• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjamin ketersediaan uang Rupiah layak edar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memenuhi amanat Undang-Undang Mata Uang

Dalam delapan tahun terakhir, Indonesia merupakan salah satu negara yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi dan paling stabil di dunia. Daya tahan perekonomian Indonesia yang didukung oleh lingkungan makro dan sistem keuangan yang terjaga kondusif dan stabil mendorong perekonomian tumbuh dengan rata-rata di atas enam persen per tahun. Adapun pada tahun 2012, tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh kenaikan kontribusi permintaan domestik yang terjadi di tengah pelemahan kinerja eksternal.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan stabil tersebut perlu dukungan ketersediaan uang kartal agar tetap terjaga kelancaran aktivitas transaksi pembayaran tunai masyarakat. Perkembangan tersebut direspon oleh Bank Indonesia dengan senantiasa menjaga ketersediaan uang rupiah layak edar baik secara nominal maupun jenis pecahan di seluruh wilayah NKRI.

Ketersediaan uang rupiah layak edar tersebut tercermin oleh jumlah dan laju pertumbuhan uang kartal yang diedarkan (UYD) maupun aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat (outflow) dan aliran uang kartal yang masuk melalui Bank Indonesia.

Jumlah rata-rata harian UYD pada tahun 2012 mencapai Rp370,61 triliun, tumbuh 15,68% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp320,37 triliun. Peningkatan UYD

tersebut terutama digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Meningkatnya UYD tersebut dikonfirmasi pula dengan adanya tambahan kebutuhan uang kartal masyarakat sepanjang tahun 2012 sebesar Rp63,29 triliun, atau meningkat 16,80% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp54,19 triliun.

Pasca penerapan kebijakan penyetoran dan penarikan uang oleh bank umum di Bank Indonesia pada bulan April 2011, pertumbuhan outflow dan inflow pada tahun 2012 masih cenderung tinggi meskipun masih lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2011. Pertumbuhan outflow pada tahun 2012 mencapai 23,6% sementara inflow naik 24,8%. Merespon kenaikan jumlah outflow tersebut, Bank Indonesia menerapkan kebijakan penguatan strategi distribusi uang untuk memenuhi ketersediaan uang kartal layak edar secara merata hingga ke wilayah terpencil dan terdepan NKRI.

Sementara itu, guna menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar yang masuk kembali dari perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia. Jumlah uang rupiah kertas tidak layak edar yang dimusnahkan Bank Indonesia selama tahun 2012 mencapai 3,82 miliar lembar dalam berbagai pecahan.

6.1. Isu Strategis dan Kebijakan Pengelolaan Uang Rupiah Tahun 2012

Kinerja positif perekonomian Indonesia pada tahun 2012 berlangsung ditengah melambatnya kondisi ekonomi global. Pencapaian ini memerlukan ketersediaan alat

Sekilas Pengelolaan Uang

pembayaran dalam mendukung kelancaran aktivitas perekonomian domestik.

Dari sisi alat pembayaran tunai, peningkatan aktivitas ekonomi domestik khususnya konsumsi rumah tangga mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat. Sesuai dengan tugasnya untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran, kebutuhan uang kartal yang meningkat tentunya harus didukung dengan ketersediaan uang kartal dari Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah.

Mewujudkan hal tersebut, kebijakan Bank Indonesia sepanjang tahun 2012 diarahkan untuk memenuhi misinya di bidang pengelolaan uang yakni memenuhi kebutuhan uang rupiah masyarakat dalam jumlah yang cukup, pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Kebijakan tersebut ditempuh dengan memperhatikan perkembangan beberapa indikator ekonomi makro baik nasional maupun masing-masing daerah yang berimplikasi langsung terhadap kebutuhan uang kartal masyarakat maupun isu-isu strategis yang berkembang dalam aktivitas pengelolaan uang yang dilakukan Bank Indonesia.

Sementara itu, perkembangan berbagai isu strategis dalam aktivitas pengelolaan uang menjadi tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia yang harus disikapi dengan respon kebijakan yang tepat. Masih kentalnya budaya masyarakat untuk memegang fisik uang dan melakukan transaksi pembayaran secara tunai, belum memadainya ketersediaan uang kartal layak edar di seluruh wilayah NKRI, serta perlunya peningkatan kualitas dan penyempurnaan unsur pengaman pada uang rupiah untuk melindungi uang rupiah dari upaya pemalsuan serta agar mudah dikenali ciri keasliannya, merupakan isu-isu strategis yang harus disikapi oleh Bank Indonesia. Disamping itu, upaya untuk meningkatkan keterlibatan pihak lain di luar bank sentral dalam kegiatan pengelolaan uang rupiah turutpula menjadi isu yang mendapatkan perhatian khusus dan mendasari pengambilan kebijakan Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang.

Demikian pula dengan diberlakukannya UU Mata Uang

pada tanggal 28 Juni 2011 menjadi faktor penting yang mendasari pengambilan kebijakan Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang sepanjang tahun 2012. Diberlakukannya UU Mata Uang yang mengamanatkan agar Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemerintah dalam berbagai hal, berimplikasi luas pada kegiatan pengelolaan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang meliputi kegiatan perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan serta pemusnahan uang rupiah.Penambahan fungsi baru pada kegiatan perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang rupiah menuntut adanya penyesuaian mekanisme dan alur kerja yang mengakomodir koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah. Disamping itu, penambahan fungsi baru tersebut juga mengharuskan Bank Indonesia untuk melakukan penguatan fungsi yang telah ada dalam hal penanggulangan uang rupiah palsu bersama dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (BOTASUPAL).

Memperhatikan perkembangan ekonomi makro, berbagai isu startegis dan implementasi UU Mata Uang, kebijakan pengelolaan uang rupiah selama tahun 2012 dilakukan dengan mengacu pada tiga pilar kebijakan yaitu i) Tersedianya Uang Rupiah yang Berkualitas; ii) Distribusi dan Pengolahan Uang Rupiah yang Aman dan Terpercaya; dan iii) Layanan Kas Prima. Berbagai kebijakan yang ditempuh selama tahun 2012 selain dimaksudkan untuk memenuhi misi Bank Indonesia di bidang pengelolaan uang, juga berkontribusi meningkatkan efisiensi manajemen kas perbankan maupun efisiensi kegiatan

cash processing di Bank Indonesia.

6.2. Arah Kebijakan ke Depan

Ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi mencapai kisaran 6,3%-6,8%. Hal ini sejalan dengan peningkatan kinerja ekonomi global yang diperkirakan mengalami peningkatan secara gradual. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 ini masih disumbang oleh permintaan domestik. Selain itu, persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden dan legislatif pada tahun 2014 juga akan mendorong kebutuhan

uang kartal tumbuh ke arah yang lebih tinggi. Perkiraan pertumbuhan kebutuhan uang yang cukup tinggi ini menjadi pijakan bagi penetapan arah kebijakan dan rencana pengembangan di bidang pengelolaan uang pada tahun 2013.

Disamping pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, peta strategi dan arah kebijakan Bank Indonesia ke depan juga dipengaruhi oleh berbagai lingkungan strategis Bank Indonesia. Amandemen UU Bank Indonesia, pengesahan UU lainnya seperti UU Mata Uang dan RUU terkait, maupun isu-isu strategis yang berkembang di dunia internasional, nasional, regional serta internal Bank Indonesia, menjadi lingkungan strategis yang turut mempengaruhi kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2013.

Menghadapi perkembangan ini, kebijakan pengelolaan uang ke depan diarahkan untuk memperkuat manajemen persediaan dan fungsi layanan uang kartal, disamping meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan distribusi uang yang telah dijalankan selama ini. Kebijakan-kebijakan tersebut diambil dengan tetap memperhatikan amanat UU Mata Uang maupun perkembangan lainnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi pada tahun 2012 (6,23%) dan laju inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah (4,3%) terutama ditopang oleh naiknya permintaan domestik.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi serta berbagai kebijakan pengelolaan uang rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, beberapa indikator utama pengelolaan uang rupiah yaitu uang kartal yang diedarkan (UYD) dan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia juga mengalami peningkatan.

Kinerja perekonomian domestik yang meningkat pada tahun 2012 perlu mendapat dukungan ketersediaan uang kartal sebagai salah satu alat pembayaran di masyarakat. Peran penting uang kartal tersebut tercermin dari peningkatan beberapa indikator utama pengelolaan uang yaitu uang kartal yang diedarkan (UYD) dan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, jumlah UYD terus mengalami peningkatan. Rata-rata harian UYD naik dari Rp320,37 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp370,61 triliun pada tahun 2012 atau meningkat 15,68%. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan uang kartal sebagai alat pembayaran tunai di masyarakat. Peningkatan ini dikonfirmasi pula dengan tambahan kebutuhan uang

kartal (net outflow) sepanjang tahun 2012 sebesar Rp63,29 triliun atau meningkat 16,80% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp54,19 triliun.

Sejalan dengan perkembangan UYD, rasio UYD terhadap konsumsi masyarakat khususnya rumah tangga juga mengalami peningkatan. Rasio UYD terhadap konsumsi masyarakat pada tahun 2012 mencapai 33,64%, naik dibanding tahun sebelumnya dengan rasio sebesar 31,97%. Kenaikan rasio ini mengindikasikan bahwa ditengah beragamnya pilihan alat pembayaran yang tersedia di masyarakat, uang kartal masih tetap menjadi salah satu pilihan utama masyarakat, khususnya rumah tangga, dalam membiayai aktivitas konsumsinya. Disisi lain, perkembangan pangsa UYD di perbankan selama tahun 2012 masih melanjutkan tren penurunan pada tahun sebelumnya. Pangsa UYD di perbankan tercatat sebesar 15,50%, turun dari tahun 2011 dengan pangsa sebesar 15,76%. Tren penurunan pangsa UYD di perbankan ini didorong oleh penerapan penyempurnaan ketentuan penyetoran dan penarikan uang rupiah oleh bank umum di Bank Indonesia yang mulai

diberlakukan pada bulan April 2011. Sebelum penerapan penyempurnaan ketentuan tersebut, pangsa UYD di perbankan berada di kisaran 16,00%. Kecenderungan penurunan pangsa UYD di perbankan memperlihatkan semakin efisiennya cash management di perbankan serta makin optimalnya transaksi uang kartal antar bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan.

Kinerja Pengelolaan Uang Rupiah