami.

1) Konteks tuturan : Saat Hani menyerahkan masakannya kepada para Juri untuk dinilai, tiba-tiba Hani meminta maaf. Para juri bertanya kenapa Hani memita maaf dan Hani pun menjelaskan. Kemudian, chef master Juna menata ulang letak makanan yang ada di piring Hani dan memberitahukan bahwa makanannya dapat menjadi lebih indah bila diatur dengan baik.

Bentuk tuturan

Hani : “Aku maju bawa piring aku dan aku bilang I’m so sorry.”

Chef Degan : “Kenapa?” Chef Marinka: “Kenapa sorry?”

Chef Juna : “Kenapa sorry?”

Hani : “Yah, gitu lah. Gado-gado ekspress. Aku di situ bener-bener aduh, ngerasa pesimis, yang lain kayaknya bagus-bagus banget

porsinya paling sedikit dibanding yang lain. Chef Juna ngeliat

plating aku, dia ngerapi-rapiin lagi.”

Chef Juna : “Kalau gini, lebih bagus kan?”

Hani : menganggukkan kepala.

Chef Juna : “Lebih ada motif, kan? Simple padahal, kan?”

Hani : “Telur yang aku sangka salah itu karena belum mateng, ya? Ternyata kata Chef Juna itu enak banget!”

Chef Juna : “Itu bener-bener telur restoran up skill fine dining.”

Hani : “Ampe dia ngabisin semuanya. Aku seneng banget, gitu! (118/ MCI ke-2/ 8 Juli 2012) Tuturan pada data nomor 1) dituturkan oleh juri yaitu chef Juna (penutur) kepada salah satu peserta MCI ke-2 yaitu Hani (mitra tutur). Pada waktu Hani menyerahkan masakannya kepada para Juri untuk dinilai, tiba-tiba Hani meminta maaf karena masakannya paling sedikit di antara peserta MCI ke-2 yang lainnya. Kemudian chef Juna menata ulang letak makanan yang ada di piring Hani sambil memberikan pertanyaan dengan partikel tertentu.

Tujuan tuturan nomor 1) adalah untuk mengurangi pelanggaran terhadap muka negatif mitra tutur, sekaligus ingin memberitahukan bahwa makanannya dapat menjadi lebih indah bila diatur dengan baik. Tuturan „Kalau gini, lebih bagus, kan?‟ dan „Lebih ada motif, kan? Simple padahal, kan?‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai kalimat tanya dengan partikel „kan‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya.

Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown dan Levinson yaitu tidak memaksa dan mengkomunikasikan keinginan penutur supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor (1) merupakan tuturan yang santun karena meskipun dituturkan secara langsung namun tetap menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya.

Penutur menggunakan tuturan secara langsung karena kekuasaan atau power yang dimiliki penutur lebih tinggi yaitu sebagai juri dibanding mitra tutur yang commit to user

merupakan peserta. Meskipun jarak sosial antara penutur dan mitra tutur tidak cukup dekat namun karena intensitas bertemu cukup sering sehingga tuturan secara langsung dapat dilakukan oleh penutur. Sehubungan dengan itu, tingkat pembebanan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur dianggap tidak terlalu mengancam muka karena dalam tuturan tersebut penutur membatu memberikan solusi kepada mitra tutur.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa kalimat tanya dengan partikel „kan‟, konteks dan tuturan sebelum dan sesudahnya ditemukan pada data (59/MCI ke-2/8Juli2012), (150/MCI ke-2/8Juli2012). Bentuk strategi kesantunan negatif yang pertama juga dapat dilihat pada data di bawah ini.

2) Konteks tuturan: Syahrini selalu menyempatkan diri untuk menyapa para peserta terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan yang ramah bagi kepada seluruh peserta. Syahrini memberikan kritikan terhadap konsep yang diangkat Deddy Corbuzier untuk penampilan Yohana malam itu. Syahrini menganggap konsep tersebut tidak mendidik anak-anak Indonesia yang sedang menonton IMB3.

Bentuk tuturan

Syahrini : “Selamat malam Yohana!” Yohana: “Selamat malam, kak Syahrini.”

Syahrini : “Eeehm kalau menurut saya konsep Deddy, skill kamu memang bersinergi tapi kalau dilihat dari sudut pandang dan kacamata anak-anak yang lagi lihat nih, apa nilai edukasinya, ya? Ada pistol, lalu konsep Deddy itu berbau kejam, pisau, pistol, berantem! Kayanya negara kita nggak mau berantem-berantem gitu, ya! Maunya yang damai, lihat yang betul-betul ada edukasinya, banyak knowledge yang dikasih. Tapi kalau ini konsep Deddy yang memang menurut Deddy oke, ya aku sih sangat bersinergi sih sama kamu tadi dengan skill kamu! (sambil menepuk Deddy) Nggak perlu berkomentar! Aku nggak mau ngomentarin kamu, Ded! Aku lagi ngomentarin Yohana.”

(203/IMB3/5Jan2013) Tuturan pada data nomor 2) dituturkan oleh juri yaitu Syahrini (penutur) kepada salah satu peserta IMB3 yang mempunyai kemampuan pole dance yaitu Yohana Harso (mitra tutur). Syahrini selalu menyempatkan diri untuk menyapa

para peserta terlebih dahulu sebelum memberikan komentar. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan yang ramah bagi kepada seluruh peserta, sehingga dapat menghilangkan kecanggungan antar penutur dan mitra tutur. Syahrini memberikan kritikan terhadap konsep yang diangkat Deddy Corbuzier untuk penampilan Yohana malam itu. Syahrini menganggap konsep tersebut tidak mendidik anak-anak Indonesia yang sedang menonton IMB3.

Tujuan tuturan nomor 2) adalah untuk mengurangi pelanggaran terhadap muka negatif mitra tutur dan sebagai pembuka percakapan yang berupa argumen. Tuturan „kalau menurut saya konsep Deddy‟ menjadi penanda lingual kesantunan negatif yang dapat ditandai dengan frasa „menurut saya‟ atau „menurut aku‟, konteks dan tuturan sesudahnya.

Dalam data nomor 2) penutur memilih menggunakan tuturan secara bald on

record (secara langsung) karena kekuasaan atau power yang dimiliki penutur

sebagai juri lebih tinggi dibanding mitra tutur sebagai peserta. Meskipun jarak sosial antara penutur dan mitra tutur tidak cukup dekat namun karena intensitas bertemu cukup sering sehingga tuturan secara langsung dapat dilakukan oleh penutur.

Tuturan diatas sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan oleh Brown dan Levinson yaitu penutur langsung berbicara mengenai inti persoalan namun tidak memaksa. Penutur juga mengkomunikasikan keinginannya supaya tidak menekan mitra tutur. Dengan demikian, tuturan nomor 2) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang akan dipilih atau dilakukan mitra tuturnya.

Bentuk kesantunan negatif dengan penanda lingual berupa frasa „menurut saya‟ atau „menurut aku‟, konteks dan tuturan sesudahnya ditemukan pada data

(7/II ke-7/13April2012), (27/II ke-7/13April2012), (31/II ke-7/13April2012), (173/IMB3/5Jan2013), (178/IMB3/5Jan2013), (183/IMB3/5Jan2013), (192/IMB3/5Jan2013), (201/IMB3/5Jan2013).

Strategi 3: Bersikap Pesimis, Melakukan Secara Hati-Hati, Tidak Terlalu Optimis

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 122-126)