• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

6.2. Biaya Imbangan Penggunaan Lahan

6.2.1. Eks-Areal HPH PT. Maju Jaya Raya Timber

Seperti tertera pada Tabel 34, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penggunaan lahan hutan bekas tebangan terjadi pada seluruh periode yang dianalisis, sedangkan kerugian yang ditimbulkan melalui penggunaan lahan hutan primer hanya terjadi pada periode tertentu. Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penggunaan lahan hutan bekas tebangan ini paling besar yang terjadi pada periode 2001-2003, yakni sebesar Rp. 191 427 700/Ha/tahun.

Tabel 34. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Menurut Pola dan Periode Penggunaan Lahan yang Terjadi

Pola Penggunaan lahan Periode

Kerugian Ekonomi (Rp 000/Ha/Tahun) LOA Hutan.Primer Untuk Perkebunan Kelapa Sawit 1988-2001 43 269.3 30.249.0

2001-2003 191 427.7 -2003-2005 189 163.8 -2001-2005 116 001.5 -1988-2005 40 489.6 24 184.1 1988-2003 38 218.4 26 835.4 Untuk Kebun\Ladang Masyarakat 1988-2001 43 268.9 -2001-2003 189 169.5 -2003-2005 191 425.9 -2001-2005 143 175.7 -1988-2003 43 070.8 26 837.8 1988-2005 40 491.0 24 227.5 Menjadi Semak-Belukar 1988-2001 29 773.6 27 801.6 2001-2003 128 448.0 -2003-2005 127 631.2 -2001-2005 78 213.8 48 848.0 1988-2005 23 793.4 52 497.2 Menjadi Tanah Terbuka

1988-2001 19 751.6 11 419.5 1988-2003 27 103.1 10 359.5 Keterangan : LOA = hutan bekas tebangan (logged over area)

Sumber : Hasil perhitungan atau valuasi, 2006

Berikut ini disajikan hasil dan pembahasan tentang biaya imbangan dari masing –masing jenis penggunaan lahan eks-areal HPH MJRT.

6.2.1.1. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Untuk Perkebunan Kelapa

Sawit Swasta

Kerugian ekonomi penggunaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit swasta yang paling besar terjadi dalam kurun waktu 2001-2003 dengan memanfaatkan hutan bekas tebangan. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 191 427 700/ha/tahun (Tabel 34 dan 35). Dari total kerugian ini, kehilangan manfaat tidak langsung berupa kehilangan unsur hara merupakan yang tertinggi

dengan nilai Rp 181 159 500/ha/tahun; disusul kehilangan manfaat langsung berupa kehilangan kayu komersial Rp 5 817 200/ha/tahun.

Akibat penggunan lahan hutan bekas tebangan, kehilangan nilai bukan kegunaan yang berupa nilai keberadaan mencapai Rp 299 800/ha/tahun. Nilai ini mencermikan keinginan rumah tangga di sekitar eks-areal MJRT untuk mempertahankan keberadaan kawasan hutan di eks-areal MJRT.

Tabel 35. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal Maju Jaya Raya Timber Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Swasta, Tahun 2001-2003 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) T=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 1 163 448.4 5 817.2 14 323 862.4

Kayu Bakar 2) 5 703.3 28.5 70 216.9

HHNK 3) 63 720.0 318.6 784 492.5

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 312 000.0 1 560.0 3 841 206.2 Unsur Hara 5) 36 231 907.0 181 159.5 446 071 237.1 Pengendali Banjir 6) 185 237.6 926.2 2 280 563.6 Option Value Nilai pilihan 7) 94 252.6 471.3 1 160 395.9 Nilai warisan 8) 169 321.9 846.6 2 084 616.9

Non use value

Nilai keberadaan 9) 59 951.5 299.8 738 095.9 Total Kerugian 38 285 542.2 191 427.7 471 354 687.3

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Penggunaan lahan hutan primer untuk perkebunan kelapa sawit yang paling besar terjadi pada periode 1988-2001 yakni seluas 727 ha. Penggunaan

lahan hutan pola ini diperkirakan telah menimbulkan total kerugian mencapai Rp 30 249 000/ha/tahun (Tabel 36). Dari total kerugian tersebut, kehilangan

sumberdaya yang menyolok antara lain adalah kehilangan unsur hara terutama ketika dilakukan pembukaan wilayah hutan dan penyiapan lahan yang ditaksir mencapai Rp 21 739 300/ha/tahun. Penggunaan lahan juga mengakibatkan kehilangan kayu komersial (Rp 4 044 600/ha/tahun) dan kehilangan penyerapan karbon pada hutan tropis (Rp 1 501 700/ha/tahun).

Tabel 36. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Swasta, Tahun 1988-2001 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 20 773 295.4 4 044.6 255 751 638.4

Kayu Bakar 2) 10 669.5 14.7 131 358.2 HHNK 3) 287 826.6 395.9 3 543 593.6

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 1 098 289.3 1 510.7 13 521 652.6 Unsur Hara 5) 15 804 449.6 21 739.3 194 577 402.9 Pengendali Banjir 6) 673 338.7 926.2 8 289 848.6 Option Value Nilai pilihan 7) 342 608.1 471.3 4 218 039.1 Nilai warisan 8) 615 485.2 846.6 7 577 582.5

Non use value

Nilai keberadaan 9) 217 923.5 299.8 2 682 978.5

Total Kerugian 39 823 885.9 30 249.0 490 294 094.4

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

6.2.1.2. Kerugian Ekonomi Penggunaan lahan Lahan Untuk Kebun/Ladang Masyarakat

Sebagai akibat dari penggunaan lahan hutan bekas tebangan pada eks-areal HPH MJRT, kerugian paling besar terjadi dalam kurun waktu 2003-2005 dengan nilai rata-rata mencapai Rp 191 425 900/ha/tahun. Kerugian ekonomi yang paling

menyolok adalah kehilangan nilai kegunaan tidak langsung sebagai pengendali erosi dan penyerapan karbon. Akibat kehilangan pengendali erosi tersebut, kehilangan unsur hara ditaksir mencapai Rp 181 168 200/ha/tahun. Sementara kehilangan penyerapan karbon ditaksir bernilai Rp 1 560 000/ha/tahun (Tabel 37). Kehilangan nilai kegunaan langsung (direct use value) yang paling menyolok adalah kehilangan kayu komersial dengan nilai mencapai Rp. 5 817 200/ha/tahun. Hasil survei menunjukkan kehilangan nilai warisan mencapai Rp. 781 420 700/tahun dengan nilai sekarang dalam jangka waktu 25 tahun dan diskonto 6.4 persen sebesar Rp 2 175 281 336 600.

Tabel 37. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Untuk Kebun\Ladang Masyarakat, Tahun 2003-2005 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 5 369 314.2 5 817.2 66 104 624.8 Kayu Bakar 2) 16 684.8 18.1 205 415.4 HHNK 3) 294 067.8 318.6 3 620 432.9

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 1 439 880.0 1 560.0 17 727 166.6 Unsur Hara 5) 167 218 218.1 181 168.2 2 058 716 849.3 Pengendali Banjir 6) 854 871.5 926.2 10 524 800.8 Option Value Nilai pilihan 7) 434 975.6 471.3 5 355 227.1 Nilai warisan 8) 781 420.7 846.6 9 620 507.1

Non use value

Nilai keberadaan 9) 276 676.0 299.8 3 406 312.4

Total Kerugian 176 686 108.7 191 425.9 2 175 281 336.6

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Sementara itu, kerugian ekonomi akibat penggunaan lahan hutan primer menjadi kebun/ladang masyarakat yang paling besar terjadi dalam kurun waktu 1988-2005 yang mencapai Rp 24 184 100/ha/tahun (Tabel 38). Pada periode ini terjadi kehilangan unsur hara setiap tahunnya sebesar Rp 4 717 572 200 atau dengan kerugian ekonomi sekitar Rp 16 908 900/ha/tahun, disusul kemudian oleh kehilangan kayu komersial dan penyerapan karbon, masing-masing dengan kerugian ekonomi Rp 3 145 800 dan Rp 1 175 000/ha/tahun (Tabel 38).

Tabel 38. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Untuk Kebun\Ladang

Masyarakat, Tahun 1988-2003 Dampak/ Kehilangan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 877 687.9 3 145.8 10 805 705.9

Kayu Bakar 2) 1 683.4 14.6 20 725.3

HHNK 3) 110 458.9 395.9 1 359 921.1

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 327 825.0 1 175.0 4 036.036.6 Unsur Hara 5) 4 717 572.2 16 908.9 58 080 665.3 Pengendali Banjir 6) 258 313.8 926.2 3 180 245.9 Option Value Nilai pilihan 7) 131 482.3 471.3 1 618 752.3 Nilai warisan 8) 236 204.1 846.6 2 908 040.6

Non use value

Nilai keberadaan 9) 83 6323 299.8 1 029 643.7

Total Kerugian 6 744 859.9 24 184.1 83 039 736.7

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

6.2.1.3. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Menjadi Semak Belukar Seperti disajikan pada Tabel 39 dan Tabel 40, kerugian ekonomi dari penggunaan lahan hutan bekas tebangan hingga menjadi semak belukar paling besar terjadi dalam kurun waktu 2001-2003, yakni Rp 128 448 000/ha/tahun. Kehilangan pengendali erosi yang diukur dari banyaknya unsur hara yang hilang merupakan kerugian yang paling besar, yakni sekitar Rp 118 659 900/ha/tahun. Kehilangan sumberdaya lainnya yang menyolok adalah kehilangan kayu komersial dengan kehilangan rata-rata Rp 5 817 200/ha/tahun dan kehilangan penyerapan karbon dengan nilai Rp 318 000/ha/tahun.

Tabel 39. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal HPH. PT. Maju Jaya Raya Timber Menjadi Semak Belukar, Tahun 2001-2003

Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 773 693.2 5.817.2 9 525 368.5

Kayu Bakar 2) 3 792.7 28.5 46 694.3

HHNK 3) 42 373.8 318.6 521 687.5

Indirect Use value 143 640.0 1 080.0 1 768 432.2

Penyerapan Karbon 4) 15 781 760.1 118 659.9 194 298 060.7 Unsur Hara 5) 123 183.0 926.2 1 516 574.8 Pengendali Banjir 6) Option Value 62 678.0 471.3 771 663.3 Nilai pilihan 7) 112 599.1 846.6 1 386 270.3 Nilai warisan 8) Non use value

Nilai keberadaan9) 39 867.7 299.8 490 833.8

Total Kerugian 17 083 587.6 128 448.0 210 325 585.3

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Tabel 40. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH PT. Maju Jaya Raya Timber Hingga Menjadi Semak Belukar, Tahun 1988-2003 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 151 000.1 3 145.8 1 859 046.2

Kayu Bakar 2) 3 183.6 11.4 39 194.7

HHNK 3) 19 003.7 395.9 233 964.9

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 48 960.0 1 020.0 602 773.9 Unsur Hara 5) 2 203 953.6 45 915.7 27 134 103.0 Pengendali Banjir 6) 44 179.2 926.2 543 914.4 Option Value Nilai pilihan 7) 86 766.5 471.3 1 068 231.4 Nilai warisan 8) 86 766.5 311.1 1 068 231.4

Non use value

Nilai keberadaan 9) 86 766.5 299.8 1 068 231.4

Total Kerugian 2 730 579.7 52 497.2 33 617 691.1

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Seperti disajikan pada Tabel 40, kerugian ekonomi akibat penggunaan lahan hutan primer untuk kebun/ladang masyarakat yang paling besar terjadi dalam kurun waktu 1988-2005. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan mencapai Rp 52 497 200/ha/tahun. Pada periode ini terjadi kehilangan paling menyolok terhadap pengendali erosi yang mengakibatkan kehilangan unsur hara dengan nilai rata-rata mencapai Rp 45 915 700/ha/tahun. Kemudian disusul oleh kehilangan kayu komersial dan penyerapan karbon masing-masing dengan kerugian ekonomi Rp 3 145 800/ha/tahun dan Rp 1 020 000/ha/tahun.

6.2.1.4. Kerugian Ekonomi Penggunaan lahan Hingga Menjadi Lahan Kosong/Tanah Terbuka

Tabel 41 menyajikan kerugian ekonomi akibat penggunaan lahan eks-areal MJRT menjadi lahan kosong/tanah terbuka pada periode 1988-2003. Periode ini merupakan kerugian ekonomi paling menyolok jika dibandingkan dengan periode-periode lainnya. Kerugian akibat penggunaan lahan hutan bekas tebangan mencapai Rp 27 103 000/ha/tahun atau Rp 106 058 000/tahun dengan PV mencapai Rp 1 322 462 000. Diantara kerugian tersebut, seperti yang dialami pada pola penggunaan lahan lainnya, kehilangan unsur hara dan kayu komersial merupakan nilai kerugian yang paling menyolok, masing-masing mencapai Rp 22 249 000/ha/tahun dan Rp 1 247 000/ha/tahun.

Tabel 41. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH PT. Maju Jaya Raya Timber Menjadi Tanah Terbuka, Tahun 1988-2003

Kehilangan Sumberdaya dan

Lingkungan

Konversi LOA Konversi Hutan Primer

Nilai Ekonomi (Rp 000) Nilai Ekonomi (Rp 000)

Nilai Konstan PV

t=30 r=6.4%

Nilai Konstan PV(Rp 000)

t=30 r=6.4%

Rp/Tahun Rp/Ha/Tahun Rp/Tahun Rp/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 4 363 1 247 53 714 53 086 3 539 653 571

Kayu Bakar 2) 21 6 263 193 13 2 371

HHNK 3) 1 274 319 15 690 5.939 396 73 114

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 1 229 739 31 856 23 878 1 592 293 977 Unsur Hara 5) 88 995 22 249 1 095 665 34 140 2 276 420 313 Pengendali Banjir 6) 3 705 926 45 611 13 893 926 171 042 Option Value Nilai pilihan 7) 1 885 471 23 208 7 069 471 87 030 Nilai warisan 8) 3 386 847 41 692 12 699 847 156 346

Non use value

Nilai keberadaan 9) 1 199 300 14 762 4 496 300 55 357

Total Kerugian 106 058 27 103 1 322 462 155 392 10 359 1 913 122

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 89.25% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 85.27% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.38% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.79% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Pada periode yang bersamaan, penggunaan lahan hutan primer telah menimbulkan kerugian mencapai Rp 10 359 000/ha/tahun. Kerugian yang paling menyolok berupa kehilangan kayu komersial yang mencapai lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan kehilangan kayu komersial pada hutan bekas tebangan yakni mencapai Rp 3 539 000/ha/tahun. Kehilangan sumberdaya lainnya yang juga cukup menyolok adalah kehilangan unsur hara dan penyerapan karbon masing-masing Rp 2 276 000/ha/tahun dan Rp 1 592 000/ha/tahun.

6.2.2. Eks-Areal HPH PT. Rimba Karya Indah

Kerugian ekonomi paling besar adalah akibat penggunaan lahan hutan bekas tebangan untuk kebun/ladang masyarakat, khususnya yang terjadi dalam kurun waktu 1988-2002, yakni dengan kerugian ekonomi Rp 154 225.1/ha/tahun. Sedangkan penggunaan lahan terhadap hutan primer yang menimbulkan kerugian paling besar terjadi pada periode 1988-1999 yang diakibatkan oleh penggunaan lahan hingga menjadi semak belukar, yakni mencapai Rp110 381 300/ha/tahun (Tabel 42).

Tabel 42. Kerugian Ekonomi Akibat Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menurut Periode

Pola Penggunaan lahan Periode

Kerugian Ekonomi (Rp 000/Ha/Tahun) LOA Hutan Primer Untuk Perkebunan Sawit 1999-2002 83 702.5 -

1988-2002 23 872.0 35 226.5 Untuk Ladang/Kebun Masyarakat 1999-2002 118 842.2 -1988-2002 33 142.3 41 608.1 1988-1999 38 872.5 53 537.0 Menjadi Lahan Kosong/Tanah Terbuka 1988-2002 25 924.5 33 129.8

1999-2002 91 349.5 - Menjadi Semak Belukar

1988-2002 15 615.8 26 884.7

1999-2002 21 375.1 39 500.8 1988-1999 62 738.3 110 381.3 Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

6.2.2.1. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Swasta

Seperti dipresentasikan pada Tabel 43, kerugian ekonomi akibat penggunaan lahan hutan bekas tebangan untuk perkebunan kelapa sawit yang paling menyolok terjadi dalam kurun waktu 1999-2002 dengan nilai kerugian mencapai Rp 83 701 500/ha/tahun. Kerugian yang paling besar berupa kehilangan nilai kegunaan tidak langsung, yakni kehilangan unsur hara dan pengendali banjir, masing-masing Rp 74 324 300/ha/tahun dan Rp 10 088 700. Nilai kegunaan langsung yang hilang cukup besar adalah kehilangan kayu komersial dengan kerugian ekonomi Rp 6 052 300/ha/tahun.

Tabel 43. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal HPH PT. Rimba Karya Indah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Swasta, Tahun 1999-2002 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 11 081 679.3 6 052.3 136 432 741.0

Kayu Bakar2) 39 160.5 21.4 482 126.9

HHNK 3) 583 356.6 318.6 7 182 028.8

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 2 142 270.0 1 170.0 26 374 682.1 Unsur Hara 5) 136 087 767.9 74 324.3 1 675 452 495.8 Pengendali Banjir 6) 1 550 142.3 846.6 19 084 667.9 Option Value Nilai pilihan 7) 467 006.6 255.1 5 749 578.5 Nilai warisan 8) 769 636.5 420.3 9 475 424.8 Non use value

Nilai keberadaan 9) 536 431.9 293.0 6 604 313.0

Total Kerugian 153 257 451,7 83 701.5 1 886 838 058.7

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi, 2006

Sementara itu, kerugian yang ditimbulkan dari penggunaan hutan primer untuk perkebunan kelapa sawit hanya terjadi dalam kurun waktu 1988-2002 dengan kerugian mencapai Rp 23 583 000 100/ha/tahun (Tabel 44). Kerugian yang paling menyolok berupa kehilangan unsur hara Rp 19 806 824/ha/tahun dan kehilangan kayu komersial Rp 1 613 935/ha/tahun.

Tabel 44. Dampak Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Swasta, Tahun 1988-2002 Dampak /Kehilangan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial1) 2 475 775.8 1 613.9 30 480 658.9 Kayu Bakar 2) 8 748.9 5.7 107 712.7 HHNK 3) 488 732.4 318.6 6 017 057.4

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 478 608.0 312.0 5 892 410.3 Unsur Hara 5) 30 383 668.5 19 806.8 374 070 311.0 Pengendali Banjir 6) 1 298 699.2 846.6 15 989 011.7 Option Value Nilai pilihan 7) 391 255.0 255.1 4 816 959.7 Nilai warisan 8) 644 796.5 420.3 7 938 449.8

Non use value

Nilai keberadaan 9) 449 419.2 293.0 5 533 050.8

Total Kerugian 36 619 704.1 23 872.0 450 845 622.7

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi, 2006

6.2.2.2. Kerugian Ekonomi Penggunaan lahan Untuk Kebun/Ladang Masyarakat

Penggunaan lahan hutan bekas tebangan menjadi ladang masyarakat pada eks-areal RKI juga telah menimbulkan kerugian ekonomi paling besar jika

dibandingkan dengan pola penggunaan lahan lainnya (Tabel 45). Kerugian paling menyolok terjadi pada periode 1999-2002 dengan nilai kerugian mencapai Rp 118 842 600/ha/tahun. Kerugian paling besar berupa kehilangan unsur hara yang ditaksir bernilai Rp 109 046 900/ha/tahun. Kerugian lainnya yang cukup menyolok adalah kehilangan kayu komersial dan penyerapan karbon dengan nilai kerugian masing-masing Rp 6 052 300/ha/tahun dan Rp 1 170 000/ha/tahun.

Tabel 45. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Kebun/Ladang

Masyarakat, Tahun 1999-2002 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 14 247 008.7 6 052.3 175 402 879.4 Kayu Bakar 2) 31 914.4 13.6 392 915.4 HHNK 3) 749 984.4 318.6 9 233 476.7

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 2 754 180.0 1 170.0 33 908 247.8 Unsur Hara 5) 256 696 413.2 109 046.9 3 160 332 869.2 Pengendali Banjir 6) 1 992 919.2 846.6 24 535 941.1 Option Value Nilai pilihan 7) 600 400.6 255.1 7 391 866.6 Nilai warisan 8) 1 992 919.2 420.3 24 535 941.1

Non use value

Nilai keberadaan 9) 689 656.3 293.0 8 490 744.3

Total Kerugian 279 755 396.0 118 842.6 3 444 224 881.7

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

Akibat penggunaan lahan hutan primer, kerugian ekonomi paling besar terjadi pada periode 1988-1999, yakni mencapai Rp 53 537 100/ha/tahun. Kerugian ekonomi paling besar dari pola penggunaan lahan ini tetap disebabkan oleh kehilangan unsur hara (Rp 43 209 800/ha/tahun), disusul oleh kehilangan

penyerapan karbon (Rp 5 287 500/ha/tahun) dan kayu komersial (Rp 2 814 400/ha/tahun). Data selengkapnya mengenai kerugian ekonomi penggunaan lahan hutan primer ini dapat disimak pada Tabel 46.

Tabel 46. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Kebun/Ladang Masyarakat, Tahun 1988-1999 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 627 600.4 2 814.4 7 726 738.7 Kayu Bakar 2) 4 847.0 14.5 59 674.6 HHNK 3) 132 233.9 395.9 1 628 005.9

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 1 766 025.0 5 287.5 21 742 519.8 Unsur Hara 5) 14 432 083.2 43 209.8 177 681 434.4 Pengendali Banjir 6) 282 767.6 846.6 3 481 310.3 Option Value Nilai pilihan 7) 85 188.5 255.1 1 048 803.5 Nilai warisan 8) 140 392.5 420.3 1 728 450.0

Non use value

Nilai keberadaan 9) 97 852.7 293.0 1 204 719.0

Total Kerugian 17 568 990.9 53 537.1 216 301 656.1

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

6.2.2.3. Kerugian Ekonomi Alih Fungsi Menjadi Semak Belukar

Periode 1988-1999 merupakan periode dimana penggunaan lahan hingga akhirnya menjadi semak belukar yang telah menimbulkan kerugian rata-rata sebesar Rp 62 738 300/ha/tahun. Adapun nilai kerugian yang menyolok disebabkan oleh kehilangan unsur hara dengan nilai kerugian mencapai Rp 58 232 900/ha/tahun (Tabel 47).

Tabel 47. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Semak Belukar, Tahun 1988-1999

Kehilangan Sumberdaya dan

Lingkungan

Konversi LOA Konversi Hutan Primer Nilai Ekonomi (Rp 000) Nilai Ekonomi (Rp 000) Nilai Konstan PV

t=30 r=6.4%

Nilai Konstan PV t=30 r=6.4% Rp/Tahun Rp/Ha/Tahun Rp/Tahun Rp/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 873 542.2 2 017.4 10 754 665.4 830 233.7 3 517.9 10 221 470.5 Kayu Bakar 2) 3 086.9 7.1 38 004.9 3 054.6 13.7 37 606.6 HHNK 3) 198 350.9 395.9 2 442 008.8 93 434.8 395.9 1 150 327.5 Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 116 910.0 270.0 1 505 140.9 361 080.0 1 530.0 4 445 457.5 Unsur Hara 5) 25 214 836.2 58 232.9 310 433 926.8 24 333 670.2 103 108.8 299 585 400.0 Pengendali Banjir 6) 366 582.0 846.6 4 513 195.6 199 799.9 846.6 2 459 848.0 Option Value Nilai pilihan 7) 110 439.0 255.1 1 359 676.4 60 193.1 255.1 741 070.7 Nilai warisan 8) 182 005.8 420.3 2 240 775.0 99 199.5 420.3 1 221 300.0 Non use value

Nilai keberadaan 9) 126 856.9 293.0 1 561 806.4 69 141.4 293.0 851 238.6

Total Kerugian 27 192 609.9 62 738.3 334 849 200.2 26 049 807.0 110 381.3 320 713 719.4

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi (2006)

6.2.2.4. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hingga Menjadi Lahan Kosong/Tanah Terbuka

Kerugian ekonomi akibat penggunaan lahan hutan bekas tebangan menjadi lahan kosong/tanah terbuka yang paling besar terjadi selama periode 1999-2002 dengan kerugian mencapai Rp 91 349 500/ha/tahun. Dalam periode ini kehilangan unsur hara tetap merupakan penyebab kerugian yang paling besar yakni mencapai Rp 80 554 500/ha/tahun. Kehilangan sumberdaya lainnya yang juga cukup menyolok adalah berupa kehilangan kayu komersial dan penyerapan karbon dimana nilai kerugian ekonomi masing-masing sumberdaya ditaksir mencapai Rp 6 052 300/ha/tahun dan Rp 2 587 500/ha/tahun (Tabel 48).

Tabel 48. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Bekas Tebangan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Lahan Kosong/Tanah Terbuka, Tahun 1999-2002 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Nilai Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 1 755 154.0 6 052.3 21 608 681.0 Kayu Bakar 2) 6 202.4 21.4 76 360.9 HHNK 3) 92 394.0 318.6 1 137 514.1

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 750 375.0 2 587.5 9 238 285.6 Unsur Hara 5) 23 360 879.1 80 554.8 287 608 826.3 Pengendali Banjir 6) 245 516.8 846.6 3 022 694.5 Option Value Nilai pilihan 7) 73 966.1 255.1 910 637.8 Nilai warisan 8) 121 897.6 420.3 1 500 750.0

Non use value

Nilai keberadaan 9) 84 961.9 293.0 1 046 013.5

Total Kerugian 26 491 346.9 91 349.5 326 149 763.7

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22% Sumber: Hasil Perhitungan atau Valuasi, 2006

Penggunaan lahan hutan primer hingga menjadi lahan terbuka, diketahui terjadi pada periode 1988-2002. Praktik penggunaan lahan ini ditaksir menimbulkan kerugian sebesar Rp 35 226 500/ha/tahun. Lenyapnya vegetasi hutan primer pada lokasi eks-areal RKI selama periode ini telah mengakibatkan hilangnya sumberdaya yang sangat penting bagi pembangunan pertanian yang berkelanjutan, yakni kehilangan unsur hara dengan nilai mencapai Rp 28 489 600/ha/tahun. Sumberdaya lainnya yang lenyap adalah kayu komersial dan

penyerapan karbon yang masing-masing ditaksir telah menimbulkan kerugian mencapai Rp 2 814 400/ha/tahun dan Rp 1 698 000/ha/tahun (Tabel 49).

Tabel 49. Kerugian Ekonomi Penggunaan Lahan Hutan Primer Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Menjadi Lahan Kosong/Tanah Terbuka Tahun 1988-2002 Kehilangan Sumberdaya dan Lingkungan Kerugian Ekonomi Nilai Konstan PV(Rp 000) t=30 r=6.4% Rp 000/Tahun Rp 000/Ha/Tahun

Direct Use value

Kayu Komersial 1) 627 600.4 2 814.4 7 726 738.7 Kayu Bakar 2) 3 054.6 13.7 37 606.6 HHNK 3) 88 287.9 395.9 1 086 962.0

Indirect Use value

Penyerapan Karbon 4) 378 654.0 1 698.0 4 661 820.8 Unsur Hara 5) 6 723 539.3 28 489.6 82 777 246.1 Pengendali Banjir 6) 188 794.0 846.6 2 324 347.9 Option Value Nilai pilihan 7) 56 877.4 255.1 700 249.0 Nilai warisan 8) 93 735.1 420.3 1 154 025.0

Non use value

Nilai keberadaan 9) 65 332.8 293.0 804 348.3

Total Kerugian 8 225 875.4 35 226.5 101 273 344.5

Keterangan : 1) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 2) Menggunakan teknik berdasarkan pasar (based market) 3) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 4) Menggunakan teknik transfer manfaat (benefit transfer) 5) Menggunakan teknik biaya pengganti (replacement cost) 6) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 81.75% 7) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 87.38% 8) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 98.69% 9) Menggunakan teknik survei dengan tingkat akurasi = 90.22%