• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rintisan Edukasi Keaslian Uang Rupiah melalui Jalur Pendidikan – Pilot Project Edukasi Kebanksentralan di Kabupaten Sukabumi

dan di Provinsi Jawa Barat

Boks 8.2

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank Indonesia diamanatkan untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kepada masyarakat. Ciri-ciri keaslian uang rupiah perlu diketahui secara luas di masyarakat sebagai upaya untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat agar terhindar dari kejahatan pemalsuanuang rupiah.

Sebagai bagian dari upaya preventif penanggulangan peredaran uang rupiah palsu, Bank Indonesia terus mengembangkan kegiatan sosialisasi keaslian uang rupiah yang diantaranya ditempuh melalui jalur pendidikan yaitu melalui kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan materi edukasi mengenai ciri keaslian uang rupiah dalam kurikulum sekolah. Disamping itu, penyebaran informasi ciri-ciri keaslian uang rupiah juga dilakukan melalui kegiatan training of trainers (ToT) kepada masyarakat pemegang uang tunai (cash handlers), perbankan dan aparat penegak hukum. Sosialisasi keaslian uang rupiah juga ditempuh melalui pengisian gap pengetahuan masyarakat dalam bentuk kesenian tradisional yang sekaligus bertujuan untuk melestarikan kebudayaan bangsa.

Selama tahun 2012, Bank Indonesiaterus mengembangkan strategi sosialisasi keaslian uang rupiah yang salah satunya ditempuh dengan strategi rintisan edukasi keaslian uang rupiah melalui jalur pendidikan. Sosialisasi melalui jalur pendidikan dipandang mempunyai keunggulan tersendiri, salah satunya yakni manfaat sosialisasi dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang panjang. Pada usia dini masyarakat telah diajak untuk mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah sehingga terbentuk perilaku dan kesadaran untuk mencintai uang rupiah sebagai simbol kedaulatan Negara.

Rintisan sosialisasi keaslian uang rupiah pada tahun 2012 diwujudkan dalam dua pilot poject, yakni Pilot Project Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat termasuk Madrasah Aliyah di Kabupaten Sukabumi dan Pilot Project Edukasi Madrasah di Provinsi Jawa Barat.

Pilot Project Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat di Kabupaten Sukabumi

Sebagai bentuk pelaksanaan pasal 29 ayat (2) UU Mata Uang, Bank Indonesia berkewajiban untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kepada masyarakat. Berbagai metode, media atau saluran digunakan untuk melakukan publikasi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu metode publikasi yang dipandang efektif untuk menyampaikan pesan mengenai tanda keaslian uang rupiah adalah melalui jalur pendidikan.

Langkah ini ditempuh oleh Bank Indonesia dengan memasukkan materi Kebanksentralan, yang mana salah satu materinya adalah mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, ke dalam kurikulum mata pelajaran Sekolah Menengah Atas atau Sederajat. Materi Kebanksentralan ini dimasukkan dalam mata pelajaran Ekonomi pada kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, sedangkan di Sekolah Menengah Kejuruan materi ini disisipkan dalam mata pelajaran Kewirausahaan. Wilayah yang dipilih sebagai pilot project kegiatan ini adalah Kabupaten Sukabumi dengan mempertimbangkan kasus pemalsuan uang rupiah yang cukup menonjol di Sukabumi serta lokasinya yang cukup dekat dengan Kantor Pusat Bank Indonesia.

Pilot Project Edukasi Kebanksentralan ini diawali dengan upaya menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan

(Disdik) dan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi untuk memasukkan materi dimaksud ke dalam silabus mata pelajaran ekonomi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah serta mata pelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan untuk tahun ajaran 2011-2012. Tujuan kerja sama tersebut adalah agar materi Bank Indonesia dan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah menjadi salah satu materi pelajaran yang wajib diajarkan kepada pelajar SMA, MA dan SMK di wilayah Kabupaten Sukabumi secara berkelanjutan.

Melalui kerjasama ini, sejak tahun 2011, materi Kebanksentralan termasuk materi ciri-ciri keaslian uang rupiah telah diajarkan di 174 SMA, MA dan SMK di Kabupaten Sukabumi. Selain memasyarakatkan ciri-ciri keaslian uang rupiah, dimasukkannya materi mengenai keaslian uang rupiah dalam silabus mata pelajaran untuk SMA dan Sederajat juga memberikan manfaat lain seperti :

a. Peserta didik lebih mengenal dan memahami tujuan, peran dantugas Bank Indonesia maupun perbedaan Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia dengan bank umum.

b. Selain di sekolah, para guru dapat menjadi narasumber mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di wilayahnya.

Pilot Project Edukasi Sekolah Menengah Atas dan Sederajat di Provinsi Jawa Barat

Berkaca pada pelaksanaan pilot project edukasi di Kabupaten Sukabumi, Bank Indonesia kembali melakukan perluasan pelaksanaan pilot project edukasi untuk memberikan materi edukasi Kebanksentralan di Provinsi Jawa Barat. Materi Kebanksentralan yang diberikan merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada tahun 2012, Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia telah memulai penyusunan kurikulum Kebanksentralan untuk Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiah. Direncanakan pada tahun ajaran baru tahun 2013, siswa-siswa pada ketiga tingkatan madrasah tersebut telah dapat menerima materi pelajaran Kebanksentralan.

Ruang lingkup kerjasama antara Bank Indonesia dan Kemenag RI meliputi penyusunan model silabus, modul pengajaran, bahan ajar kepada pengajar, implementasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. Adapun cakupan materi Kebanksentralan yang dimaksudkan untuk memperkaya program tersebut diantaranya adalah program Ayo ke Bank dan materi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah untuk mata pelajaran IPS di jenjang Madrasah Ibtidaiah dan Madrasah Tsanawiah.

Banyak pengalaman menarik yang diperoleh Bank Indonesia pada saat menyusun materi bahan ajar

Kebanksentralan ini. Pengalaman ini tentunya memperkaya khasanah nilai-nilai dan pengetahuan mengenai Kebanksentralan yang akan diberikan kepada peserta didik. Ungkapan waktu adalah uang, seringkali kita dengar. Benarkah waktu adalah uang? Tidak selamanya waktu adalah uang, karena waktu juga dipergunakan untuk menjalin persahabatan dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ungkapan yang sungguh menyentuh ini adalah salah satu ekspresi guru Madrasah Tsanawiyah yang menjadi anggota Tim Penulisan bahan ajar materi Kebanksentralan. Makna mendalam yang terkandung dalam ungkapan ini dituangkan kembali sebagai nilai-nilai luhur yang akan memperkaya penulisan materi ajar Kebanksentralan.

Sampai dengan akhir tahun 2012, seluruh modul silabus untuk Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiah telah berhasil diselesaikan. Diharapkan pada tahun ajaran baru 2013 program edukasi Kebanksentralan ini sudah menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa di tiga tingkatan madrasah tersebut. Disamping itu, program edukasi Kebanksentralan ini juga diharapkan sudah diterapkan sebagai bahan ajar pada tingkat nasional. Dengan demikian, program pilot project edukasi Kebanksentralan ini menjadi jangkar penting bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Ekonomi. Dengan bekal pengetahuan yang baik mengenai mampu menjadi motor dalam gerakan perlindungan konsumen terhadap kejahatan pemalsuan uang rupiah.

Upaya Represif Penanggulangan Peredaran Uang Rupiah Palsu sebagai Amanat UU Mata Uang

Mata uang merupakan salah satu lambang kedaulatan suatu negara. Segala bentuk kejahatan terhadap mata uang termasuk pemalsuan uang merupakan tindakan yang merendahkan kehormatan negara dan menjadi ancaman serius bagi kedaulatan suatu negara. Adanya sanksi pidana yang tegas bagi para pelaku kejahatan pemalsuan uang merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menanggulangi meluasnya peredaran uang rupiah palsu di masyarakat.

Menyadari hal ini, Bank Indonesia terus mengembangkan upaya-upaya represif untuk menanggulangi peredaran uang rupiah palsu di masyarakat. Upaya ini salah satunya ditempuh melalui koordinasi dan kerjasama penanggulangan peredaran uang rupiah palsu dengan aparat penegak hukum sebagai pihak yang memiliki kewenangan penuh dalam penanganan tindak pidana uang palsu.

Koordinasi dan kerjasama ini salah satunya diwujudkan melalui peranan Bank Indonesia sebagai saksi ahli dalam peradilan kasus temuan uang rupiah palsu. Peranan ini

sejalan dengan amanat Pasal 29 UU Mata Uang yang mewajibkan Bank Indonesia untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai tanda keaslian uang rupiah kepada masyarakat, serta memberikan klarifikasi tentang uang rupiah yang diragukan keasliannya.

Selain itu, untuk mendukung penanganan kasus tindak pidana uang rupiah palsu yang dilakukan oleh pihak Kepolisian, Bank Indonesia memberikan bantuan pemeriksaan laboratorium terhadap barang bukti uang rupiah palsu. Hasil pemeriksaan laboratoris ini digunakan oleh pihak Kepolisian dalam proses pelimpahan kasus tindak pidana uang rupiah palsu ke Kejaksaan dan melengkapi berkas perkara pada saat persidangan. Disisi lain, untuk memenuhi amanat Pasal 28 ayat (3) UU Mata Uang, Bank Indonesia secara aktif mengambil bagian dalam pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Rupiah Palsu (BOTASUPAL). Selain Bank Indonesia, badan koordinasi ini terdiri dari unsur Badan Intelijen Negara (BIN), POLRI, Kejaksaan Agung dan Kementerian Keuangan, yang diketuai oleh Kepala BIN. Adapun ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu

tersebut diatur dalam Perpres Nomor 123 Tahun 2012 yang mulai berlaku tanggal 7 Desember 2012.

8.2 Distribusi dan Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya

Memenuhi misinya di bidang pengelolaan uang untuk menyediakan kebutuhan uang kartal masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, pecahan yang sesuai, layak edar dan tepat waktu, Bank Indonesia menempuh kebijakan penguatan strategi distribusi uang serta memperkuat strategi pengolahan uang yang telah dilakukan selama ini. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang kartal layak edar sebagai alat pembayaran dalam kegiatan transaksi masyarakat secara lebih merata di seluruh wilayah NKRI.

Selama tahun 2012, kebijakan penguatan strategi

distribusi dan pengolahan uang yang aman dan terpercaya dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal

masyarakat diwujudkan melalui :

1. Melaksanakan Distribusi Uang Secara Efektif dan Efisien;

2. Melakukan Pemantauan Kegiatan Pengolahan Uang dan Layanan Nasabah yang dilakukan oleh Perbankan dan perusahaan CIT serta Menyempurnakan Cash

Processing di Bank Indonesia;

3. Melakukan Pemantauan Optimalisasi Kinerja Sarana Pengolahan Uang.

Melaksanakan Distribusi Uang Rupiah secara Efektif dan Efisien

Kegiatan distribusi uang dilakukan Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan kas seluruh satuan kerja kas di 39 KPw DN dan satuan kerja kas di KPBI. Selain itu, distribusi uang juga dilakukan sebagai bagian dari strategi kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga persediaan uang masing-masing satuan kerja kas pada level yang aman.

Seiring dengan meningkatnya penggunaan uang kartal dalam transaksi masyarakat, kegiatan distribusi uang yang dilakukan Bank Indonesia pun semakin meningkat.Hal ini tercermin dari peningkatan frekuensi maupun intensitas

kegiatan distribusi uang rupiah yang dilakukan Bank Indonesia selama tahun 2012.

Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia memperkuat Rencana Distribusi Uang (RDU) yang merupakan pedoman operasional bagi pelaksanaan pengiriman uang ke satuan kerja kas. Penyusunan RDU tersebut mengacu pada Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) yang telah ditetapkan dan memuat jadwal pelaksanaan pengiriman serta jumlah uang yang akan dikirim untuk memenuhi kebutuhan satuan kerja kas.

Selama tahun 2012, kegiatan distribusi uang dilakukan dari KPBI ke 11 Kantor Depot Kas (KDK) dan 5 satuan kerja kas lain yang ada di KPw DN dan KPBI. Adapun penentuan KDK dilakukan dengan mempertimbangkan jalur distribusi dan ketersediaan moda transportasi di masing-masing wilayah.

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta kelancaran kegiatan distribusi uang, Bank Indonesia menempuh strategi penguatan kerjasama dengan operator penyedia jasa angkutan baik darat, laut dan udara. Disamping itu, upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi uang juga ditempuh melalui optimalisasi penggunaan armada transportasi milik Bank Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pengiriman uang ke satuan-satuan kerja kas.

Melalui berbagai strategi tersebut, selama tahun 2012 Bank Indonesia telah merealisasikan pengiriman uang ke 11 KDK dan 5 satuan kerja kas dengan total pengiriman sebesar Rp141,22 triliun. Kegiatan distribusi ini dilakukan sendiri dengan menggunakan armada milik Bank Indonesia ataupun dengan menggunakan sarana transportasi darat, laut maupun udara.

Melakukan Pemantauan Kegiatan Pengolahan Uang dan Layanan Nasabah yang dilakukan oleh Perbankan dan Perusahaan CIT, serta Menyempurnakan Cash Processing di Bank Indonesia

Kebutuhan akan ketersediaan uang layak edar yang terus meningkat pada tahun 2012 berimplikasi pada

meningkatnya kebutuhan akan kegiatan pengolahan uang yang aman dan terpercaya. Merespon hal tersebut, Bank Indonesia secara berkesinambungan memantau kegiatan pengolahan uang rupiah dan layanan kepada nasabah yang dilakukan oleh perbankan dan perusahaan cash

in transit (CIT), disamping melakukan penyempurnaan

proses pengolahan uang di Bank Indonesia.

Pemantauan Kegiatan Pengolahan Uang dan Layanan Nasabah yang dilakukan oleh Perbankan dan CIT

Untuk meningkatkan kemampuan perbankan dan CIT dalam memenuhi standar pengolahan uang yang ditetapkan, Bank Indonesia secara rutin melakukan pemantauan terhadap kegiatan pengolahan uang dan layanan nasabah yang dilakukan baik oleh perbankan maupun CIT. Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemantauan ini adalah untuk meningkatkan jumlah pasokan uang kartal layak edar di masyarakat yang berasal dari hasil olahan perbankan dan CIT.

Penyempurnaan Kegiatan Cash Processing di Bank Indonesia

Selain meningkatkan pasokan uang kartal layak edar melalui kegiatan pemantauan pengolahan uang yang dilakukan oleh perbankan dan CIT, upaya peningkatan pasokan uang kartal layak edar juga dilakukan melalui penyempurnaan kegiatan pengolahan uang Bank Indonesia. Penyempurnaan kegiatan cash processing ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengolahan uang yang dilakukan Bank Indonesia sehingga pasokan uang kartal yang dimilki Bank Indonesia dapat dengan segera memenuhi kebutuhan masyarakat.

Melalui kebijakan tersebut, kegiatan pengolahan uang selama tahun 2012 dapat berjalan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada keberhasilan pemenuhan kebutuhan uang layak edar masyarakat yang semakin meningkat. Kebijakan ini juga berhasil mendorong terciptanya tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan pengolahan uang rupiah yang dilakukan perbankan, CiT maupun Bank Indonesia.

Melakukan Pemantauan Optimalisasi Kinerja Sarana Pengolahan Uang

Keberadaan sarana pengolahan uang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Bank Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat. Penggunaan sarana pengolahan uang secara optimal akan memperlancar proses handling uang yang diterima Bank Indonesia dari setoran perbankan dan penukaran masyarakat. Hasil pengolahan berupa uang layak edar dapat segera dibayarkan kembali ke perbankanataupun ditukarkan kembali ke masyarakat untuk digunakan dalam transaksi pembayaran.

Untuk mengoptimalkan kegiatan pengolahan uang, Bank Indonesia terus memperkuat kinerja sarana pengolahan uang yang ada di KPw DN dan KPBI. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan pemantauan sarana pengolahan uang baik secara langsung (on-site) maupun secara tidak langsung melalui laporan yang diterima dari satuan kerja kas Bank Indonesia (off-site).

Dalam rangka memperoleh gambaran mengenai kinerja dan kegiatan pengolahan uang yang dilakukan oleh seluruh satuan kerja kas, selama tahun 2012 Bank Indonesia melakukan pemantauan on-site ke masing-masing satuan kerja kas. Pemantauan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui profil perkasan tiap-tiap satuan kerja kas yang meliputi :

a. Jenis dan jumlah peralatan kas yang terdiri

MesinSortasi Uang Kertas (MSUK), Mesin Racik Uang Kertas (MRUK), Mesin Hitung dan Pembungkus Uang Logam (MHPUL), Mesin Hitung Uang Kertas (MHUK), Mesin Hitung Uang Logam (MHUL) dan Mesin Pengikat Uang Kertas (MPgUK).

b. Kinerja MRUK dan MSUK dalam melakukan pengolahan uang tidak layak edar

c. Kapasitas dan kondisi ruangan khasanah uang dan area kas termasuk loket layanan kas

d. Jumlah Sumber Daya Kasir

e. Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengolahan uang

Hasil pemantauan memperlihatkan bahwa berbagai strategi kebijakan yang ditempuh selama tahun 2012 berhasil meningkatkan kinerja pengolahan uang yang dilakukan satuan kerja kas. Hal ini tercermin dari peningkatan utilitas dan produktivitas MSUK dan MRUK dalam kegiatan pengolahan uang.

Utilitas atau rata-rata penggunaan MSUK dalam melakukan pengolahan uang meningkat 20,57% dibandingkan tahun sebelumnya. Disamping itu, produktivitas atau rata-rata jumlah uang kertas yang dapat diolah dengan MSUK menunjukkan peningkatan sebesar 31,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, rata-rata kinerja satuan kerja kas dalam menggunakan MSUK pada kegiatan pengolahan uangnya meningkat 25,93% dari rata-rata kinerja tahun sebelumnya.

8.3 Pengembangan Layanan Kas Prima

Kegiatan layanan kas yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi skema layanan kas kepada bank umum dan masyarakat yang dilakukan di seluruh unit kerja kas Bank Indonesia dan layanan kas yang dilakukan di luar kantor Bank Indonesia. Layanan kas yang dilakukan di seluruh satuan kerja kas Bank Indonesia terdiri dari layanan penyetoran dan penarikan perbankan, serta layanan penukaran uang kartal layak edar kepada masyarakat. Sementara layanan kas luar kantor Bank Indonesia dilakukan dalam bentuk layanan kas keliling dan kas titipan.

Dihadapkan pada peningkatan penggunaan kebutuhan uang kartal dalam kegiatan transaksi masyarakat, Bank Indonesia terus mengembangkan alternatif bentuk layanan kas selain menempuh kebijakan penguatan strategi layanan kas yang telah ada saat ini. Penguatan strategi layanan kas tersebut dilakukan baik terhadap kegiatan layanan penyetoran, penarikan dan penukaran uang yang dilakukan di seluruh satuan kerja kas, maupun terhadap layanan kas luar kantor yaitu layanan kas keliling dan kas titipan.

Pengembangan layanan kas Bank Indonesia selama tahun 2012 diarahkan pada kebijakan untuk memperbesar porsi keterlibatan perbankan dan instansi terkait lainnya dalam kegiatan layanan kas yang dilakukan Bank Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang kartal yang merata di seluruh wilayah Indonesia serta menjaga uang rupiah yang beredar dalam kondisi layak edar.

Strategi kebijakan yang dilakukan pada tahun 2012 dalam rangka pengembangan layanan kas dengan melibatkan perbankan dan instansi terkait tersebut meliputi: 1. Menyempurnakan sistem dan prosedur layanan kas; 2. Mengoptimalkan kerjasama penukaran uang rupiah pecahan kecil dengan perbankan dan pihak lainnya; 3. Mengembangkan strategi layanan kas pada periode

Hari Raya Keagamaan;

4. Mengoptimalkan Layanan Kas Luar Kantor Bank Indonesia yang meliputi layanan kas keliling dan kas titipan serta layanan kas di wilayah terpencil dan terdepan NKRI.

Menyempurnakan Sistem dan Prosedur Layanan Kas

Dalam rangka meningkatkan pemenuhan kebutuhan uang rupiah layak edar, Bank Indonesia terus mendorong komitmen dan keterlibatan perbankan untuk

menyediakan uang rupiah layak edar bagi masyarakat. Upaya ini ditempuh melalui kerjasama pengelolaan uang kartal yang efektif, baik antar sesama bank melalui optimalisasi Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) ataupun dengan perantaraan Bank Indonesia melalui mekanisme dropshot.

Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Sejalan dengan perkembangan kegiatan penarikan dan penyetoran uang rupiah oleh bank umum dari dan ke Bank Indonesia, penyempurnaan sistem dan prosedur layanan kas di Bank Indonesia mutlak untuk dilakukan. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengolahan uang

di Bank Indonesia serta mengoptimalkan manajemen kas perbankan.

Pasca pemberlakuan Ketentuan Penyetoran dan Penarikan Uang Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia pada bulan April 2011 (Surat Edaran BI Nomor 13/9/DPU), selama tahun 2012 Bank Indonesia terus mendorong perbankan untuk melakukan optimalisasi TUKAB dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

Mekanisme Dropshot

Bersamaan dengan upaya optimalisasi TUKAB dalam memenuhi kebutuhan uang rupiah perbankan, Bank Indonesia memberlakukan penerapan kebijakan dropshot yang merupakan mekanisme transaksi uang rupiah antar bank dengan perantaraan Bank Indonesia.

Keberhasilan mekanisme dropshot dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan kas Bank Indonesia mendorong pengembangan mekanisme dropshot yang sebelumnya hanya dilakukan dalam satu wilayah kerja Bank Indonesia menjadi dropshot antar wilayah kerja Bank Indonesia. Melalui mekanisme dropshot antar wilayah ini, pembayaran ULE hasil setoran bank dapat dilakukan kepada bank yang sama atau kepada bank berbeda dalam wilayah kerja KPw DN Bank Indonesia yang berbeda.

Selama tahun 2012, mekanisme dropshot antar wilayah telah dilakukan di Sumatera dan Aceh; Jawa Timur; Sumatera Barat; Kalimantan Selatan dan Tengah; serta dropshot antar wilayah Bandung dan Jakarta. Melalui kebijakan baru ini, resirkulasi uang layak edar dapat ditingkatkan mengingat uang layak edar hasil dari setoran perbankan dapat dibayarkan kembali oleh Bank Indonesia kepada bank yang sama atau bank berbeda di wilayah lain, tidak terbatas dalam satu wilayah kerja KPw DN Bank Indonesia.

Penerapan kebijakan optimalisasi TUKAB dan dropshot antar wilayah berhasil memenuhi peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada tahun 2012. Disamping itu, mekanisme ini juga membantu meningkatkan efisiensi dan efektifas manajemen kas perbankan serta meringankan beban pengolahan uang di Bank Indonesia. Keberhasilan penerapan mekanisme dropshot antar wilayah pada tahun 2012 mendorong Bank Indonesia untuk mengembangkan pemberlakuan mekanisme dropshot di tingkat nasional yang akan mulai diterapkan pada tahun 2013.