• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.5. Metode Pengolahan Data

4.6.2. Valuasi Dampak Penggunaan Lahan Eks-Areal HPH

Secara umum, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, didasarkan kepada pendekatan total nilai ekonomi eks-areal HPH yang hilang, sebagai akibat dilakukannya penggunaan lahan, meliputi:.

1. Kehilangan manfaat langsung, meliputi: nilai kayu komersial, kayu bakar dan hasil hutan non-kayu atau HHNK (rotan, madu, getah, buah-buahan, tanaman obat-obatan, dan lain-lain), atau diformulasikan dengan rumus:

KDU = KKK + KNK dimana:

KDU = kehilangan manfaat langsung KKK= kehilangan kayu komersial KNK= kehilangan non-kayu

Seluruh manfaat langsung eks-areal HPH yang hilang didekati/diprediksi dengan memanfaatkan hasil survei sampel maupun data sekunder.

2. Kehilangan manfaat tidak langsung, meliputi kehilangan jasa ekosistem hutan sebagai penyimpan karbon, pengendali banjir, unsur hara tanah. Manfaat tidak langsung yang hilang ini diperoleh melalui olahan data primer maupun sekunder, dengan formula:

KIU = KPC + KKH + KUH dimana:

KIU = kehilangan manfaat tidak langsung KPC = kehilangan nilai penyimpan karbon KKH= kehilangan nilai keanekaragaman hayati KUH= kehilangan nilai unsur hara tanah

3. Kehilangan nilai pilihan, meliputi kehilangan nilai pilihan dan nilai warisan yang diperoleh melalui olahan data hasil survei

KOV = KNP + KNW dimana:

KOV= kehilangan nilai pilihan KNP = kehilangan nilai pilihan KNW= kehilangan nilai warisan

4. Kehilangan nilai keberadaan, yang diperoleh melalui olahan data hasil survei WTP rumah tangga.

Secara khusus, dalam penelitian ini digunakan metode penilaian utama (primary method), yakni metode hipotetik langsung (direct hypothetical method). Kegiatan yang dilakukan meliputi pertanyaan langsung kepada responden tentang nilai yang mereka berikan kepada jasa ekosistem eks-areal HPH. Secara spesifik, responden ditanyakan berapa nilai yang mereka berikan terhadap suatu perubahan

tertentu pada aset eks-areal HPH, atau berapa harga dari jasa lingkungan yang ingin mereka bayarkan pada tingkat harga tertentu dengan menggunakan metode penilaian kontingensi atau contingent valuation method (CVM). Kuisioner standar digunakan untuk mewawancarai responden dimana mereka dapat mengekspresikan nilai sumberdaya dan lingkungan secara baik.

Pasar hipotetik yang dibentuk merupakan suatu pasar dengan kualitas lingkungan yang berbeda dengan kondisi saat ini. Untuk membentuk pasar hipotetik ini dilakukan melalui skenario sebagai berikut :

1) Setelah responden menjawab pertanyaan mengenai persepsinya tentang pentingnya eks-areal HPH sebagai penyangga TNKS, selanjutnya responden diinformasikan tentang pentingnya keberadaan jasa ekosistem kawasan ini terutama dengan mengusung isu tentang manfaat hidrologis kawasan. Dalam rangka konservasi dan rehabilitasi kawasan tersebut diperlukan upaya secara terintegrasi dan berkelanjutan, baik dalam bentuk pembangunan fisik maupun kegiatan yang bersifat vegetatif.

2) Kegiatan tersebut diperkirakan membutuhkan biaya yang besar, data mengenai biaya ini diperoleh dari interpretasi GIS dan atau pengeluaran pemerintah untuk program pengelolaan kawasan penyangga TNKS.

3) Untuk mendukung pendanaan kegiatan-kegiatan tersebut pemerintah merencanakan program konservasi dan rehabilitasi eks-areal HPH di sekitar kawasan penyangga TNKS. Diharapkan dengan program tersebut akan meningkatkan/memperbaiki fungs eks-areal HPH sebagai penyangga TNKS maupun dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di wilayah sekitarnya.

Dalam penelitian ini, responden diberikan beberapa nilai tawaran kesediaan membayar dan meminta responden untuk memilih nilai tertinggi yang bersedia ia bayarkan untuk pengelolaan hutan konsesi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa nilai WTP yang sebenarnya dari individu yang bersangkutan terletak dalam kelas atau interval antara nilai yang dipilih dengan nilai WTP berikutnya yang lebih tinggi. Disamping itu, responden dapat dengan mudah memilih nilai yang ingin ia bayarkan. Susunan nilai yang ditawarkan menggunakan rentang (range) atau interval tertentu.

WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval WTP responden ke-i. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa WTPi yang benar adalah berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Selanjutnya dugaan rataan WTP dihitung dengan bantuan SPSS.

WTP agregat atau WTP total dapat digunakan untuk menduga WTP secara keseluruhan dari sumberdaya tersebut, yakni total dari luas lahan yang digunakan untuk pengelolaan kawasan hutan konsesi. WTP agregat mencerminkan nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan areal hutan konsesi tersebut.

Untuk mengetahui keakuratan nilai WTP yang diperoleh, dilakukan pengujian kemungkinan terjadinya bias4. Pengujian dilakukan dengan tiga cara: (1) menguji adanya perbedaan yang signifikan dalam rata-rata dan median WTP, (2) membandingkan profil responden dengan populasi, dan (3) membandingkan dengan nilai yang diperoleh dari penggunaan teknik benefit transfer.

4

Terdapat tiga tipe bias yang terjadi pada CVM meliputi: strategic design bias yang bersumber dari kesalahan dalam menginterpretasi pertanyaan; hypothetical bias karena adanya perbedaan antara pasar aktual dengan pasar hipotetik yang ditetapkan; dan operational bias, yang bersumber dari adanya ketidak pastian pada pengoperasian pasar aktual (Pearce and Turner, 1990)

Sementara, penggunaan replacement cost digunakan untuk menghitung nilai unsur hara tanah yang hilang sebagai akibat penggunaan lahan. Dampak fisiknya diketahui berdasarkan hasil analisis tanah yang sampelnya diambil sewaktu survei lapangan. Sedangkan untuk produk hutan yang memiliki nilai pasar seperti kayu komersial, kayu bakar dan hasil hutan non-kayu digunakan teknik pasar dimana penilaian didasarkan kepada harga pasar (market based).

Dalam mengestimasi dampak eksternal penggunaan lahan, juga digunakan metode pendukung (secondary method) di antaranya adalah teknik benefit transfer dan shadow price. Informasi yang dihasilkan dari teknik ini selain mudah dipahami juga digunakan untuk mengidentifikasi adanya bias yang dihasilkan dari perhitungan dengan menggunakan primary method.

4.6.3. Analisa Biaya-Manfaat Lingkungan

Untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi praktik penggunaan lahan yang sudah berlangsung di eks-areal HPHS, digunakan analisis biaya-manfaat lingkungan atau environmental benefit cost analysis (E-BCA). Model E-BCA untuk perhitungan NPV penggunaan lahan dihitung dengan menggunakan model sebagai berikut:

( )( )

− − + > 0 1 . t t t t C E r B dimana:

B = Nilai manfaat langsung dari kegiatan penggunaan lahan (direct benefit)

C = Biaya langsung penggunaan lahan (direct cost)

E = Biaya imbangan (opportunity cost) dari penggunaan lahan. r = Tingkat suku bunga (discount rate)

Dengan mengasumsikan bahwa pola penggunaan lahan merupakan single project, penampilan praktik penggunaan lahan pada eks-areal hutan konsesi, menggunakan variasi NPV:

(1) Jika terdapat praktik penggunaan lahan yang telah menghasilkan komoditas tertentu, maka NPV yang terbesar menunjukkan kelayakan yang terbaik (2) Jika tidak ada pengaruh terhadap jasa ekosistem eks-areal HPH, maka NPV

terbesar menunjukkan kelayakan yang baik

(3) Kelayakan praktik penggunaan lahan yang baik harus bernilai NPV positif. Dalam rangka penerapan evaluasi ekonomi suatu alternatif penggunaan lahan (land use options) di eks-areal HPH yang diusulkan, digunakan analisis finansial dan analisis ekonomi, dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut: 1. Prosedur analisis

1. Identifikasi faktor prasyarat, meliputi faktor-faktor seperti: jenis flora dan fauna yang terdapat di eks-areal HPH, pola penggunaan lahan yang berlangsung, nilai-nilai sosial/adat-istiadat, kepercayaan, pengetahuan, juga karakteristik sosial-ekonomi dan demografi masyarakat setempat. 2. Menjelaskan opsi alternatif penggunaan lahan yang diusulkan.

3. Menjelaskan barang-barang dan jasa yang dihasilkan dari masing-masing alternatif penggunaan lahan.

4. Mengidentifikasi dan mengukur perubahan produktivitas barang-barang dan jasa yang dihasilkan.

5. Mengukur perubahan dalam penggunaan barang-barang dan jasa

6. Menjelaskan dan mengkuantifikasi perubahan dalam bentuk dampak yang dihasilkan.

7. Mengukur dampak yang ditimbulkan, meliputi identifikasi keuntungan dan kerugian terhadap rumah tangga di sekitar kawasan

8. Dampak tersebut diukur (dalam nilai moneter) yang merupakan ringkasan manfaat dan biaya berkenaan dengan skema alternatif pengelolaan yang diajukan.

9. Dari manfaat dan biaya tersebut, dilakukan analisis ekonomi dengan menggunakan indikator ekonomi yang tepat dalam upaya menentukan pilihan pengelolaan yang paling efisien.

10. Mempersiapkan rekomendasi kebijakan berkenaan dengan perlindungan zona penyangga TNKS.

2. Pedoman identifikasi biaya dan manfaat pemanfaatan lahan

1. Identifikasi biaya langsung, meliputi biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan tanaman dan penyusutan.

2. Identifikasi manfaat langsung, meliputi manfaat yang berkenaan dengan peningkatan penjualan ouput, pinjaman dari bank dan modal penyertaan. 3. Transfer payment, dalam analisis finansial masih diperhitungkan, akan

tetapi dalam analisis ekonomi dikeluarkan dari perhitungan.

4. Biaya sosial, meliputi komponen dari nilai ekonomi total eks-areal HPH yang dikorbankan dari kegiatan penggunaan lahan.

3. Penentuan nilai ekonomi

Harga-harga finansial disesuaikan menjadi harga bayangan (shadow prices)5 guna menggambarkan nilai proyek bagi masyarakat secara keseluruhan,

5

Harga bayangan adalah setiap harga yang bukan merupakan harga pasar, sebagai perkiraan nilai ekonomi dari barang atau jasa yang dipermasalahkan, yang mungkin ditimbang untuk memberikan gambaran mengenai tujuan tentang distribusi pendapatan dan tabungan (Gittinger, 1986)

baik dari sisi input maupun output proyek. Terdapat tiga langkah untuk menyesuaikan harga finansial menjadi nilai ekonomi, meliputi (Gittinger, 1982): 1. Penyesuaian pembayaran transfer langsung, yaitu menghapuskan pembayaran

transfer langsung yang meliputi: pembayaran untuk atau dari pemerintah (pajak dan subsidi); dan transaksi kredit (pinjaman, penerimaan, pembayaran kembali modal dan bunga).

2. Penyesuaian untuk penyimpangan harga pada barang yang diperdagangkan, meliputi barang-barang yang telah menjadi komoditas perdagangan internasional (ekspor-impor), dengan ketentuan sebagai berikut:

a. barang yang di ekspor dimana harga ekspor atau harga Free on Board (F.o.B)6 > biaya produksi domestik

b. barang yang diimpor dimana biaya produksi domestik > Cost, Insurance and Freight (C.i.F)7

c. untuk barang yang merupakan substitusi impor, nilainya bagi masyarakat menjadi devisa yang dihemat dengan jalan menggunakan hasil dalan negeri dengan harga batas (harga C.I.F.).

d. untuk barang yang merupakan barang ekspor yang dialihkan, maka biaya imbangan bagi masyarakat dari barang-barang ini merupakan devisa yang hilang pada ekspor yang tidak jadi dan dinilai pada harga batas (harga F.O.B.).

6

Harga saat barang dimuat ke kapal atau dengan kedaraan lainnya yang akan mengangkut ke pembeli di liar negeri , meliputi: semua biaya untuk mendapatkan barang yang akan diekspor tetapi masih di pelabuhan Negara pegekspor, biaya-biaya di pelabuhan local seperti pajak, penyimpanan, pengangkutan ke kapal, fumigasi (fumigation), keagenan, dan biaya semacamnya, pajak dan subsidi ekspor, harga yang di lingkungan proyek, dan harga ditempat usaha (Gittinger, 1982).

7

C.i.F meliputi biaya F.o.B pada saat ekspor, biaya pengangkutan ke tempat impor, biaya ansuransi dan biaya bongkar muat, namun tidak termasuk pajak impor dan subsidi dan biaya-biaya masuk pelabuhan impor seperti: pajak, pengangkutan local, penggudangan, biaya agen, dan semacamnya (Gittinger, 1982)

3. Penyesuaian untuk penyimpangan harga pada barang-barang yang tidak diperdagangkan.

Barang-barang yang tidak diperdagangkan adalah barang-barang dimana CIF>biaya produksi domestik>harga FOB. Demikian pula dengan barang yang tidak diperdagangkan karena investasi pemerintah dengan kebijaksanaan larangan ekspor-impor, kuota dan sebagainya. Pada prinsipnya barang-barang yang tidak diperdagangkan adalah barang-barang yang cenderung lebih murah apabila dibuat di dalam negeri daripada diimpor, tetapi harga ekspornya lebih rendah daripada ongkos produksinya di dalam negeri.

Penentuan nilai ekonomi ini dilakukan dengan mengikuti dan mengembangkan diagram pengambilan keputusan yang disusun oleh Gittinger (1986), untuk menentukan nilai ekonomi yang disajikan pada Gambar 17.1 sampai dengan Gambar 17.3.

Gambar 17.1 Bagan A- Diagram Pengambilan Keputusan Untuk Menentukan Nilai Ekonomi: Langkah-Langkah Utama

Komiditi yang dinilai berwujud Tidak berwujud Pembayaran transfer langsung Termasuk sumbernyata yang dipergunakan Diperda- gangkan Tidak Diperda-gangkan Lihat Bagan B Lihat Bagan C Lihat Bagan D Diidentifikasi, dihitung dan nilai

Gambar 17.3 Bagan C-Diagram Pengambilan Keputusan Untuk Menentukan Nilai Ekonomi: Komoditi yang Diperdagangkan

Diperdagangkan Input Proyek Output proyek Diekspor tanpa proyek Substitusi impor ekspor Harga varietas impor Diimpor dgn. Proyek Harga varietas ekspor Harga varietas impor Harga varietas ekspor Gambar 17.2 Bagan B-Diagram Pengambilan Keputusan untuk Menentukan

Nilai Ekonomi: Pembayaran Transfer Langsung Pembayaran transfer langsung Pembayaran kepada/dari i h Transaksi Subsidi Penerimaan pinjaman Hutang Diabaikan Subsidi Pembayaran kembali pokok Pembayaran bunga Diabaikan Diabaikan Diabaikan

Gambar 17.4 Bagan D-Diagram Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Nilai Ekonomi: Komoditi yang Tidak Diperdagangkan

Tidak diperda-gangkan Input Proyek Output proyek Diprodu-ksi secara domestik Memenuhi permintaan industri yang beroperasi dengan kapasistas penuh Sewa Tidak diproduksi Upah pasaran

Harga Pasar input

Biaya Marginal memproduksi input Tanah Tng. Kerja Bekerja penuh tanpa proyek Tdk kerja penuh tanpa proyek Nilai produksi marginal Memenuhi permintaan industri yang memiliki kelebihan kapasistas Memenuhi perminta-an baru Mengganti posisi brg lain di pasar

Proyek besar dalam hubungannya dengan

harga; harga jatuh

Hrg tanpa + Hrg dengan 2

Harga Pasar tanpa Proyek Proyek kecil dalam

hubungan dgn pasar

Sumber-sumber yang dihemat dari produksi lainnya

Berkenaan dengan kepentingan evaluasi alternatif pengelolaan lahan kritis akibat praktik penggunaan lahan, di telusuri beberapa jenis elemen pada diagram di atas yang banyak dijumpai dalam proyek pertanian. Subsidi atas pupuk merupakan pembayaran transfer langsung. Dengan demikian, subsidi diabaikan dari neraca ekonomi proyek. Pupuk adalah barang yang berwujud, menyangkut penggunaan sumber nyata, diperdagangkan, merupakan input proyek, telah diproduksi di dalam negeri, dan mungkin akan diekspor tanpa adanya proyek. Dengan demikian pupuk dinilai pada harga varietas ekspor. Tenaga kerja juga merupakan sumber nyata, tidak diperdagangkan, merupakan input bagi proyek, tidak dapat diproduksi, dan mungkin akan menganggur tanpa adanya proyek. Dengan demikian harus dinilai dengan mengambil nilai produksi marginal dari tenaga kerja di dalam pekerjaan tanpa proyek.

Dalam penentuan nilai ekonomi, kurs resmi (official exchange rate) tidak digunakan secara langsung, melainkan menggunakan kurs premi (premium exchage rate). Hal ini dilakukan karena adanya kebijaksanaan pemerintah (termasuk tarif dan subsidi ekspor) dimana orang membayar premi untuk barang yang diperdagangkan melebihi apa yang harus mereka bayar untuk barang-barang yang tidak diperdagangkan. Premi ini tidak cukup digambarkan bila harga barang-barang yang diperdagangkan dikonversikan menjadi alat pembayaran domestik yang ekuivalen dengan kurs resmi.

Kurs premi ditentukan dengan 2 (dua) cara :

(1) Untuk barang-barang yang diperdagangkan, digunakan kurs bayangan (shadow exchage rate), yakni dengan cara mengalikan kurs resmi dengan kurs premi. Kurs bayangan kemudian di pergunakan untuk mengkonversikan

harga devisa dari barang-barang yang diperdagangkan pada alat pembayaran dalam negeri. Rumus yang digunakan adalah:

Shadow exchange rate = OER x FXP

dimana: OER = kurs resmi (official exchange rate) dan FXP = kurs premi (foreign exchange premium).

(2) Untuk barang-barang yang tidak diperdagangkan digunakan faktor konversi standar (standard exchange rate), yaitu menurunkan nilai domestik atas barang-barang yang tidak diperdagangkan dengan suatu jumlah yang cukup untuk menggambarkan premi tersebut. Pendekatan faktor konversi digunakan untuk menentukan biaya oportunitas dari penggunaan barang-barang yang tidak diperdagangkan ke dalam alat pembayaran dalam negeri.

Hubungan antara kurs resmi (OER), kurs premi (FXP), kurs bayangan (SER), dan faktor konversi standar (SCF) yaitu dengan rumus :

SER FXP OER×(1+ )= dan FXP SCF + = 1 1 dengan demikian SCF OER SER= dan SER OER SCF =

4. Penggunaan ukuran kelayakan dan kriteria yang digunakan

Kriteria kelayakan suatu kegiatan penggunaan lahan yang digunakan, antara lain: Net Present Value ( NPV ) atau Nilai Sekarang Netto, Internal Rate of Return (IRR) atau Tingkat Pengembalian Internal dan Benefit Cost Ratio ( B/C ) atau Ratio Biaya–Manfaat. Ketiga ukuran ini memiliki kelebihan karena tidak mempermasalahkan sama sekali dalam hal apa perhitungan dilakukan (Gittinger, 1986). Dengan demikian, ukuran ini dapat mengakomodir perhitungan terhadap

manfaat dan biaya penggunaan lahan, baik di tingkat petani (kecil) maupun perkebunan (besar).

Net Present Value (NPV), adalah ukuran nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan dari suatu kegiatan penggunaan lahan. NPV dihitung dengan terlebih dahulu mencari selisih antara nilai sekarang dari arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang dari arus biaya.

Formulanya sebagai berikut : t=n Bt - Ct --- t=1 ( 1+r ) t

dimana: Btadalah benefit kegiatan penggunaan lahan tiap tahun, Ct merupakan biaya tiap tahun, r adalah suku bunga, t adalah tahun 1, 2,...,n dimana n jumlah tahun.

Kriteria formal yang digunakan, jika NPV adalah positif, maka kegiatan ekonomi layak dilakukan, sebaliknya jika NPV adalah negatif, maka kegiatan ekonomi tidak layak dilakukan. Dalam analasis finansial, NPV merupakan nilai sekarang dari arus tambahan pendapatan untuk individu dilihat dari sudut pandang keluarga petani dan atau perusahaan perkebunan. Sedangkan dalam analisis ekonomi, NPV merupakan nilai sekarang dari tambahan pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh kegiatan penggunaan lahan eks-areal HPH.

Internal Rate of Return (IRR), merupakan ukuran tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan ekonomi untuk sumberdaya yang digunakan karena kegiatan ekonomi membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan kegiatan ekonomi baru sampai pada tingkat pulang modal. IRR merupakan ukuran kemanfaatan kegiatan ekonomi/proyek yang

sangat berguna. Bank Dunia menggunakan ukuran ini dalam praktek analisis finansial dan analisis ekonomi dan merupakan ukuran digunakan oleh banyak badan-badan finansial internasional lainnya.

Formulanya sebagai berikut : t=n Bt - Ct --- = 0 t=1 ( 1+r )t

Kriteria formal yang digunakan, jika IRR = 0, berarti tingkat bunga dimana kegiatan ekonomi dapat mengembalikan kapital dan biaya operasi yang dikeluarkan. IRR dalam analisis finansial menyatakan “tingkat pengembalian finansial” kegiatan penggunaan lahan; dan dalam analsis ekonomi menyatakan “tingkat pengembalian ekonomi” kegiatan yang sama.

Benefit Cost Ratio (B/C), merupakan ukuran kemanfaatan proyek yang berdiskonto, dengan membandingkan nilai sekarang arus manfaat (B) dengan nilai sekarang arus biaya (C).

Formulanya sebagai berikut: t=n Bt --- t=1 ( 1+r ) t --- t=n Ct --- t=1 ( 1+r )t

Kriteria formal yang digunakan, jika nilai B/C>1 maka kegiatan ekonomi dapat dilaksanakan karena akan menimbulkan keuntungan. Menurut Gittinger (1986), nilai rasio ini memiliki kelemahan karena nilai ini tergantung kepada selisih arus-arus manfaat dan biaya.

Dalam penelitian ini, sangat diperhatikan prinsip-prinsip penerapan analisis finansial dan analisis ekonomi dalam mengevaluasi kegiatan penggunaan lahan eks-areal HPH menjadi areal perkebunan. B (benefit) pada analisis finansial, merupakan pendapatan dari usahatani (perkebunan rakyat dan perusahaan), sedangkan pada analisis ekonomi meliputi pendapatan dari usahatani perkebunan ditambah dengan manfaat sosial yang dihasilkan dari ekosistem eks-areal HPH.

Sedangkan C(Cost) pada analisis finasial meliputi semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas penggunaan lahan, mulai dari perencanaan sampai dengan penjualan hasil, sedangkan pada analisis ekonomi dimasukkan biaya eksternalitas (biaya imbangan) sehubungan dengan adanya aktivitas penggunaan lahan. Akan tetapi dalam analisa ekonomi, pajak tidak termasuk biaya karena pajak dan subsidi hanyalah transfer.

5. Jangka waktu

Mengingat evaluasi penggunaan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah konversi eks-areal HPH menjadi areal perkebunan, maka jangka waktu yang digunakan disesuaikan dengan usia produktif tanaman yang diteliti dalam hal ini adalah tanaman kelapa sawit dan karet. Oleh karena itu jangka waktu analisis finansial dan analisis ekonomi ditetapkan selama 30 tahun.

6. Penentuan suku bunga

Untuk analisis finansial, tingkat suku bunga atau tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat suku bunga pinjaman nominal (nominal interest rate) yang berlaku di perbankan. Sedangkan untuk analisis ekonomi digunakan tingkat suku bunga riil (riel interest rate) sebagaimana yang disarankan oleh Klempere (1996), dengan formula sebagai berikut

f 1 i 1 r 1 + + = + atau -1 f 1 i 1 r + + =

dimana: r adalah suku bunga riil, i suku bunga nominal dan f tingkat inflasi. Dalam perhitungan suku bunga riil digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Laporan BI (2005) Rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu satu bulan = 12.75 persen

2. Dalam penelitian ini digunakan sebagai suku bunga nominal = 16 persen (Bisnis Indonesia , 26 Desember 2005)

3. Inflasi = 9.06 persen (triwulan II 2005) (Indef, 2005) Perhitungan real interest rate, adalah sebagai berikut

i (suku bunga nominal) = 0.16 f (inflasi) = 0.09 (1+ i) = 1.16 (1+f) = 1.09 (1+i)/(1+f) = 1.06 r = (1+I)/(i+f)-1 r = 0.64 atau 6.4 persen

Dalam penelitian ini, digunakan dua tingkat suku bunga, yakni: 1. Untuk analisis finansial digunakan suku bunga nominal (i) = 16 persen 2. Untuk analisis ekonomi digunakan suku bunga riil (r) = 6.4 persen

Dalam analisis yang telah dilakukan seluruh manfaat dan biaya didiskontokan didasarkan atas suku bunga periode tahun dimulainya investasi dan dikenakan sejak tahun pertama kegiatan ekonomi penggunaan lahan dilakukan.

7. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan terhadap model Environment Benefit Cost Anlysis (E-BCA) sebagaimana yang telah diuraikan pada BAB III. Nilai kriteria kelayakan terutama nilai NPV setelah dilakukan simulasi perubahan pada variabel-variabel utama yang mempengaruhi keputusan investasi.

Tahap awal dalam melakukan analisis sensitivitas adalah menyusun rancangan simulasi yang meliputi identifikasi variabel yang akan digunakan, menyusun skenario dan menetapkan besar perubahan yang relevan. Tabel 5 menyajikan rancangan simulasi untuk keperluan analisis sensitivitas terhadap hasil analisis ekonomi masing-masing alternatif pengelolaan. Analisis ini menggunakan empat variabel utama secara parsial, antara lain: luas lahan, biaya produksi, suku bunga nominal dan tingkat inflasi. Terhadap masing-masing variabel tersebut dilakukan simulasi dengan perlakukan sebagai berikut:

(1) Luas lahan ditambah atau dikurangi seluas 1 ha. Skenario ini dibuat dengan harapan didapat informasi yang objektif mengenai dampak yang ditimbulkan jika dilakukan penambahan luas areal per ha yang diinginkan oleh masyarakat maupun pembatasan areal yang diinginkan oleh pemerintah. Dampak yang ditimbulkan ini tidak saja penerimaan dari usahatani melainkan juga dalam bentuk manfaat atau biaya lingkungan yang ditimbulkan.

(2) Biaya produksi mengalami kenaikan atau turun sebesar 5 persen. Ditetapkannya proporsi 5 persen atas kenaikan biaya produksi didasarkan atas realita di lapangan dimana upah tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 5 persen per tenaga kerja setiap tahunnya. Sedangkan penurunan biaya

produksi 5 persen dibuat sekedar untuk mengetahui situasi sebaliknya dimana ongkos diproyeksikan mengalami penurunan 5 persen sejalan adanya bantuan stimulan yang diberikan oleh pemerintah.

(3) Suku bunga nominal mengalami kenaikan atau turun sebesar 1 persen. Skenario ini didasarkan kepada perubahan suku bunga kredit usahatani yang