• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL KITAB NAZ{A>RA>T FI> KITA>BILLA>H KARYA

A. Sekilas Tentang Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-

1. Biografi Zainab Al-Ga>zali>

Zainab al-Gha>zali tumbuh dalam lingkungan dan asuhan kedua orangtua yang mempunyai pendidikan Islam yang baik. Keperibadian Zainab al-Gha>zali> sudah tertanam kokoh sifat-sifat gigih dan berani buah didikan ayahnya yang sering membawa Zainab bersamanya medatangi majlis-majlis pengajian bersama beberapa ulama al-Azhar, di antaranya Syekh Muhammad Sulaiman An-Najjar, Asy-Syeikh Muhammad Al-Audan, Syekh Abdul Ma>jid Al-Lubna>n, dan sejumlah tokoh terkemuka Institusi keagamaan tertua di Mesir itu. Ayahnya juga senantiasa mengajaknya menunaikan solat Subuh di masjid, pernah ucapan ayahnya,

“kamu tidak perlu menghabiskan banyak masa dengan kawan-kawan kerana kamu adalah saiyidah Zainab”2 dan beliau sering memanggil putrinya dengan gelar Saiyidah Zainab al- Ga>zali> dan memberi nama Nusaiybah Sempena nama seorang sahabiyah yang tersohor dengan keberaniannya, yaitu Nusaiybah binti Ka’ab al-Maza>niyah al-Ans{o>riyah, bertekad membentuk Zainab al- Ga>zali> agar menjadi pembela dan penjuang Islam.3

Semasa hidupnya Zainab al-Ga>zali> menikah sebanyak dua kali. Kali yang pertama, ketika telah beranjak usia dewasa beliau menikah dengan seorang lelaki penduduk Mesir namun akhirnya pernikahannya gagal.

Faktor perceraian beliau adalah dikarenakan mantan suaminya itu tidak mendukung Zainab al-Gaza>li> ikut aktif berkecimbung dan bergiat dalam ranah perjuangan dakwah. Sedangkan perjuangan dakwah adalah motto hidupnya dan ia sudah tertanam dalam jiwa Zainab al-Ga>zali>. Beliau tidak dikaruniai keturunan dari pernikahan tersebut. Cobaan yang beliau

2 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari 19, h. 49

3 Siti Zaharah Hamid, “Sumbangan Zainab Al-Ghazali Dalam Memartabatkan Kedudukan Wanita Dalam Arena Kepimpinan Umat Islam”, (Makalah yang disajikan pada Proceeding of Internasional Conference on Postgraduate Research, Kuala Lumpur Malaysia, 1-2 Desember 2014), h. 270

hadapi di saat kegagalan pernikahannya tidak mematahkan semangat juang Zainab untuk melanjutkan perjuangan dakwahnya di Mesir.4

Pernikahan keduanya yaitu bersama Haji Muhammad Salam yang memahami dan mendukung semangat daya juang Zainab dan siap berkorban membantu istrinya. Zainab bahkan sempat menulis sebuah buku yangmana dalam bukunya yg berjudul al-Ayya>m Min Haya>ti>, beliau menuliskan kisah suaminya yang senantiasa memberi bantuan dan dorongan terhadap semua perjuangannya. Namun Zainab juga menekankan bahwa ia tidak mengabaikan tanggung jawab kepada suaminya dan keluarganya meskipun beliau sendiri sibuk dengan perjuangannya.5 Begitulah nampak tilas perjuangan Zainab dalam berdakwah mesyiarkan Islam. Pada tahun 1966, suami Zainab al-Gaza>li>

wafat, karena sesungguhnya setiap pertemuan itu pasti akan ada perpisahan. Suami beliau wafat di saat beliau berada di dalam penjara sebelum ia dibebaskan enam bulan selepas itu. Setelah kewafatan suaminya, Zainab al-Ghaza<li> meneruskan perjuangan dakwahnya sehinggalah beliau wafat pada tahun 2005 ketika usia beliau mendekati 88 tahun.

b. Pendidikan dan Perjalanan Intelektual

Pendidikan madrasah Zainab al-Ga>zali> telah beliau kenyam di sebuah madrasah yang berada di kampungnya yaitu Mayeet Ghumar al-Daqiliyah, daerah Buhairah, Mesir. kemudian, beliau melanjutkan belajar ke sekolah kerajaan dan mengikuti kajian keagamaan di al-Azhar. Beliau sudah belajar dan berhasil menguasai berbagai ilmu termasuk tafsir, ilmu hadis, dan fiqh. Setelah ayahnya wafat, pada tahun 1928 Zainab al-Ga>zali> telah

4 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari 19, h. 49

5 Sri Hertika Herri, “Zainab Al-Ghazali Tokoh Reformis Islam Di Mesir (1917-2005)”, (Skripsi UIN Alauddin Makassar, 2019), h. 29

berpindah ke Kaherah bersama ibunya. Beliau tinggal bersama dengan saudara lelakinya yang menempuh pendidikan dan bekerja di sana.6

Ketika beliau berusia 11 tahun. Semasa di Kaherah, Zainab al-Ga>zali>

tidak dibolehkan meneruskan pendidikan agamanya meskipun beliau berulang kali meminta izin kepada abangnya tertuanya yaitu Sa’aduddin al-Ga>zali. Namun, justru abangnya yang kedualah yaitu ‘Ali al-Ga>zali>

yang memberi dukungan kepada beliau untuk meneruskan Pendidikan keagamaanya supaya dapat membentuk pemikiran Zainab al-Gha>zali>

terhadap semua permasalahan di kehidupan manusia.7 Abangnya yang kedua ini telah membekalkan Zainab dengan beberapa buah buku, antaranya ialah karya Aisyah al-Taimury mengenai wanita yang telah dibaca hingga dapat menghafal banyak dari kandungannya.

Pada usia Zainab dua belas tahun, suatu hari ia keluar dari rumahnya untuk berjalan-jalan di lingkungan Khaeraah, kemudian pandangannya tertuju pada sebuah sekolah kerajaan khusus pelajar-pelajar perempuan.

Dia memasuki sekolah tersebut dan menemui langsung kepala sekolahnya berbicara dengan lantang memperkenalkan dirinya dan latar belakang keluargnya. Ia menyebutkan hajatnya untuk bisa bersekolah di sekolah tersebut. Kepala sekolahnya itu sangat kagum melihat keberanian gadis kecil tersebut lalu menerima permohonan Zainab Al-Ga>zali>. Ujian masuknya dapat ia jawab dengan yakin dan benar. Zainab diterima sebab kecerdasannya dan kemaunnya untuk belajar di sekolah kerajaan tersebut, dengan nilai prestasi yang gemilang.8

6 Siti Zaharah Hamid, “Sumbangan Zainab Al-Ghazali Dalam Memartabatkan Kedudukan Wanita Dalam Arena Kepimpinan Umat Islam”, (Makalah yang disajikan pada Proceeding of Internasional Conference on Postgraduate Research, Kuala Lumpur Malaysia, 1-2 Desember 2014), h. 272

7 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari 19, h. 50

8 Sri Hertika Herri, Zainab Al-Ghazali Tokoh Reformis Islam Di Mesir (1917-2005), (Skripsi UIN Alauddin Makassar, 2019), h. 25

Namun baginya, sekolah tersebut belum cukup untuknya, jadi Zainab kemudian mulai lagi berguru langsung dengan beberapa ilmu agama di Al-Azhar. Dengan cara tersebut Zainab dapat menggabungkan ilmu modern dan ilmu agama metode klasik yitu penerimaan ilmu secara lansung dengan metode (tallaqi) dari para mufti al-Azhar. Diantaranya Syeikh Ali Mahfuz Syeikh Muhammad Sulaiman al-Najjar yaitu seorang ulama al-Azhar yang telah banyak membantu beliau dalam memperjelaskan secara lebih detail mengenai hak-hak wanita Islam, ada juga Syeikh al-Majid al-Lubna>n dan lain-lain.

Zainab al-Gha>zali> mempunyai bakat leader yang dibentuk langsung oleh ayahnya sejak kecil, pada usianya remaja beliau masuk dalam keanggotaan persatuan wanita Mesir yang dikomandoi oleh Huda Sya’rawi, Huda Sya’rawi mendaftarkan Zainab Al-Gha>zali> sebagai peserta perwakilan pelajar yang akan dikirim mengambil ilmu di Prancis, karena dia melihat zainab memiliki ciri-ciri kepribadian yang tegas, kokoh, pendiriannya dan kuat agama serta imannya, serta harapannya agar Zainab dapat menggantikannya menjadi pemimpin kesatuan wanita Mesir nanti.

Karena Zainab telah menunjukkan kemampuan public speaking nya yang menarik perempuan-perempuan Mesir untuk ikut menyuarakan haknya, ini adalah bentu nyata dari dedikasi almarhum ayahnya dalam mendidiknya.9

Sebulan sebelum Zainab dikirim ke Prancis beliau bermimpi bertemu dan berdialog dengan ayahnya, ayahnya meminta Zainab untuk membatalkan kepergiannya ke Perancis. Perkataan ayahnya,

“Sesungguhnya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik di tanah Mesir daripada apa yang kamu akan dapatkan daripada program yang ada di Prancis itu.” Allah swt. Menghendaki hal lain untuk

9 Sri Hertika Herri, Zainab Al-Ghazali Tokoh Reformis Islam Di Mesir (1917-2005), (Skripsi UIN Alauddin Makassar, 2019), h. 27-28

Zainab. Beliau pun dengan secara sopan dan baik sambil menegaskan pendiriannya memberitahu kepada Huda Sya’rawi untuk membatalkan keberangkatannya dengan berkata: “Wajah ayah senantiasa menemani saya, saya tidak merasa seorangpun dari keluarga saya yang senantiasa bersama saya seperti perasaan saya dengan ayah saya.”10

Sepenglibatan Zainab al-Ghazali dalam organisasi persatuan Wanita Mesir ini, ia terus berjuang untuk memperkasakan hak-hak wanita dengan penuh keyakinan. Pada tahun-tahun awal penglibatannya, beliau ikut dalam banyak perbicaraan berhadapan dengan al-Azhar. Beliau masih merasa beliau tidak terkeluar dari kebenaran terkait kebebasan hak-hak wanita dan slogan-slogan yang didemonstrasikan oleh Kesatuan Wanita Mesir ini dan masih termasuk dalam lingkungan yang dibenarkan. Situasi ini menarik perhatian para ulama’ al-Azhar, akhirnya Zainab dijemput untuk diadakan beberapa perbincangan dalam rangka menjelaskan kepada Zainab sebahagian permasalahan agama yang belum difahaminya. Syeikh Muhammad al-Najjar salah seorang ulama’ al-Azhar membantunya dalam memahami banyak isu yang selama ini di anggap betul mengikut pegangan Kesatuan Wanita.11

Ulama al-Azhar, Syeikh Muhammad al-Najjar menjelaskan kepadanya hal-hal apa saja yang perlu ada dalam diri seseorang wanita sebelum memperjuangkan haknya. Pendirian Islam harus dipegang teguh oleh semua lapisan masyarakat karena dia merupakan jalan penyelesaian bagi kaum perempuan untuk memenuhi hak mereka di saat bangsa Barat tidak mengakui kedudukan golongan wanita dalam agama. Setelah

10 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari 19, h. 49

11 Siti Zaharah Hamid, “Sumbangan Zainab Al-Ghazali Dalam Memartabatkan Kedudukan Wanita Dalam Arena Kepimpinan Umat Islam”, (Makalah yang disajikan pada Proceeding of Internasional Conference on Postgraduate Research, Kuala Lumpur Malaysia, 1-2 Desember 2014), h. 272

perbincangan dan pencerahan dari Syeikh Muhammad al-Najjar, Zainab al-Gha>zali> telah memahami pengertian di sebalik perjuangan Islam yang benar.12 Pertemuan ini menyebabkan beliau mengambil keputusan untuk keluar dari Kesatuan Wanita Mesir meskipun beliau memiliki peluang besar dalam kepimpinan Kesatuan Wanita Mesir tersebut

.

Ditambah lagi, pada umur Zainab 20 tahun, beliau ditimpa cobaan yang berat, yakni musibah kebakaran yang mengakibatkan wajah dan sekujur tubuhnya terbakar parah. Beliau menganggap bahwa ini adalah teguran dari Allah atas keikutsertaannya dalam Persatuan Wanita Mesir, dengan kekuasaan Allah Zainab bisa sembuh dan pulih dari musibah yang menimpanya dan bertekad menggunakan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan dan menyebarkan dakwah Islam. Setelah peristiwa tersebut, akhirnya Zainab al- Ga>zali> keluar dari anggota Kesatuan Wanita Mesir. Pada sekitar tahun 1937 Zainab al-Gazali telah membangun Persatuan Wanita Muslimah dan menjadi pemimpin persatuan tersebut.

Persatuan Wanita Muslimah ini merupakan pertumbuhan persatuan wanita Islam pertama di Mesir yang membawa kepada sebuah perubahan baru dalam pembangunan Islamiyyah di Mesir.13

Kemudian, langkah-langkah Zainab al-Ga>zali> dalam upaya berdakwah dalam penyebaran Islam adalah dengan mengadakan kelas-kelas pengajian di seluruh Masjid di Mesir. Antaranya adalah Masjid al-Imam Syafi’, al-Jami’ al-Azhar, Masjid Ahmad Tolon, dengan bantuan tenaga pengajar para ulama al-Azhar. Beliau merupakan penggerak utama

12 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari, 19, h. 52

13 Siti Zaharah Hamid, “Sumbangan Zainab Al-Ghazali Dalam Memartabatkan Kedudukan Wanita Dalam Arena Kepimpinan Umat Islam”, (Makalah yang disajikan pada Proceeding of Internasional Conference on Postgraduate Research, Kuala Lumpur Malaysia, 1-2 Desember 2014), h. 272-273

kepada kelas-kelas pengajian. Selain itu, upaya lain yang diambil oleh Zainab al- Ga>zali> adalah dengan menerbitkan majalah Sayyidah Muslimah dengan tulisan-tulisan agama. Ucapan beliau dalam ceramah juga turut dimuatkan dalam majalah tersebut. begitulah semangat juang dakwah beliau untuk menyeru, mengajak, dan menyakinkan umat Islam agar kembali kepada ajaran agama Islam yang sahih. Hasil daripada keluaran majalah ini, telah membawa kepada dampak baru yang besar dan telah mendapat sambutan dari seluruh penduduk Mesir pada saat itu.14 Persatuan Wanita Muslimah sudah sangat berkembang. Dapat kita lihat dari banyak cabang Persatuan Wanita Muslimah di Mesir.

Namun sampai pada tahun 1952 M, ketika berlaku revolusi situasi tiba-tiba berubah, Zainab dan Persatuan Wanita Muslimah dituntut menghentikan kegiatan persatuan sepenuhnya termasuk juga penerbitan Majalah Muslimah. Zainab sendiri dikenaikan tuduhan palsu sebagai penentang revolusi dan dijatuhkan hukman mati dan kemudiannya diperingankan dengan hukuman penjara seumur hidup dengan kerja-kerja berat. siksaan dan penderitaan dalam penjara di bawah pemerintahan Naseer dirakamkan dalam karyanya yang termasyhur yaitu “Hari-hari Dalam hidupku”. Sesudah bebas dari penjara, Zainab al-Ghazali meneruskan peranannya dalam bidang dakwah. Beliau melaksanakan halaqah-halaqah pengajian di masjid-masjid dan menyertai berbagai seminar di dalam dan di luar Mesir.

c. Karya-Karya

Adapun karya-karya tulisan Zainab al-Gha>zali> di semasa hidupnya diantaranya:

- Naz{ara>t Fi> kita>billa>h

14 Ummi Zainab Mohd Ghazali dan muhammad Azizan Sabjan, “Zainab Al-Ghazali:

Sejarah Kebangkitan Mujahidah Islam Di Mesir”, Journal Al-‘Abqari 19, h. 49

- Ayya>m min Hayati>

- Asma>’Alla>h al-Husna>

- Nahwa Ba’thu Jadi>d

- Muyskila>tu Syabab wa Fataya>t - Gharizah al-Mar’ah