• Tidak ada hasil yang ditemukan

di Bidang Pengelolaan Uang Rupiah

Keberhasilan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang selama tahun 2012 tercermin dari terlampauinya target hasil survei yang ditetapkan. Pada skala penilaian 1-6, responden survei memberikan rata-ratakepuasan sebesar 4,50 terhadap seluruh aspek yang diukur, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 4. Untuk menjamin akuntabilitas dan integritas hasil survei, pelaksanaan Survei Kepuasan terhadap Ketersediaan Uang Layak Edar (ULE) dilakukan oleh konsultan independen yang ditunjuk. Pada tahun 2012, survei dilaksanakan terhadap terhadap 305 responden yang mencakup 6 kelompok stakeholders yaitu perbankan yang terdiri dari Bank Umum, Bank Syariah dan BPR Konvensional; dunia usaha serta masyarakat umum. Secara keseluruhan, para responden menyatakan cukup puas dengan ketersediaan Uang Layak Edar, hal ini terutama disampaikan oleh responden dari kategori Bank Umum dengan tingkat kepuasan sebesar 4,82, diikuti oleh BPR Konvensional dan Bank Syariah dengan tingkat kepuasan 4,73 dan 4,58. Aspek yang dinilai dalam survei mencakup 8 atribut kepuasan, diantaranya pemenuhan uang berdasarkan pecahan, kualitas uang dan kemudahan dalam mengenali keaslian uang. Responden memberikan penilaian tertinggi terhadap atribut kemudahan mengenali keaslian uang dengan menggunakan alat deteksi uang palsu dengan tingkat nilai kepuasan sebesar 4,74. Kemudahan mengenali keaslian uang dengan melihat desain dan gambar serta meraba tekstur dan menerawang uang juga memperoleh nilai kepuasan yang tinggi dari responden, dengan nilai keyakinan sebesar 4,65. Atribut lain yang juga memperoleh nilai keyakinan yang tinggi dari responden adalah terpenuhinya kebutuhan uang dalam jumlah dan jenis pecahan dengan tingkat kepuasan 4,61. Adapun dari hasil survei, terlihat bahwa tingkat keyakinan responden terhadap penurunan jumlah uang palsu yang beredar masih rendah, dengan tingkat kepuasan hanya sebesar 4,29 atau merupakan atribut dengan penilaian terendah pada survei. Atribut lain yang dikritisi oleh responden adalah belum memadainya informasi atau pengumuman atas uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, dimana tingkat kepuasan responden hanya sebesar 4,35.

10.2 Survei Kepuasan Perbankan atas Layanan Kas di Kantor Pusat Bank Indonesia

Kepuasan perbankan sebagai salah satu stakeholders utama Bank Indonesia terhadap pemenuhan kuantitas dan kualitas uang kartal yang diberikan menjadi salah satu tolak ukur kinerja dan keberhasilan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Hal ini mendorong Bank Indonesia untuk terus mengembangkan kualitas layanan kas kepada perbankan sesuai dengan standar layanan kas prima yang berlaku. Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepuasan perbankan di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) terhadap kinerja layanan kas yang diberikan, Bank Indonesia secara semesteran melakukan pengukuran kepuasan perbankan melalui Survei Kepuasan Perbankan terhadap Layanan Kas di KPBI.

Aspek yang diukur dalam survei meliputi 4 aspek layanan yaitu keakurasian (selisih kurang/lebih) dalam penghitungan penerimaan setoran dan pembayaran kepada bank; kesesuaian dalam pemenuhan kebutuhan uang perbankan; kualitas hasil cetak uang yang dibayarkan kepada bank, serta atribut layanan kas yang meliputi kecepatan, keamanan dan layanan dari petugas kas Bank Indonesia selama berinteraksi dengan perbankan. Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan pada tahun 2012, secara umum perbankan menyatakan kepuasannya terhadap layanan kas Bank Indonesia. Kepuasan

perbankan tersebut tercermin dari penilaian yang diberikan responden terhadap seluruh aspek yang diukur dengan rata-rata kepuasan sebesar 5,0 (skala 1-6). Hasil survei menunjukkan tingginya tingkat kepuasan perbankan terhadap aspek layanan kas yang meliputi atribut kecepatan dan keamanan layanan serta keramahan, kerapihan dan ketelitian petugas Bank Indonesia. Responden memberikan penilaian sebesar 5,1 yang merupakan pencapaian tertinggi dari seluruh aspek yang diukur dalam survei. Keamanan pada saat melakukan penarikan ataupun setoran ke Bank Indonesia dinilai sebagai atribut layanan kas terbaik dengan tingkat kepuasan responden sebesar 5,26.

Survei juga mengindikasikan perlunya perbaikan aspek kesesuaian dalam pemenuhan kebutuhan bank, dimana aspek ini memperoleh penilaian terendah dengan tingkat kepuasan responden sebesar 4,9. Responden menyoroti belum optimalnya pemenuhan kebutuhan bank berdasarkan jenis pecahan yang diminta, terutama uang pecahan kecil. Hal ini tercermin dari penilaian responden terhadap atribut kesesuaian pemenuhan kebutuhan uang berdasarkan jenis pecahannya dengan tingkat kepuasan sebesar 4,88.

Sementara itu, responden menyatakan kepuasannya terhadap aspek keakurasian (selisih kurang/lebih) dalam penghitungan penerimaan setoran dan pembayaran kepada bank serta aspek kualitas hasil cetak uang. Kedua aspek tersebut memperoleh tingkat kepuasan sebesar 5,0. Namun demikian, pada aspek keakurasian, responden mengharapkan adanya peningkatan keakurasian pada penghitungan uang terutama penghitungan uang yang dikategorikan sebagai uang eks peredaran atau uang yang berasal dari setoran masyarakat.

Aspek-aspek yang dinilai

Indeks Kepuasan Sangat Puas

(%)

Puas (%)

Cukup Puas, Kurang Puas, Tidak Puas, Sangat Tidak Puas (%)

Keakurasian (selisih kurang/lebih) eks peredaran 22 57 21

Keakurasian (selisih kurang/lebih) HCS 38 47 15

Kesesuaian dalam pemenuhan Pecahan Kecil (Rp10.000, ke bawah) 25 37 38

Kesesuaian dalam pemenuhan Pecahan Besar (Rp20.000 ke atas) 26 46 28

Kesesuaian dalam pemenuhan nominal 32 45 23

Kualitas hasil cetak 29 40 31

Kecepatan Waktu Layanan Kas 31 38 31

Keamanan selama melakukan transaksi di komplek kantor BI 40 49 11

Perekonomian Indonesia ke depan diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi sejalan dengan kinerja perekonomian dunia yang diperkirakan mengalami peningkatan secara gradual. Di tengah berbagai tantangan baik global maupun domestik yang bersumber dari ketidakpastian pemulihan ekonomi maupun harga komoditas yang dapat mempengaruhi ekspor Indonesia, pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 diperkirakan mencapai kisaran 6,3%-6,8%. Pertumbuhan tersebut masih disumbang oleh permintaan domestik disamping persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Legislatif yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut menjadi pijakan bagi penetapan arah kebijakan dan rencana pengembangan di bidang pengelolaan uang pada tahun 2013.

Disamping pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, berbagai lingkungan strategis Bank Indonesia seperti amandemen UU Bank Indonesia, pengesahan UU lainnya seperti UU Mata Uang serta RUU terkait dan isu-isu strategis yang berkembang di dunia internasional, nasional, regional serta internal Bank Indonesia turut pula mempengaruhi peta strategi dan arah kebijakan Bank Indonesia ke depan.

Menghadapi perkembangan tersebut, untuk memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat, kebijakan pengelolaan uang ke depan diarahkan untuk memperkuat manajemen persediaan dan fungsi layanan

uang kartal, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi uang yang telah dijalankan selama ini, dengan tetap memperhatikan amanat UU Mata Uang dan perkembangan lainnya. Penerbitan uang rupiah baru pada tahun 2014 turut menjadi konsideran utama bagi kebijakan pengelolaan uang di tahun 2013.

Memperkuat Manajemen Persediaan Uang Kartal

Tren peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat diperkirakan masih akan terus berlanjut. Untuk itu, kebijakan pengelolaan uang pada tahun 2013 diarahkan untuk memperkuat manajemen persediaan uang kartal Bank Indonesia.

Penguatan ini salah satunya ditempuh dengan menjaga level kas minimum secara nasional pada posisi yang aman sesuai dengan perhitungan EKU 2013. Untuk itu, Bank Indonesia akan melakukan alignment antara rencana kerja dan anggaran Perum Peruri dengan kebutuhan pencetakan uang Bank Indonesia dalam jangka panjang. Selain itu, Bank Indonesia juga akan terus meningkatkan akurasi perencanaan kebutuhan uang baik dalam jumlah maupun pecahan sehingga kebutuhan uang kartal masyarakat dapat terpenuhi baik dalam jumlah nominal maupun pecahan.

Sementara itu, untuk memperkuat persediaan uang rupiah logam, Bank Indonesia akan mengimplementasikan

Arah Kebijakan dan Rencana

Pengelolaan Uang Rupiah