• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biografi Nâsher Makârem al-Syirâzî

USLÛB JADÎD FÎ AL-TAFSÎR AL-MAUDHÛ’Î LI AL-QUR’ÂN AL-KARÎM

A. Biografi Nâsher Makârem al-Syirâzî

a.1. Pengalaman Pendidikan

Makârem al-Syirâzî ialah ayatullâh al-Uzma Nâsher Makârem al-Syirâzî. Ia lahir di kota Syiraz pada tahun 1345 H./1929 M.1 dari keluarga yang taat beragama dan berbudi pekerti yang baik. Di masa kecil, ia telah menyelesaikan pendidikan sekolah ibtidaiyah dan tsanawiyah di kota Syiraz. Sejak kecil ia termasuk dalam deretan pelajar-pelajar yang brilian, bahkan ia pun pernah menyelesaikan dua periode sekolah ditempuh dalam waktu satu tahun.

Berbekal kecerdasan, ia dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi kondisi pada saat itu sangat mendukung ke arah tersebut. Karenanya, wajib bagi Makârem al-Syirâzî untuk mempelajari ilmu umum dan ilmu pasti agar ia mendapatkan kedudukan yang layak. Namun demikian, takdir dan pertolongan Allah swt. yang tidak bisa dihindari mendorong kepada hatinya untuk senantiasa cinta ilmu-ilmu pengetahuan Islam dan inilah yang membuatnya berubah ke arah itu. Kondisi demikian ini terjadi pada saat bulan Rajab 1361 H./Agustus 1942 M.,2 yaitu saat semarak dan berdiri sekolah-sekolah Islam di kawasan tersebut.

Secara resmi, ia memulai pendidikan agama ketika berusia 14 tahun, yaitu ketika masuk sekolah Agha Baba Khan di kota Syiraz.3 Di sekolah inilah ia mempelajari ilmu fikih dan usul fikih dengan tidak melupakan ilmu-ilmu lain seperti ilmu sharf, nahw, mantiq, ma’ânî, bayân, dan badî’ (baca; Durus al-Lughat). Bahkan ia dapat menyelesaikan seluruh pelajaran dari tingkat dasar hingga ke tingkat tinggi yang ditempuh dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun. Di saat yang sama, ia juga tetap memperkaya keilmuan dengan mengajar para pelajar padahauzah ‘ilmiyah (seminari/pesantren) di kota Syiraz.

Perkembangan keilmuan Makârem al-Syîrâzî itu tampak pada saat memberikan kritik dan usulannya di forum hauzah ilmiyah tersebut, terutama berkenaan dengan naskah-naskah ilmiyah, sehingga perbincangan tentang intelegensi, kecermatan dan kedalaman pemikirannya dapat dipertimbangkan di forum-forum ilmiyah dan keagamaan. Tidak hanya sebatas itu, ketika usia

1

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 2

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 3

mencapai 18 tahun ia telah menulis uraian-uraian (hâsyiyah) buku Kifâyat al-Ushûl karya Muhammad Kazhim al-Khurasânî (w. 1329 H./1911 M.),4dan uraian ini muncul dari pemikiran, tulisan yang 'tajam' dan kritis, bahkan dapat menguraikan apa yang selama ini dianggap mubham (kurang jelas). Dalam usia 18 tahun, ia juga telah mengikuti hauzah ‘ilmiyah di kota suci Qom, dan tempat ini pula ia belajar kurang lebih selama 5 tahun kepada guru-guru besar yang ada di kota itu seperti al-Boroujerdi (w. 1380 H./1961 M.).5

Selain di kota suci Qom, Makârem al-Syirâzî juga belajar ke kota Nejf, Irak dan mengikuti hauzah ‘ilmiyah yang berada di kota tersebut. Di kota Nejf inilah ia belajar dengan para imam besar seperti Muhsin al-Hakim (w. 1390 H./1970 M.),6Abu al-Qasim al-Khu`i (w. 1984 M.),7 dan ‘Abd. al-Hadi al-Syirazi

4

Muhammad Kazhim al-Khurasani al-Akhand lahir di kota Mashad al-Mukaddasah, Iran pada 1255 H./1839 M. dan wafat pada 20 Dzulhijjah tahun 1329 H./1911 M. di kota Nejf, Irak. Ia seorang syaikh al-Khurasan dan dikenal sebagai pengajar ilmu usul dalam sejarah Islam. Selama 40 tahun ia disibukan dengan hauzah ilmiyah, menulis dan salah satu karyanya ialah Kifayat al-Ushul. Untuk melihat para guru, murid-murid, karya-karya, dan sosial politiknya lihat, http://www.al-shia.org/html/ara/others/?mod=monasebat&id=255. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009. lihat juga, Abu al-'Abbas Syamsuddin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar Ibnu

Khalkan (w. 781 H.), Wafayat al-A'yan wa Anba Abna al-Zaman. Jld. 2. (Beirut : Dar al-Tsaqafah,

t.th.), h. 157-190. 5

Al-Boroujerdi adalah ayatullah al-Sayyid Husein Thabathabai al-Boroujerdi. Ia salah satu figur dan tokoh yang namanya akan selalu dikenang dalam sejarah Islam dan bangsa Iran, bahkan peduli akan persatuan umat Islam. Ia lahir di penghujung Shafar 1292 H. dan wafat pada 14 Muharram 1364 H. Ayahnya bernama Sayid Ali Thabathabai. Sejak kanak-kanak, ia sudah

mempelajari al-Qur’an dan berbagai kitab seperti Jami’ al-Muqaddimat, Syarh al-Fiyah, mantik,

dan buku sastra kumpulan syair Golestan karya al-Sa’di. Beliau masuk ke jenjang pendidikan

agama di hauzah ilmiyah Isfahan dan ditempat inilah ia menekuni berbagai ilmu agama. Pada

tahun 1320 H., ia belajar ke Najf di Irak untuk melanjutkan pendidikan dan berguru kepada para ulama besar seperti Muhammad Kadzim al-Khurasani, dan sepulang berguru kepadanya ia dikenal sebagai mujtahid karena memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan ketika hijrah di Qom ia menggantikan Abu al-Hasan Isfahani dan Hajj Agha Husein Qomi hingga menjadi panutan dan rujukan otoritatif di kalangan masyarakat Islam Syi’ah. Lihat, http://taghrib.ir/melayu/?. Sumber ini didownload tanggal 20 November 2008; lihat juga, http://www.jafariyannews.com/oct2k2/19 makaremshirazi.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/11/ 2008.

6

Muhsin al-Hakim ialah ayatullah al-Sayyid Muhsin al-Thabathabai al-Hakim. Ia lahir pada tahun 1306 H. di lingkungan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, keilmun, dan semangat ketakwaan. Ia seorang cucu dari al-Sayyid Mahdi al-Hakim, seorang guru akhlak kenamaan di masanya. Bahkan, di antara moyangnya (al-sayyid 'Ali al-Hakim) adalah seoarang dokter dan penulis besar di masa Syah 'Abbas al-Shafawi. Lebih jauh, menurut penuturan kitab

Ansab, ia memiliki nasab hingga ke 'Ali bin Abi Thalib. Untuk melihat para guru, murid-murid, karya-karya dan sosial politiknya lihat, http://14masom.com/aalem-balad/18/18.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009.

7

Abu al-Qasim al-Khui ialah al-Imam al-Sayyid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui. Ia lahir pada pertengahan Rajab 1317 M./1899 H. di kota Khiwa, Adzerbaijan dan wafat di Iran pada 1984 M. setelah sebelumnya hijrah ke Nejf. Lebih dari 70 tahun ia berkecimpung dengan ilmu,

(w. 1382 H./1962 M.)8. Dalam usia 24 tahun ia sudah mendapat ijazah ijtihad mutlaq9 dari guru-guru besarnya yang ada di Nejf.

Kemudian, pada tahun 1370 H./1950 M., Makârem al-Syirâzî kembali ke Iran (kota suci Qom) ketika mendapat panggilan untuk seluruh ulama dan cendikiawan untuk kembali ke hauzah ilmiyah di kota tersebut. Di kota inilah ia mengajarkan ilmu fikih dan usul fikih untuk tingkatan perguruan tinggi selama lebih kurang 33 tahun.10 Pada saat yang sama, ia juga menulis kitab-kitab agama seperti fikih dan usul fikih, tafsir, akidah, dan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan sekarang tempat ini menjadi salah satu pusat pengkajian Syi’ah terbesar yang dipenuhi ribuan mahasiswa.

a.2. Kondisi Sosial Politik yang Dihadapi.

Selain berkiprah dalam keilmuan dan pengajaran, Makârem al-Syirâzî juga memiliki andil besar dalam bidang polotik. Hal ini tercermin dengan usaha pembentukan masyarakat Islam yang beraliran Syi’ah. Bersama dengan ulama-ulama lain ia menerbitkan majalah Syi’ah pertama yang diberi nama madrasat al-Islam dengan tujuan membendung dan menandingi majalah-majalah yang telah terbit dan dianggap menyesatkan generasi muda dan bangsa di saat itu,11 bahkan

bahkan selama telah mencapai derajat ijtihad, dan karenanya ia dijuluki selain seorang ulama,

ustadz (profesor) juga mujtahid. Untuk lebih jelas mengenai para guru, murid-murid, karya-karya dan sosial politiknya lihat, http://www.amal–movement.com/kouii/index.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009.

8

‘Abd. Hadi Syirazi ialah sayyid 'Abd. Al-Hadi bin Sayyid Ismail bin Sayyid Ridha al-Husaini al-Syirazi. Ia memiliki nasab hingga ke Zaid bin al-Imam 'Ali Zain al-'Abidin. Ia lahir pada 1305 H. di kota Samira', Irak dan wafat di Shahn al-Haidari pada 9 Shafar 1382 H./1962 M. Ia tercatat sebagai salah seorang ahli syair di abad ke-14 H. Untuk lebih jelas mengenai para guru,

murid-murid, dan sosial politik lihat,

http://www.al-shia.org/htm/ara/others/?mod=monasebat&id=304. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009; lihat juga, Muhsîn al-Amîn, A'yân al-Syî'ah, telah ditahqîq oleh Hasan al-Amîn, juz. 8. (Beirut : Dâr al-Ta'âruf li al-Mathbû'at 1406 H /1986 M), h. 129.

9

Ijtihad Mutlaq adalah penentuan suatu hukum yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki syarat-syarat ijtihad sesuai dasar-dasar dan metode-metode para imam mujtahid (penentu hukum) lain agar mencapai pemahaman yang mendalam terhadap nas-nas wahyu. Jenis ijtihad inilah yang sesuai dengan apa yang difatwakan oleh sebagian para ulama mujtahid, seperti Abu Yusuf, Al-Syaibani, Ibn Rusyd, al-Nawawi, Ibn Taimyah dan lain-lainnya yang telah mencapai

tingkatan ijtihad. Lihat, Qutb Mushthafa Sanu, Mu'jam Mushtalahat Ushul al-Fiqh. (Beirut : Dâr

al-Fikr al-Mu'âshir, 2000 M.), h. 35. 10

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 11

Salah satu kutipan majalah-majalah itu ialah taushiyah Imam Khomaini yang

majalah beraliran Syi’ah ini telah eksis lebih kurang 43 tahun dengan tanggapan dan dukungan yang baik dari kalangan para pemuda, pelajar maupun para dosen.12

Makârem al-Syirâzî juga seringkali mengkritik pemerintah yang dianggap tidak Islami ketika itu, dan kritik ini ia tulis dalam majalah tersebut. Karena itu, tidak heran jika beberapa kali ia diasingkan ke dalam penjara di Chabahar, Mahabad, dan Anarak Nain.13

Meski mendapat tekanan dari berbagai kalangan yang pro pemerintah akan aktivitas itu, Makârem al-Syirâzî senantiasa mengkritisi mereka, dan hal ini diwujudkan dengan memunculkan ide-ide revolusioner yang masif dan teraktualisasi ketika terjadinya ‘genderang’ Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 dimana ia menjadi salah seorang yang dipercaya untuk menulis Undang-Undang Konstitusi negara tersebut. Revolusi Islam di Iran14 adalah revolusi yang

sebelum terjadinya revolusi di Iran. Adapun redaksi taushiyah Imam Khomaini yang dinaksud

adalah sebagai berikut :

" ﺎ ﻤﺑ بﺮ ﻐﻟا و قﺮﺸ ﻟا ﻰ ﻟإ بﺎﺒﺸﻟا ﺔﺌﻓ ﺎﻤﯿﺳ ﻻ رﻮﮭﻤﺠﻟا دﻮﻘﺗ ﺎﮭﻧﺄﺑ ﺮﺨﻔﺗ ﺔﯿﻣﻮﯿﻟا ﺔﻓﺎﺤﺼﻟا و تﻼﺠﻤﻟا ﺖﻧﺎﻛ و ﺔﻔ ﺳﺆﻣ ﺔﻟﺬﺘﺒﻣ رﻮﺻو تﻻﺎﻘﻣ ﻦﻣ هﺮﺸﻨﺗ مﻼ ﺳﻼﻟ ةدﺎﻀ ﻤﻟا تﻻﺎ ﻘﻤﻟا ﺮﺸ ﻧ ﻰ ﻓ ﺎﮭﻘﺑﺎﺴ ﺗ , ﺞﯾوﺮ ﺗ ﻰ ﻟإ ﺔﻓﺎ ﺿإ ﺮ ﻤﺨﻟا و ﺔ ﻨﯾﺰﻟا تاودأ و ﺔ ﯿﻠﯿﻤﺠﺘﻟا ﻊﺋﺎﻀ ﺒﻟا ﻦﯿ ﺑ تﻼ ﺤﻣ و رﺎ ﻤﻘﻟا و ءﺎ ﻐﺒﻟا و دﺎﺴ ﻔﻟا ﺰ ﻛاﺮﻤﻟ ﺔﯾﺎﻋﺪﻟا , ﻰ ﺘﻟاو ىﺮﺧﻷا ندﺎﻌﻤﻟا و زﺎﻐﻟا و ﻂﻔﻨﻟﺎﺑ و ﺔﻣﻷا لاﻮﻣﺄﺑ درﻮﺘﺴﺗ "

Lihat, Mukhtar Al-Asadi, Al-Tsaurah fi Fikr al-Imâm al-Khomaini. (Teheran/Iran : Muassasah

Tanzhîm wa Nasyr Turâts al-Imâm al-Khomaini, 1996 M.), h. 166-167. 12

http://www.jafariyannews.com/oct2k2/19 makaremshirazi.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/11/ 2008; lihat juga, http://en.wikipedia.org/wiki/Naser Makarem Shirazi. Sumber ini didownload tanggal 11 November 2008.

13

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

Perlu diinformasikan di sini, bahwa Chabahar adalah salah satu kawasan di Iran yang letak

teritorialnya jauh dari kota kurang lebih 20.000 km, dan 4 mil dari tempat pelatihan militer. Pada saat musim dingin cuaca di tempat itu sangat dingin sekali, dan demikian sebaliknya. Bahkan, mereka (yang dipenjara) hidup tanpa listrik di ditempat itu sehingga ketika musim panas mereka tidak tahu dan apa yang harus dilakukan dalam kondisi tersebut. Tempat ini selain merupakan

pemukiman orang-orang Sunni tapi juga sebuah pemukiman maqbarah (kuburan) bagi kaum

Syiah Bahaiyah yang dianggap sebagai sekte tersesat di kalangan Syiah. Di tempat tersebut, pemukiman Sunni mencapai 80 % sedangkan Syiah hanya mencapai 20 %. Akan tetapi sebagai masyarakat minoritas, Syiah juga berdialog dan bekerja sama dengan mereka dalam rangka

melawan pemerintahan yang despotik, yakni pemerintahan Reza Pahlevi. Adapun Mahabad adalah

kawasan yang terletak sebelah kiri di antara wilayah paling barat negara Iran. Jarak tempat tersebut dengan pusat kota Teheran adalah 3200 km dengan tempuh kurang lebih 1 minggu, bahkan harus melalui jalan salju sesampai di tempat tersebut. Makarem al-Syirazi diasingkan ke

Mahabad ini setelah 50 hari di tempat Chabahar. Sedangkan Anarak Nain adalah dua kawasan

atau wilayah, yakni Anarak dan Nain yang jarak keduanya adalah 75 km. Untuk lebih jelas

mengenai peristiwa pengasingan Nasher Makarem al-Syirazi tersebut dapat lihat,

http://www.makaremshirazi.org/arabic/biography/wed, 06/05/2009./

14

Revolusi Islam Iran sekarang ini telah berusia tiga dekade, yakni sebuah revolusi agung yang memiliki identitas berbeda dengan revolusi lain yang pernah terjadi di dunia. Revolusi yang terjadi tersebut mengubah peta perimbangan di tingkat regional dan global. Sejak pertama musuh

dipimpin oleh Imam Khomeini ra, yang pada hakikatnya merupakan gerakan besar dan fundamental dalam melawan penjajahan Barat dan dalam rangka membangkitkan dunia Islam dari tidur lelapnya. Meski bangsa Iran tidak dijajah langsung oleh Barat namun infiltrasi dan intervensi luas Barat dalam rangka menguras kekayaan Iran tidak dapat dipungkiri lagi.15

Menurut para pengamat, kokohnya gerakan Revolusi Islam Iran ini adalah berkat esensi ilahi dan islaminya, serta kekuatan dan kejeniusan kepemimpinan, dan keteguhan perjuangan bangsa Iran.16 Namun pertanyaan yang paling fundamental jika kita cermati adalah mengapa bangsa Iran melakukan revolusi dan faktor apa yang memicu bangsa ini menggulingkan pemerintahan despotik Reza Shah Pahlevi dengan bimbingan langsung pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra.

Selain gonjang-ganjing politik terus marak, negara tersebut juga mengalami nestapa ekonomi tak kunjung usai, kerawanan sosial merambah ke mana-mana, keamanan diri dan harta terus terancam yang berujung hidup makin menggelisahkan, bahkan gagasan mistis kuno17pun menjadi solusi alternatif pada saat itu. Jadi, apa yang dialami dalam hidup dan kehidupannya Makârem al-Syîrâzî bukan saja kondisi politik yang tidak menentu tapi juga sosial masyarakat yang tidak kondusif.

telah menentukan ultimatum bagi kehancuran Revolusi Islam ini. Namun kini, Revolusi ini telah berjaya hingga tiga dekade dan terus hidup setelah melampaui berbagai fluktuasi. Bahkan kini

Revolusi ini menjadi teladan bagi kebangkitan umat Islam dunia. Lihat,

http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009. 15

Yang dimaksud infiltrasi dan intervensi Barat ialah pemerintahan yang berkuasa di Iran pada masa itu sepenuhnya bergantung pada Barat khususnya Amerika Serikat agar dapat tetap berkuasa. Reza Khan, pencetus silsilah keturunan Pahlevi, berkat dukungan pemerintah Inggris

melakukan kudeta pada tahun 1921 dan 4 tahun kemudian dengan menggunakan isquo (tangan

besi / otoriter) dan secara diktator, ia memaksa parlemen Iran untuk mengakui legalitas dinasti Pahlevi. Kala itu, Barat baru lepas dari Perang Dunia I, dan menyusul kekalahan imperium Ottoman, Inggris berhasil mengontrol sebagian besar kawasan di Timur Tengah termasuk Irak dan Palestina. http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009.

16

http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009. 17

Adapun yang dimaksud gagasan mistis kuno ialah gagasan-gagasan Nasher Makarem al-Syirazi dalam menyikapi ide-ide mistis baik yang datang dari masyarakat awam maupun kelompok-kelompok kerohanian tertentu, yang kemudian bisa saja positif dan boleh jadi negative, sehingga dalam konteks tersebut ia dapat memberikan pandapatnya secara hitam-putih. Untuk lebih jelas melihat komentar atau pandangan Nasher Makarem al-Syirazi tentang gagasan tersebut,

lihat, Nasher Makarem al-Syirazi, Al-Irtibath al-Arwah telah dialihbahasakan ke Indonesia

"Berhubungan Dengan Roh; Kritik Syariat dan Logika atas Paham-Paham Sesat." Cet. III. (Jakarta : Lentera, 2005), h. cover belakang.

Dengan demikian, dapat dikatakan, Makârem al-Syîrâzî hidup dalam kondisi terpaan dan latar belakang kehidupan yang cukup mencekam di masa mudanya. Dengan kata lain, kondisi sosial politik yang dialami boleh dibilang kurang berpihak atau kurang menguntungkan bagi dirinya di satu sisi, dan di sisi lain ia juga memunculkan gagasan kritis dan kreatif dalam menyikapi kondisi yang dialaminya.

a.3. Karir di Bidang Akademik

Pada tahun 1952-1954 M. di masa Makârem al-Syîrâzî hidup telah berkembang media dan buku-buku yang berkenaan dengan pemikiran Materialis,18 dan pemikiran ini sangat digandrungi oleh para pemuda dan akademisi pada saat itu. Dalam konteks pemikiran Materalis, ia berpendapat, pemikiran Materialis yang datang dari Barat sebenarnya akan mengancam pola pemikiran Islam khususnya terhadap kaum generasi muda, karena pemikiran yang bertumpu pada materialis tidak selamanya logik, bahkan lebih jauh pemikiran itu dapat menyesatkan jika tidak dikawal oleh agama.19

Bahkan bersama tokoh-tokoh agama, dosen-dosen akidah dan filsafat Nâsher Makârem al-Syirâzî dapat dianggap mempunyai andil besar dalam membendung pemikiran para mahasiswa dan akademisi untuk tidak terpengaruh oleh derasnya pemikiran tersebut.20 Karena itu, ia mendirikan pertemuan-pertemuan dan seminar-seminar ilmiyah yang di dalamnya membahas filsafat atau pemikiran materialis ditinjau dari kacamata keilmuan dan filsafat itu sendiri, dan dari sinilah muncul berbagai kritik terhadap kekurangan pemikiran materialis dan dasar-dasar yang dibangun oleh pemikiran tersebut.

18

Materialis adalah pengikut faham materialis atau orang yang mementingkan kebendaan, uang, harta benda dan sebagainya. Sedangkan materialisme adalah fahaman atau falsafah yang mempercayai bahwa hanya bendalah yang menyebabkan ada-nya dan terjadi-nya

segala sesuatu dalam dunia ini. Lihat, Teuku Iskandar, Kamus Dewan. (Kuala Lumpur : Dewan

Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Kuala Lumpur, 1970), h. 256; lihat juga, W.J.S.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Perpustakaan Nasional Balai

Pustaka, 1976), h. 320. 19

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 20

Pertemuan dan seminar filsafat yang dilakukan pada saat itu tidak hanya sebagai aktivitas rutin di akademik yang tanpa tindak lanjut tapi juga menghasilkan karya-karya filsafat yang kemudian diberi nama “al-Mutafalsifûn”

(buku-buku tentang para filosuf) yang hingga kini telah dicetak lebih dari 30 kali. Kemunculan buku tersebut diharapkan oleh Makârem al-Syîrâzî selain menjadi buku yang banyak diterima segala kalangan muda dan orang-orang terpelajar di kemudian hari tapi juga dapat merubah pola pikir mereka, bahkan banyak menarik para pemikir Materialis dan Marxisme untuk berubah kepada filsafat Islam.21 Perkembangan pemikiran filsafat yang berkembang saat itu merubah arah hauzah ilmiyah dari kajian fikih dan usul fikih menjadi kajian filsafat Islam dan ilmu kalam juga kajian filsafat-filsafat lainnya. Kondisi demikian ini berlangsung lebih kurang 16 tahun, yaitu ketika Rusia menjajah negara tetangga Afganistan.

Selain itu semua, Makârem al-Syirazi juga membentuk majlis-majlis ilmu dalam bidang akidah dan madzhab. Hal ini didorong karena buku–buku yang ada dan berkenaan dengan akidah Islam belum dianggap memenuhi kebutuhan publik secara menyeluruh. Selain karena buku-buku itu ditulis pada masa sebelum muncul berbagai problem yang dipikirkan oleh kaum materialis dan penjajah juga buku-buku itu hanya berisikan perdebatan-perdebatan seperti perdebatan Asy’ariyah dan Mu’tazilah yang dianggap kurang atau tidak mewakili dalam khazanah Islam, sementara sebagiannya adalah buku-buku yang merupakan bukan kebutuhan masa sekarang dan pembahasan-pembahasan seperti itu hanya bersifat musiman saja.22 Ide-ide tersebut oleh Makârem al-Syîrâzî ditulis lalu dijadikan catatan-catatan dan buku-buku yang kemudian diberi judul “Aqîdah al-Islâmiyah wa al-Ushûl al-Khamsah” (Aqidah Islamiyah dan Lima Dasar).

Pembentukan majlis-majlis ilmu dalam bidang akidah dan madzhab dalam perkembangan banyak menghasilkan buku-buku secara intensif baik untuk seminar keilmuan maupun mengenalkan kepada khalayak ramai tentang tema-tema dasar akidah Islam yang semua ide datang dari Makârem al-Syîrâzî sendiri.23

21

http://www.makaremshirazi.org. dan http://www.marxist.com/iran-revolusi-februari-1979.htm. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

22

http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 23

Demikian pula majlis ilmu yang bekerja sama dengan majlis lain dalam rangka membentuk yayasan yang kemudian diberi nama Majma’ ‘Ilmi li Inqâdzi al-Jayli al-Jadîd.24

Hal serupa juga dilakukan oleh Makârem Syîrâzî ketika mendirikan tiga madrasah di Qom, yaitu madrasah Amir al-Mukminin Imam Ali, madrasah Imam Hasan Mujtaba, dan madrasah Imam Husein, hingga saat ini madrasah-madrasah ini masih aktif diminati masyarakat.25 Dengan demikian ia tidak saja peka dan berkiprah secara moril tapi juga secara meteril diupayakannya.

a.4. Karya-karyanya.

Jika dilihat dari perjalanan sejarah dan kiprah yang telah diungkapkan maka layak kalau Makârem Syîrâzî adalah salah seorang ulama Syiah yang memiliki dedikasi dan kompetensi yang begitu tinggi, dan ini telah direalisasikan oleh ketekunan dalam menulis berbagai bidang keilmuan. Bahkan karya-karya yang teridentifikasi disinyalir mencapai lebih dari seratus buku. Akan tetapi, dari seratus buku tersebut ada yang sudah diterjemahkan ke sepuluh bahasa dunia dan ada pula yang sudah dicetak ulang lebih dari 30 kali.

Terlepas dari buku-buku yang sudah diterjemahkan tersebut, penulis hanya mendapat beberapa buku saja, antara lain:

1) Al-Amtsal fi Tafsîr Kitâbillah al-Munazzal.26Buku ini merupakan karya tafsir yang ditulis secara metode tartibi (tahlili) sesuai mushaf al-Qur'an, dan