• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

6.1. Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan

6.1.2. Eks HPH PT. Rimba Karya Indah

Seperti disajikan dalam Gambar 20 dan Tabel 29, tutupan lahan di eks-areal Rimba Karya Indah (RKI) berdasarkan citra landsat tahun 1988, 1999 dan 2002 secara umum mengalami perubahan pada semua tipe tutupan lahannya. Hutan primer terus mengalami penurunan luas dari tahun 1988 – 1999 – 2002, dimana pada tahun 1988-1999 penurunan terjadi relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan penurunan dari tahun 1999 ke tahun 2002, yakni dengan penurunan rata-rata sekitar 756.4 ha/tahun

Gambar 20. Tutupan Lahan Eks-Areal HPH.PT. Rimba Karya Indah Tahun 1988, 1999 dan 2002

Penurunan luas hutan bekas tebangan yang paling tinggi terjadi pada periode 1999-2002, yakni dengan rata-rata 655.6 ha/tahun. Sebaliknya pada periode ini terjadi peningkatan pada jenis tutupan lain berupa perkebunan besar

- -2, 035 753 3, 382 3,651 - - 338 14, 892 21,524 18,901 1, 412 1,228 3,164 24, 661 15,583 13,6 28 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 Ju m lah ( H a) K ebu n Ladan g Lah an K oso ng Hu ta n Se ku nde r (LO A) Se m ak Be lu kar Hu ta n P rim er (VF ) Jen is L an d C over 1988 1999 2002

dengan rata-rata peningkatan 508.7 ha/tahun, ladang/kebun masyarakat (67.2 ha/tahun) dan semak belukar (483.9 ha/tahun).

Penambahan luas kawasan non-hutan pada periode 1999-2002 tersebut lebih besar dibanding periode lainnya. Secara akumulatif dalam kurun waktu 1988-2002, penambahan luas kawasan non-hutan di eks-areal RKI rata-rata mencapai 585 ha/tahun. Namun, penambahan secara pesat sebetulnya terjadi selama kurun waktu 4 tahun (1999-2002) dengan peningkatan rata-rata 381.5 ha/tahun (lihat Tabel 29).

Tabel 29. Perubahan Rata-rata Tutupan Hutan Eks-Areal PT. Rimba Karya Indah Tipe Tutupan Lahan Perubahan Rata-rata (Ha/Tahun)

1988-1999 1999-2002 1988-2002

Kebun - 508.7 145.3

Ladang/kebun masy. 219.1 67.2 207.0

Lahan Kosong - 84.6 24.2

Hutan bekas tebangan 552.6 -655.6 286.4 Semak Belukar -15.3 483.9 125.2 Hutan Primer -756.4 -488.9 -788.1

Kawasan non-hutan 203.8 381.5 585.3

Keterengan : Nilai negatif mengindikasikan penurunan luas lahan

Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988, 1999 dan 2002

Penambahan kawasan non-hutan yang relatif pesat pada periode 1999-2002 dimungkinkan karena didorong oleh adanya pembangunan perkebunan besar dalam kurun waktu yang sama terutama di blok bagian atas, yakni dengan peningkatan rata-rata 508.7 ha/tahun. Di sisi yang lain juga terjadi penambahan semak belukar yang pesat (483.9 ha/tahun) dan lahan kosong (84.6 ha/tahun).

Fenomena terjadinya peningkatan kawasan non-hutan (semak belukar dan lahan kosong) tersebut dimungkinkan mengingat RKI secara defacto telah menghentikan produksinya di kawasan ini menyusul adanya konflik dengan masyarakat di sekitar kawasan. Paska konflik ini terjadi ketidakpastian dalam

pengelolaan kawasan eks-areal RKI yakni lebih kurang selama 6 tahun, sampai dengan dikeluarkannya pencabutan izin pengelolaan HPH oleh pemerintah pada tahun 2004/2005. Dari perspektif kelembagaan ketidakpastian dalam pengelolaan suatu sumberdaya alam memicu terjadinya akses terbuka (open acces) yang mendorong eksploitasi sumberdaya secara tidak terkendali.

Kondisi tutupan lahan dari tahun 1988 ke tahun 2001 berdasarkan interpretasi citra landsat (Gambar 21 dan 22) menunjukkan bahwa tutupan lahan berupa hutan primer (virgin forest) mengalami penurunan seluas 9 077 ha. Selain hutan primer, jenis tutupan hutan semak belukar pada periode ini juga mengalami penurunan, yakni seluas 183.4 ha. Sedangkan tutupan lahan yang mengalami penambahan luas adalah hutan bekas tebangan (6 631 ha) dan ladang/kebun masyarakat (2 629 ha). Sementara perkebunan besar dan lahan kosong baik pada tahun 1988 dan tahun 1999 belum teridentifikasi adanya lahan kosong.

Pola penggunaan lahan pada periode 1988-1999 dapat disimak dalam Tabel 30. Penggunaan lahan hutan bekas tebangan untuk ladang yang paling luas yakni seluas 1 586 ha, diikuti dengan penggunaan lahan yang kemudian menjadi semak belukar seluas 312 ha. Sedangkan penggunaan lahan dari hutan primer menjadi semak belukar pada periode ini terdapat seluas 334 ha dan menjadi semak belukar 236 ha. Sama halnya dengan eks-areal MJRT, di eks-areal RKI pemanfaatan hutan bekas tebangan digunakan untuk usahatani tanaman komersial lebih besar jika dibandingkan dengan pemanfaatan hutan primer.

Gambar 21. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH.PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-1999

Tabel 30. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah Tahun 1988-1999

1988

1999 Ladang Hutan Bekas

Tebangan Semak Belukar Hutan Primer Ladang 494 13 246 -

Hutan Bekas Tebangan 1 586 12 872 433 -

Semak Belukar 969 130 312 -

Hutan Primer 334 8 507 236 15 583 Sumber: Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra

Landsat akuisis tahun 1988 dan 1999

Seperti disajikan dalam Gambar 21, dalam kurun waktu tahun 1999 sampai dengan 2002 telah muncul jenis tutupan berupa perkebunan besar yakni seluas 2 034 ha. Diperkirakan perkebunan ini dibangun sejak pertengahan tahun 2001 karena hasil analisis citra yang dilakukan oleh TNKS-ICDP Komponen C1 (2002) terhadap kawasan ini dengan menggunakan citra Landsat ETM7 perekaman bulan Maret 2001, belum terdeteksi adanya kawasan perkebunan.

2.629, 2 6.631, 6 -183, 4 -9.077, 4 -1 0 .0 0 0 0 1 0 .0 0 0 2 0 .0 0 0 3 0 .0 0 0 Jumlah (Ha)

J enis Land C over

Gambar 22. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun1999-2002

Hasil kunjungan lapangan, diketahuai areal tersebut merupakan lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh PT. Sumber Maju Agung. Pada periode ini juga terjadi peningkatan semak belukar seluas 1 935 ha. Sementara ladang/kebun masyarakat hanya bertambah seluas 269 ha. Pada periode ini baik hutan primer maupun hutan sekunder mengalami penurunan luasan dimana hutan sekunder dan primer mengalami penurunan masing-masing seluas 2 622.2 ha dan 1 955.5 ha (lihat Gambar 22).

Tabel 31 memperlihatkan pada periode 1999-2002, penggunaan lahan hutan bekas tebangan untuk perkebunan besar terdapat seluas 1 831 ha, untuk ladang (2 354 ha), lahan kosong (290 ha) dan semak belukar (285 ha). Sedangkan penggunaan lahan hutan primer pada periode ini hanya teridentifikasi seluas 72 ha yang sudah menjadi semak belukar.

2.034, 9 269,0 338,2 -2.622, 2 1.935, 8 -1.955, 5 -5 .0 0 0 5 .0 0 0 1 5 .0 0 0 2 5 .0 0 0 Jumlah (Ha)

J enis Land Cover

Tabel 31. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1999-2002

1999

2002 Kebun Ladang Lahan

Kosong Hutan Bks Tebangan Semak Belukar Hutan Primer Kebun - - - -Ladang 46 1 298 49 8 1 983 -Lahan Kosong - - - -Hutan Bks. Tebangan 1 831 2 354 290 16 764 285 -Semak Belukar 158 - - 246 825 -Hutan Primer - - - 1 884 72 13 628 Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra

Landsat akuisis tahun 1999 dan 2002

Secara keseluruhan dengan menggunakan hasil analisis perubahan tutupan lahan pada periode 1988-2002 (Tabel 31 dan Gambar 22), eks-areal RKI mengalami penurunan luas tutupan hutan primer mencapai 11 033 ha. Dengan demikian selama 15 tahun terjadi penurunan luas tutupan hutan primer seluas 735.5 ha/tahun. Sebaliknya, dalam kurun waktu yang sama, telah terjadi penambahan luas jenis tutupan hutan lainnya, meliputi perkebunan besar seluas 2 034.8 ha, ladang/kebun masyarakat seluas 2 898.1 ha, tanah kosong 338.2 ha dan semak belukar seluas 1 752.4 ha. Peningkatan luas jenis tutupan lahan ini menyebar di bagian barat wilayah HPH, sedangkan tutupan hutan yang tidak berubah terkonsentrasi di wilayah yang berbatasan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (Gambar 24).

Gambar 23. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002

Gambar 24. Perubahan Tutupan Lahan Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002

Selama kurun waktu 1988-2002, penggunaan lahan hutan bekas tebangan terdapat seluas 4 678.2 ha atau sekitar 70.8 persen dari total luas penggunaan lahan, sementara yang memanfaatkan hutan sekunder terdapat seluas 1 934.1 ha atau sekitar 29.2 persen dari total penggunaan lahan di eks-areal RKI (Tabel 32 dan Tabel 33).

Penggunaan lahan yang memanfaatkan hutan bekas tebangan untuk perkebunan besar seluas 1 534 ha (dengan rata-rata peningkatan seluas 110 ha/tahun), untuk ladang/kebun masyarakat yang masih produktif seluas 1 998 ha (dengan rata-rata peningkatan 143 ha/tahun), menjadi lahan kosong seluas 66 ha (dengan rata-rata peningkatan 5 ha/tahun) dan menjadi semak belukar seluas 1 080 ha (dengan rata-rata peningkatan 77 ha/tahun). Peningkatan luas jenis tutupan dari hutan bekas tebangan ini menyebar di bagian barat wilayah eks-areal

2.034, 8 2.898,1 338,2 4.009, 5 1.752, 4 -11.033, 0 -1 5 .0 0 0 -5 .0 0 0 5 .0 0 0 1 5 .0 0 0 2 5 .0 0 0 Ju mlah (Ha)

J enis Land C over

RKI (Blok atas) yang berbatasan langsung dengan TNKS, di sekitar Desa Rantau Tipu, Kecamatan Lembur Lubuk Mengkuang. (Lampiran 11-13)

Sedangkan penggunaan lahan hutan primer untuk perkebunan besar dalam kurun waktu 1988-2002 terdeteksi seluas 501 ha (dengan rata-rata 36 ha/tahun). Penggunaan lahan lahan untuk ladang/kebun masyarakat seluas 1 473 ha (dengan rata-rata peningkatan 105 ha/tahun), menjadi lahan kosong seluas 223 ha (dengan rata-rata peningkatan 16 ha/tahun) dan menjadi semak belukar seluas 238 ha (dengan rata-rata peningkatan 17 ha/tahun). Peningkatan luas jenis tutupan dari hutan primer ini menyebar di bagian barat wilayah eks-areal HPH (Blok atas), di sekitar Desa Rantau Tipu Kecamatan Lembur Lubuk Mengkuang (Gambar 23). Tabel 32. Perubahan Tutupan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah,

Tahun 1988-2002 1988

2002 Kebun Ladang Lahan

Kosong Hutan Bks Tebangan Semak Belukar Hutan Primer Kebun - - - -Ladang - 40 45 - 668 -Lahan Kosong - - - -Hutan Bks. Tebangan 1 534 1 998 66 10 214 1 080 -Semak Belukar - 141 3 89 1 178 -Hutan Primer 501 1 473 223 8 598 238 13 628 Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra

Landsat akuisis tahun 1988 dan 2002

Tabel 33. Rata-Rata Penggunaan Lahan di Eks-Areal HPH. PT. Rimba Karya Indah, Tahun 1988-2002

Kawasan Hutan

Kawasan Non-Hutan (Ha/Tahun) Perkebunan Besar Ladang/Kebun Masyarakat Tanah Kosong Semak Belukar

Hutan Bekas Tebangan 110 143 5 77

Hutan Primer 36 105 16 17

Sumber : Diolah dari hasil analisis perubahan tutupan lahan yang menggunakan Citra Landsat akuisis tahun 1988 dan 2002

Penggunaan lahan hutan primer untuk ladang/kebun masyarakat menunjukkan bahwa pada eks-areal RKI terjadi perambahan oleh masyarakat.

Perambahan ini umumnya terjadi di bagian timur, karena kawasan ini berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kegiatan perambahan tersebut telah terdeteksi dalam citra satelit tahun 2001. Hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan tahun 2002 oleh Componen C1 TNKS-ICDP mendapati bahwa kegiatan tersebut telah masuk ke kawasan TNKS dengan memanfaatkan fasilitas bekas jalan logging. Hal ini terlihat dari beberapa lokasi yang telah dikonversi untuk lahan perkebunan dan usahatani masyarakat.

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai perubahan tutupan lahan dan pola penggunaan lahan kedua eks-areal HPH, dapat dikemukakan beberapa catatan penting. Pertama, kedua eks-areal HPH mengalami pengurangan luasan tutupan hutan (hutan bekas tebangan dan hutan primer) dimulai sejak masih dalam pengelolaan HPH. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa aktivitas diantaranya penebangan oleh pemegang konsesi, pembukaan kebun, perladangan dan pembangunan pemukiman. Berdasarkan data luas tutupan lahan, maka tutupan hutan cenderung terus mengalami penurunan; sedangkan penggunaan lahan lain mengalami kenaikan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa pengelola HPH tidak efektif terutama dalam mengendalikan penggunaan lahan di kawasan yang menjadi konsesinya.

Kedua, berdasarkan analisis citra landsat serta peta batas TNKS, terlihat bahwa penggunaan lahan untuk penggunaan lain umumnya berada jauh dari wilayah yang berbatasan dengan TNKS kecuali sebagian di blok atas eks-areal RKI. Di sekitar perbatasan antara taman nasional dan batas luar HPH sebagian besar masih berupa hutan primer dan tidak ada penggunaan lahan, secara detail ini dapat dilihat pada peta perubahan lahan.

Ketiga, penggunaan lahan pada kedua eks-areal HPH lebih banyak memanfaatkan hutan bekas tebangan dibanding hutan primer. Pada eks-areal MJRT, pola penggunaan lahan yang paling luas adalah dengan memanfaatkan hutan bekas tebangan untuk perkebunan besar terutama lahan perkebunan kelapa sawit (5 575 ha), sedangkan yang memanfaatkan hutan primer (2.2 ha). Sementara penggunaan pada eks-areal RKI yang paling luas adalah dengan memanfaatkan hutan bekas tebangan untuk ladang atau kebun masyarakat (1 998 ha), sedangkan yang memanfaat hutan primer (1 473 ha).

Keempat, selain penebangan liar, perubahan tutupan lahan hutan juga disebabkan oleh perambahan hutan, bahkan kecepatan perambahan hutan melebihi kecepatan penebangan liar. Karena tersedia akses ke dalam hutan berupa jalan HPH, jalan setapak, maupun sungai; penyebaran perambahan hutan lebih luas. Perubahan tutupan lahan akibat perambahan hutan akan lebih tampak di citra sebagai semak berlukar maupun lahan terbuka.