• Tidak ada hasil yang ditemukan

Poligami Dalam Perspketif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Nazarat Fi Kitabillah Karya Zainab Al-Gaza>li (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marjan Fi Tafsir Al-Qur’an Karya Kariman Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsir Al-Qur’an Li Al-Syabab Karya Fatin Al-Fal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Poligami Dalam Perspketif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Nazarat Fi Kitabillah Karya Zainab Al-Gaza>li (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marjan Fi Tafsir Al-Qur’an Karya Kariman Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsir Al-Qur’an Li Al-Syabab Karya Fatin Al-Fal"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF MUFASIR PEREMPUAN (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al- Gaza>li> (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n

Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al- Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Bella Bartiza NIM. 18210939

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA TAHUN 2022 M/1443 H

(2)

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF MUFASIR PEREMPUAN (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-

Gaza>li> > (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al- Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al-

Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Bella Bartiza NIM. 18210939

Dosen Pemimbing:

Dr. Ummi Khusnul Khatimah, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA TAHUN 2022 M/1443 H

(3)

PERSETUJUAN PEMIMBING

Skripsi dengan judul “Poligami Dalam Perspketif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al- Gaza>li> > (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al- Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al- Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M)” yang disusun oleh Bella Bartiza Nomor Induk Mahasiswa: 18210939 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, Agustus 2022 Pembimbing,

Dr. Ummi Khusnul Khatimah, M.Ag.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Poligami Dalam Perspketif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al- Gaza>li> > (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al- Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al- Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M)” oleh Bella Bartiza dengan NIM 18210939 telah diujikan pada siding Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal………… 2022. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

NO. NAMA JABATAN TANDA

TANGAN

1. Dr. Muhammad Ulinnuha,

Lc., M.A Ketua Sidang

2. Muhammad Hizbullah M.A. Sekretaris Sidang 3. Dr. Romlah Widayati, M.

Ag Penguji I

4. KH. M. Haris Hakam, M.A Penguji II

5. Dr. Ummi Khusnul Khatimah, M. Ag

Dosen Pembimbing

Jakarta, 30 Agustus 2022 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.

(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

. . .

“Siapkanlah bekalmu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa (kepada Allah SWT.)”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulila>h, al-shala>tu wa al-sala>mu ‘ala> rasu>lilla>h.

Terima Kasih kepada kedua orangtua tercinta, bapak (H. Bahrun) dan ibunda (Hj. Nurhayati) yang selalu mendo’akan dan mencurahkan kasih sayangnya

tanpa henti. Beserta saudara-saudaraku yang selalu mendukung, memberi semangat dan menjadi penyemangat (Aji Maulana, Ahmad Alfurqon dan

Ahmad Hafizh).

Terimakasih kepada seluruh Dosen dan Instruktur Tahfidz yang tiada hentinya membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis.

Teman-teman seperjuangan yang selalu bersama-sama selama masa perkuliahan.

Seluruh keluarga, saudara, sahabat yang sudah membantu dan mendoakan yang terbaik.

Dan Teruntuk Almamater penulis, Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

Semoga rahmat dan ampunan Allah SWT. senantiasa diberikan kepada kita semua, Aamiin.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismilla>hirrohma>nirrohi>m.

Alhamdulillah. Segala Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Swt.

Atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya ajukan adalah “Poligami Dalam Perspektif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-Gaza>li (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M.) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M)”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada jurusan saya Ilmu Al-Qur’an tafsir, Fakultas Ushuluddin.

Tidak dapat disangkal bahwa butuh usahvha yang keras dalam penyelesaian pengerjaan skripsi ini. Namun, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling saya yang mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Nadjematul Faizah, SH., M.Hum. Selaku Pjs. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

3. Ibu Mamluatun Nafisah, MA selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Al Quran dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

4. Ibu Dr. Ummi Khusnul Khatimah, M.Ag selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan berbagai pengalaman kepada penulis.

5. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah dan seluruh staf yang selalu sabar melayani segala administrasi selama proses penelitian ini.

(10)

ix

6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan dan bantuan semuanya mendapat ganjaran pahala dari Allah Swt. dan akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Jakarta, Juni 2022.

Penulis

(11)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan NO. 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Fonema konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf latin:

Huruf Arab

Huruf Latin

Huruf Arab Huruf Latin

أ

A

ط

ب

B

ظ

ت

T

ع

ث

غ

G

ج

J

ف

F

ح

ق

Q

خ

Kh

ك

K

د

D

ل

L

ذ

Ż

م

M

(12)

xi

ر

R

ن

N

ز

Z

و

W

س

S

H

ش

Sy

ي

Y

ص

ض

- Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tabel 0.2: Tabel Transliterasi Vokal Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:

Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

(13)

xii

.. َ.ْي

Fathah dan ya Ai a dan u

.. َ.ْو

Fathah dan

wau

Au a dan u

Contoh:

- َبَتَك

kataba

- َلَعَ ف

fa`ala

- َلِئُس

suila

- َفْيَك

kaifa

- َلْوَح

haula

B. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Tabel 0.4: Tabel Transliterasi Maddah

Huruf Arab Nama Huruf

Latin

Nama

.. َ.ى.. َ.ا

Fathah dan alif atau ya

A> a dan garis di atas

.. ِ.ى

Kasrah dan ya I> i dan garis di atas

.. ُ.و

Dammah dan wau U> u dan garis di atas

Contoh:

-

َلاَق =

qa>la

-

ىَمَر

= rama>

- = qi>la

َلْيِق

-

ُلْوُقَ ي

= yaqu>lu

(14)

xiii C. Ta’ Marbutah

Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:

1. Ta’ marbutah hidup

Ta’ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah “t”.

2. Ta’ marbutah mati

Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”.

3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.

Contoh:

-

ِلاَفْطَلأا ُةَضْؤَر

= raud{ah al-at{fa>l

-

ُةَرَّوَ نُمْلا ُةَنْ يِدَمْلا

= al-madi>nah al-munawwarah -

ْةَحْلَط

= t{alhah

D. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

-

َلَّزَ ن

= nazzala

-

ُِّبِلا

= al-birru E. Kata Sandang

(15)

xiv

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas:

1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan dengan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanpa sempang.

Contoh:

-

ُلُجَّرلا

= al-rajulu -

ُمَلَقْلا

= al-qalamu -

ُسْمَّشلا

= al-syamsu F. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan sebagai apostrof. Namun hal itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Sementara hamzah yang terletak di awal kata dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

(16)

xv -

ُذُخَْتَ

= ta’khużu

-

ئيَش

= syai’un -

ُءْوَّ نلا

= an-nau’u -

َّنِإ

= inna

G. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh:

-

َْيِقِزاَّرلا ُْيَْخ َوُهَ ف َالله َّنِإ َو

= Wa innalla>ha lahuwa khairu al-ra>ziqi>n -

اَهاَسْرُم َو اَهاَرَْمَ ِالله ِمْسِب

= Bismillāhi majreha> wa mursa>ha>

H. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.

Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan pedoman tajwid.

(17)

xvi ABSTRAK

Dalam ranah keilmuan tafsir Al-Qur’an dari masa ke masa, kaum laki- laki lebih mendominasi dari pada perempuan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi kaum hawa, karena isu-isu perempuan akan lebih terjawab secara tuntas jika perempuan memberikan perhatian dalam bidang keilmuan terkait. Seperti isu poligami yang sampai sekarang mesih menjadi bahan diskusi yang hangat di kalangan cendikiwan tafsir. Maka dalam penelitian ini, penulis bermaksud mengkaji persoalan poligami menurut para mufasir wanita yakni dalam kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa<h karya Zainab al-Gaza>li>, al-Lu’lu’ wa al-Marjan> Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n karya Kari>ma>n H{amzah dan Tafsi>r Al-Qur’a<n Li al-Syaba<b karya Fa>tin al-Falaki> terkait ayat-ayat poligami.

Jenis penelitian ini yakni menggunakan library reasarch (kajian pustaka) dimana sumber data primernya adalah kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa<h, al-Lu’lu’ wa al-Marjan> Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n dan Tafsi>r Al-Qur’a<n Li al- Syaba<b. sementara sekunder menggunakan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian. Sedangkan dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan metode analisis komparasi yang digagasi oleh Abdu al-Hayy al-Farmawi>.

Adapun hasil analisis penelitian ini yaitu, pertama, secara garis besar hasil penelitian ini berkisar pada dua sub pembahasan, pertama konsep poligami (QS. Al-Nisa>’ [4]: 3) dan konsep adil dalam poligami (QS. Al-Nisa>’

[4]: 129) menurut masing-masing tokoh. Kedua, persamaan dan perbedaan.

Persamaannya yaitu ketiga mufasir sepakat membenarkan syariat kebolehan berpoligami namun dengan persyaratan yang sangat ketat. Perbedaannya terdapat pada titik fokus atau kecenderungan mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Zainab lebih fokus membahas anak yatim dan memberi nasehat-nasehat seputar pernikahan yang penulis duga sebagai upaya agar suami tidak berpoligami. H{amzah lebih komperehensif yakni, membahas sosio-historis pra Islam sebelum disyariatkan hukum poligami dan kondisi- kondisi yang dibolehkan untuk berpoligami. Sedangkan Fa>tin, tidak jauh dari tekstual ayat. Ketiga, relevansi pandangan mufasir terkait poligami dengan hukum poligami di Indonesia, yakni sangat relevan.

Kata Kunci: Poligami, Zainab, H{amzah dan Fa>tin.

(18)

xvii DAFTAR ISI

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xvi

DAFTAR ISI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Kajian Pustaka ... 13

F. Kerangka Teori ... 17

G. Metodologi Penelitian ... 19

H. Teknik dan Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ... 25

A. Pengertian Poligami ... 25

B. Sejarah Poligami ... 26

C. Landasan Teologis Poligami Menurut Beberapa Mufasir ... 29

1. Mufasir Periode Klasik ... 32

2. Mufasir Periode Pertengahan ... 34

(19)

xviii

3. Mufasir Periode Kontemporer ... 36

BAB III PROFIL KITAB NAZ{A>RA>T FI> KITA>BILLA>H KARYA ZAINAB AL-GAZA>LI>> (W. 2005 M), AL-LU’LU’ WA AL-MARJA>N FI> TAFSI>R AL-QUR’A>N KARYA KARI>MA>N ḤAMZAH (L. 1948 M) DAN TAFSI>R AL-QUR’A>N LI AL-SYABA>B KARYA FA>TIN AL-FALAKI> (L. 1954 M) ... 46

A. Sekilas Tentang Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al- Ga>zali>... 46

1. Biografi Zainab Al-Ga>zali> ... 46

a. Riwayat Hidup ... 46

b. Pendidikan dan Perjalanan Intelektual ... 48

c. Karya-Karya ... 53

2. Metodologi Kitab Naz{ara>t Fi> kita>billa>h ... 54

a. Identifikasi Fisiologis ... 54

b. Identifikasi Metodologis ... 55

B. Sekilas Tentang Kitab Tafsir Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fî Tafsi>r Al- Qur’a>n Karya Kari>ma>n H{amzah ... 58

1. Biografi Kari>ma>n H{amzah ... 58

a. Riwayat Hidup ... 58

b. Pendidikan dan Perjalanan Intelektual ... 60

c. Karya-Karya ... 61

2. Metodologi Kitab Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n 62 a. Identifikasi Fisiologis ... 62

b. Identifikasi Metodologis ... 62

(20)

xix

C. Sekilas Tentang Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin

Al-Falaki> ... 66

1. Biografi Fa>tin al-Falaki> ... 66

a. Riwayat Hidup ... 66

b. Pendidikan dan Perjalanan Intelektual ... 67

c. Karya-Karya ... 67

2. Metodologi Kitab Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b ... 68

a. Identifikasi Fisiologis ... 68

b. Identifikasi Metodologis ... 68

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PANDANGAN ZAINAB AL- GHA>ZA>LI> (W. 2005 M), KARI>MA>N H{AMZAH (L. 1948 M.) DAN FA>TIN AL-FALAKI> (L. 1954 M) TENTANG POLIGAMI ... 71

A. Penafsiran Zainab Al-Gha>zali> pada Ayat-Ayat Poligami ... 73

B. Penafsiran Kari>ma>n H{amzah pada Ayat-Ayat Poligami ... 76

C. Penafsiran Fa>tin Al-Falaki> pada Ayat-Ayat Poligami ... 82

D. Analisis Perbandingan Ayat-Ayat Poligami Menurut Zainab Al- Gha>zali>, Kari>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al-Falaki>... 84

E. Relevansi penafsiran ayat poligami dari kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h, al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li al- Syaba>b pada praktek poligami di Indonesia ... 95

BAB V ... 99

PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

(21)

xx

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rasionalitas seputar penafsiran al-Qur’an tidak akan pernah usai dan selalu mengalami perkembangan yang intens seiring berkembangnya zaman dan peradaban umat manusia. Tidak diragukan bahwa hingga saat kini Al- Qur’an masih menjadi teks inti (Core text) dalam peradaban Islam.1 Hal ini terbukti dengan hadirnya para mufasir dan pemikir tafsir dengan menawarkan metode penafsiran2 dan pandangan setelah mengkaji isi kandungan Al-Qur’an, demi menjawab tantangan zaman. Di era Islam dewasa ini atau disebut masa kontemporer,3 yakni terhitung sejak abad ke-13 Hijriah atau akhir abad ke-19 Masehi sampai masa saat ini,4 Al-Qur’an perlu ditafsirkan sesuai dengan tuntunan era kontemporer yang dihadapi umat manusia.5 Namun, dari masa kemasa mufasir laki-laki lebih mendominasi dalam ranah keilmuan Tafsir Al-Qur’an daripada perempuan. Kenyataannya memang sedikit, tidak banyak, hal ini tentu sangat disayangkan, karena isu- isu perempuan akan lebih terakomodasi6 jika dalam bidang tafsir, perempuan juga memberikan perhatian dan didukung untuk berkecimpung di dunia tafsir

1 Zulyadain, “Metodologi tafsir Kontemporer (Studi Komparasi Atas Pemikiran Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur)”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 1, no 2, (2018):

h. 199

2 Kerangka atau kaidah yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran; dan seni atau Teknik ialah cara yang dipakai Ketika menerapkan kaidah yang telah tertuang di dalam metode. Lihat, Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2012) h. 2.

3 Pusat Bahasa Dapertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 591.

4 Ahmad Syirbasyi, Studi Tentang Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an Karim, (Jakarta: Kalam Mulia,1999) 242

5 Muhammad Syahrur, Al-Kita>b wa Al-Qur’a>n: Qira>’ah Mu’a>sirah, (Damaskus:

Aha>li li al-Nasyr wa al-Tawzi>’, 1992), h. 33.

6 Sesuatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, lihat KBBI [Daring], https://kbbi.kemdikbud.go.id/, dikases 23 Juni 2022.

(23)

Dalam ensklopedia tafsir, tidak banyak kita menemukan mufasir dari kalangan perempuan yang digali. Padahal sebenarnya, khit{a>b Alquran tidak hanya ditujukan kepada kaum laki-laki, tetapi juga ditujukan kepada kaum perempuan. Berarti, dalam memaknai kandungan Al-Qur’an bukan hanya menjadi otoritas kaum laki-laki ataupun kelompok tertentu. Akan tetapi, semua memiliki otoritas yang sama dalam memahami dan mengkaji Al- Qur’an. Maka dari itu, penulis dalam hal ini akan mencoba mengkaji, mempelajari, sekaligus mengeksplor karya-karya tafsir mufasir-mufasir perempuan kontemporer yakni kitab tafsir Nazhara>t Fî Kita>billa>h karya Zainab al-Ghaza>li>, Al-Lu’lu’ wa al-Marja>n fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n karya Kari>ma>n H{amzah dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li as-Syaba>b karya Dr. Fa>tin al- Falaki>. Baik dalam karakteristik kitab-kitabnya, juga pemikiran mereka tentang poligami. Sebab, topik ini belum ramai dapat perhatian khusus dalam kajian Al-Qur’an dan tafsir.

Seperti yang kita perhatikan, untuk mejawab berbagai problematika yang terjadi di lapisan masyarakat banyak pemikir tafsir, mufassir juga mufassirah yang melakukan kajian ulang Al-Qur’an yang kemudian melahirkan tafsir-tafsir baru yang lebih segar dan dirasa pas untuk dijadikan sebuah landasan di zaman kontemporer ini. Kajian ulang Al-Qur’an ini semestinya tidak perlu ditakuti apalagi dianggap sesuatu yang negatif.

Walaupun penulis merasa sebagian masyarakat Indonesia kurang menerima tafsir-tafsir kontemporer ini. Stigma negatif terus saja disematkan terhadap tafsir kontemporer ini –seperti kata liberal, bahkan tak jarang dianggap sesat.

Maka barisan mufassir dan mufassiroh yang hadir di masa kontemporer dengan meluncurkan berbagai metode dan gagasan untuk menjawab semua tantangan tersebut, diantaranya: Muhammad A>bid Al-Ja>biri> (w. 2010 M), Muhammad Arkoun (w. 2010 M), Fazlur Rahman (w. 1988 M), Nashr H{a>mid Abu> Zaid (w. 2010 M), Muhammad Syahrur (w. 2019 M), Farrid Essack (l.

(24)

1955 M), Abdullah Saed (w. 1988 M), Hassan Hanafi (w. 2021 M), Wah{bah Zuh{aili (w. 2015 M), Zainab Al-Ga>zali> (W. 2005 M), M. Quraish Shihab (L.

1944 M), Kari>ma>n H}amzah (l. 1948 M) Dan Fa>tin Al-Falaki> (l. 1954 M) Faqihuddin Abdul Kodir (l. 1971 M), dan lain-lain.

Dalam rentang sejarah terutama di Indonesia, peran ulama laki-laki sudah banyak terdeskripsikan dari masa pra-kemerdekaan sampai masa pascakemerdekaan, bahkan sampai sekarang ini; sedangkan peran ulama perempuan kurang tergambarkan dan terwadahi terutama dalam ranah penafsiran, padahal kapasitas keilmuan dan aktivitas mereka tak kalah dengan ulama laki-laki. Begitu juga yang disadari oleh Ruth Indiah Rahayu sebagaimana telah dikutip oleh Helmy Ali Yafi bahwa perempuan dalam penulisan sejarah cenderung bias. Kalaupun ditampilkan, umumnya hanya mereka yang kelas bangsawan atau berdarah biru.7 Bahkan, isu tentang femenisme lebih banyak di dibahas oleh kaum lelaki, dibanding kaum perempuan itu sendiri. Artinya, tokoh-tokoh perempuan harus lebih banyak diberi panggung untuk membahas problematika terutama problem femenisme agar lebih terakomodir.

Menilik sejarah, terutama di negri Arab, sebelum Nabi Muhammad Saw lahir, perempuan dipandang hina dan entitas yang rendah. Perempuan dianggap sebagai barang atau benda, karena bisa diwariskan. Sedangkan pewaris atau pemiliknya adalah laki-laki. Laki-laki boleh mempunyai berapun jumlah isteri dan budak perempuan. Maka tidak heran bahwa penduduk Arabi waktu itu, menganggap lahirnya anak perempuan bukan merupakan momen yang layak dibanggakan apalagi dirayakan. Bahkan, sebagian menganggap

7 Ulya, “Nyai Badriyah Fayumi : Mufassir Perempuan Otoritatif Pejuang Kesetaraan dan Moderasi Di Indonesia”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 12, No. 2, (2018): h. 67.

(25)

kelahiran anak perempuan itu pemicu kesengsaraan. Realitas sosial ini telah tercantum dalam Al-Qur’an pada sejumlah ayatnya:

مْي ِظَ

ك َو ُه َّو ا ًّد َو ْس ُم ه ُه ْج َو َّ

ل َظ ىثْنٰ ُ اْ

لاِب ْمُه ُد َحَا َر ِ شُب اَذِاَو

َر ِ شُب اَم ِءْْۤو ُس ْنِم ِمْوَقْلا َنِم ى ٰرٰوَتَي٥٨

ىٰ لَع هُ

ك ِس ْمُيَ ا ۗهِب

َن ْو ُمُ ك ْح َ

ي ا َم َءْۤا َس اَ لَ

ا ۗ ِبا َرُّتلا ىِف ه ُّسُدَي ْمَ ا ٍن ْوُه ٥٩

“Apabila mereka diberitahukan kabar tentang kelahiran anak perempuan, wajah mereka berubah menjadi merah-padam. Mereka berusaha menutupinya, untuk menyembunyikan kabar buruk ini. Mereka berpikir apakah membiarkannya dalam kehinaan atau menguburkan anak perempuan itu dalam keadaan hidup. Betapa buruknya keputusan mereka”. (QS. al-Nahl, [16]: 58-59)

Imam Al-T{abari> dalam tafsirnya Ja>mi’ Al-Baya>n Fi> Ta’wi>li A>yi Al- Qur’a>n, menjelaskan mengenai ayat ini, bahwa orang-orang jahiliyah menisbatkan anak perempuan mereka kepada Allah. Mereka senang menisbatkan anak perempuan itu untuk Allah, tetapi mereka tidak suka anak perempuan itu untuk mereka. Maka dari itu, apabila mereka mendapatkan anak perempuan, mereka membiarkannya hidup dengan menangung malu, atau menguburkannya hidup-hidup. Lalu, mereka menganggap kabar anaknya adalah perempuan merupakan berita buruk, dengan menyembunyikan kabar itu dari masyarakat, lalu mereka membiarkan anaknya hidup dalam kehinaan.8

Penelitian ini, ingin mengangkat dan membahas bagaimana kebangkitan dan perjuangan tokoh-tokoh pejuang perempuan Islam dalam melawan arus sebagaimana yang dicap masyarakat pada zamannya, di sela sekelumit zaman yang masih mengenyampingkan peran perempuan, beliau justru mengukir peradaban, menulis karya-karya yang akan senantiasa dikenang dan dikaji. Bagaimana tidak, dengan kewibawaan dan perjuangan

8 Misbah, Ahsan dkk., Tafsir Al-T{abari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), jilid 16, h.

160.

(26)

tokoh-tokoh Wanita ini, yangmana bukan saja berhasil mengangkat kedudukan wanita dalam Islam lebih dari itu, beliau berhasil menarik barisan perempuan di lingkungannya untuk bangkit mempertahankan mur’ah dan kedudukan wanita melalui usaha dan kesadaran yang mereka lakukan disepanjang memimpin pertubuhan wanita Islam.

Poligami merupakan salah satu isu yang urgent dalam pembaruan Islam dan Gerakan femenisme di masa kontemporer ini. Menurut Riffat Hassan menafsirkan ayat-ayat poligami dengan motode tah{li>li> (analitis), seperti yang dilakukan oleh mufassir klasik akan mempermudah seseorang untuk melakukan praktek poligami asal dapat memenuhi syarat adil.9 Namun bagaimana jika yang menafsirkan hal demikian adalah kaum perempuan yang tidak goyah akan sensitifitas perasaan sebagai makhluk yang dikenal perasaan lebih dominan. Maka perlu menurut penulis untuk mengangkat tema ini, selain ingin menjadikan mufasir-mufasir perempuan ini sebagai idola khususnya bagi kaum perempuan, dan memotivasi bagi perempuan dalam hal keilmuan akademik khususnya tafsir, tapi juga bagaimana menjadikan syariat Allah nomor satu, dan memandang syariat Allah dengan pandangan yang indah, setelah kita melihat hikmah-hikmah dibalik disyariatkannya poligami dalam Islam.

Terlepas dari itu, sudah tentu banyak epistemologi tafsir baru yang sesuai dengan perkembangan situasi sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan peradaban manusia dalam menyikapi hukum poligami, salah satu wacana yang mereka gagasi adalah intepretasi Al-Qur’an dengan pendekatan hermeunutika10, namun kali ini meskipun tokoh yang penulis kaji tidak

9 Fikri Hamdani, “Teori Intepretasi Nashr Hamid Abu Zayd”, Jurnal Farabi 13, no. 1 (2016): h. 40.

10 Zulyadain, “Metodologi tafsir Kontemporer (Studi Komparasi Atas Pemikiran Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur)”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 1, no. 2, (2018):

h. 200.

(27)

menawarkan metode baru, namun tetap perlu untuk kita lihat bagaimana pandangan mereka terhadap poligami dari sekelumit isu-isu poligami mengingat mereka semua hidup di zaman dewasa ini. Karena, seiring bergesernya zaman praktik poligami menjadi persoalan yang cenderung negatif dimata kaum perempuan. Sebab untuk konteks masa kini penerapan praktik poligami dianggap sudah tidak relevan lagi. Perkembangan poligami semakin mengalami pergeseran mengikuti pola pandang masyarakat, pada era Nabi perempuan dianggap rendah, lemah, hina, perempuan pada era itu nampak tertindas. Oleh sebab itu, praktik poligami sangat subur dengan alasan untuk mengangkat derajat perempuan dan menjalankan misi menyebarkan agama Islam. Sebaliknya, perempuan masa kini dipandang terhormat dan tidak lemah bahkan mampu bersaing dengan lelaki dalam bidang ekonomi, sehingga praktik poligami menjadi persoalan yang cenderung dianggap negatif.

Ada beberapa tokoh yang sebagian bahkan dijuluki sebagai kiai, dimana seorang kiai pada umumnya termanifestasikan dalam segala aspek kehidupan; sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan politik yang kemudian memilih untuk berpoligami, menggunakan dalih mengamalkan sunnah Nabi serta membonceng pada otoritas mutlak pada wilayah yang berada di bawah pengaruhnya, walaupun pilihan poligami tersebut tidak semua yang berdasarkan pada syahwat atau nafsu, akan tetapi sedikit banyak pertimbangan syahwat lebih mendominasi dibandingkan dengan jalan dakwah yang sering disebut-sebut dalam majlis ta’lim yang diadakannya.11

Beberapa tahun terakhir pro kontra poligami merebak viral di negeri ini terutama dipicu oleh praktik poligami sejumlah dai kondang di Indonesia, bahkan diantara mereka ada yang mengadakan mentoring poligami berbayar.

11 Safitri, “Kontroversi Permasalahan Ekonomi Pelaku Poligami Penyebab Perceraian”, file:///C:/Users/HP/Downloads/98-Article%20Text-128-1-10-20190815.pdf, diakses 2 September 2022.

(28)

Nampak disalah satu channel jurnalis di youtobe yang ditelah ditonton lebih dari 2,5 juta penonton dan dikomentari ribuan penonton diantaranya tokoh figur juga ikut berkomentar kontra akan bisnis mentoring tersebut.12 Menarik, baik kelompok yang mendukung maupun yang menolak poligami, sama-sama bersandar pada dalil Al-Qur’an dan sejarah keluarga Nabi Muhammad Saw.

Jika ulama yang satu mengutip suatu ayat untuk membolehkan poligami secara mutlak, maka datanglah ulama lain juga mengutip ayat yang sama untuk menolak poligami. Tatkala satu tafsir yang menoleransi poligami didatangkan, maka pada saat yang bersamaan dihadirkan pula tafsir lain yang memustahilkan poligami.

Menurut Burhanuddin, pembahasan poligami mempunyai aspek yang sensitif karena menyentuh bagian sisi dalam diri manusia karena terkait urusan kesiapan dan ketidaksiapan yang bertitik tolak pada keadilan di dalamnya.13 Maka berpacu pada perbedaan pendapat tentang penafsiran ayat poligami, hingga saat ini masih menimbulkan kontroversi mengenai boleh tidaknya poligami.14 Oleh karena itu penting kiranya menggali penafsiran yang pengimplementasiannya lebih mendekati kemashlahatan untuk umat di masa sekarang ini.

Populasi perempuan yang lebih banyak ketimbang laki-laki sering dijadikan alasan untuk poligami. Kenyataannya jumlah perempuan yang lebih banyak adalah perempuan lanjut usia (lansia) dibanding laki-laki lansia.

Staf ahli Kementrian Pemberdayaan Perempuan Zaitunah Subhan mengatakan, tidak tepat kalau alasan berpoligami karena populasi laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Berdasarkan data Kementrian Pemberdayaan

12 https://youtu.be/3qlQvcER3w, diakses 31 Mei 2022, pukul 22:02 WIB.

13 Burhanuddin, “Poligami Perspektif Hermeneutika Fazlur Rahman”, Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini 1, no. 2, (2019): h. 72

14 Nafisatur Rofiah, “Poligami Perspletif Teori Double Moement Fazlur Rahman, Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-Ilmu Sosial 4, no. 1, (2020).

(29)

Perempuan terungkap jumlah laki-laki dan perempuan seimbang untuk usia yang sama. Namun terjadi perbedaan populasi untuk jumlah perempuan lansia yang memang lebih banyak daripada laki-laki lansia. Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil merilis data kependudukan semester II tahun 2021 pada tanggal 30 Desember 2021, Dari total 273 juta jiwa, penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah: Penduduk Laki-laki: 138.303.472 jiwa atau 50,5 persen.

Penduduk Perempuan: 135.576.278 jiwa atau 49,5 persen, maka sesuai fakta dari data yang kita temukan alasan berpoligami disebabkan isu perempuan lebih banyak kurang sesuai dan tidak bisa dijadikan alasan utama.

Zaman dewasa ini, banyak ditemui perbedaan-perbedaan mazhab, aliran, pemikiran, maupun metodologi yang melahirkan kelompok Islam Liberal, Fundamental, radikal, moderat dan lain-lain. Namun terlepas dari itu semua, upaya dari hasil ijtihad dan penelitian para cendikiawan untuk menemukan hukum dan solusi yang terbaik mengingat permasalahan- permasalahan yang muncul semakin kompleks. Sehingga Islam menjadi luwes, dinamis, fleksibel sesuai dengan dinamika zaman.15 Sehingga berijtihad ataupun berinovasi baru dalam menafsirkan sebagaimana yang dilakukan para cendekiawan muslim, merupakan solusi pemecahan masalah umat Islam.

Dari sekian tokoh mufasir kontemporer, penulis tertarik untuk mengkaji Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-Gaza>li> (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L.

1948 M) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M) Karena sama-sama tokoh yang memiliki kitab karangan tafsir, gagasan

15 Abd Wafi Has, “Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam”, Jurnal Episteme 8, no. 1, (2013): h. 91.

(30)

yang orisinil, dan karena sebagai tokoh perempuan membahas isu perempuan itu sendiri, juga sama-sama hidup di era kontemporer. Apalagi ketiga mufasir ini hadir dari negri yang dikenal sebagai negrinya para Nabi, negri Mesir yang namanya cukup banyak diabadikan di dalam Al-Qur’an terkait kisah para Nabi Alaihim as-sala<m. Mesir yang merupakan wadah peradaban besar yang ada di permukaan bumi, sedangkan Al-Azhar merupakan wadah pendidikan Islam yang mempunyai pendidikan tinggi yang reputasinya diakui dunia internasional. Kemudian, tentu saja ketiga tokoh ini berangkat dari semangat yang sama, yakni ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan moral teologitas bagi umat manusia dalam mengemban amanah Tuhan, dan membuktikan bahwa Al- Qur’an selalu Sha>lih likulli zama>n wa maka>n.

Maka penulis semakin tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai metodologi dan penafsiran mereka tentang ayat-ayat poligami, mengingat mereka adalah pionir-pioni perempuan dalam menafsirkan Al-Qur’an, bahwa menafsirkan Al-Qur’an tidaklah mengutamakan perasaan sebagaimana perempuan pada umumnya, namun segala baik buruk, halal haram dan seterusnya adalah berpedoman pada timbangan syara’ dan berlandaskan takwa kepada Allah SWT. Kemudian, karena sejauh yang penulis ketahui belum ada peneliti yang mendialogkan tiga tokoh ini secara serius, kritis dan tajam. Kebanyakan hanya meneliti tokoh pertokoh, sehingga belum terlihat perbedaan dan persamaan antara ketiganya. Padahal jika dikaji secara komparatif, akan tampak sisi kekuatan dan kelemahan masing-masing, serta persamaan maupun perbedaan.

B. Permasalahan

Setelah penulis memaparkan beberapa hal pada latar belakang, supaya penelitian ini lebih terarah, penulis perlu membuat indentifikasi masalah, pembatasan masalah serta rumusan masalah.

(31)

1. Identifikasi Masalah

Judul penelitian ini adalah Poligami Dalam Perspketif Mufasir Kontemporer, (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-Gaza>li> (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al- Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al- Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L. 1954 M) Kajian ini banyak dibahas oleh para mufassir maupun ulama- ulama lainnya dan sudah menjadi kajian khusus. Akan tetapi berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas maka dapat di dentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Dari masa ke masa mufasir laki-laki lebih mendominasi dalam ranah keilmuan Tafsir Al-Qur’an daripada perempuan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi kaum hawa, karena isu-isu perempuan akan lebih terjawab secara tuntas jika perempuan memberikan perhatian dalam bidang keilmuan terkait.

b. Banyak cendikiawan tafsir mengkaji dan mengkupas isi kandungan Al-Qur’an, untuk menjawab isu poligami, namun tak sedikit yang menyebabkan kontroversi di kalangan masyarakat.

c. Minimnya mufasir perempuan dalam membahas isu ke- perempuanan atau feminisme dalam bentuk karya tafsir.

d. Beberapa tokoh memilih berpoligami, menggunakan dalih mengamalkan sunnah Nabi serta membonceng pada otoritas mutlak pada wilayah yang berada di bawah pengaruhnya, walaupun pilihan poligami tersebut tidak mutlak berdasarkan pada syahwat atau nafsu, akan tetapi sedikit banyak pertimbangan syahwat lebih mendominasi dibandingkan dengan jalan dakwah

(32)

yang sering disebut-sebut dalam majlis ta’lim yang diadakannya.

e. Kurangnya publikasi karya perempuan khususnya bidang tafsir.

f. Semakin kompleksnya permasalahan di masyarakat sehingga membutuhkan metode baru dalam menafsirkan.

g. Tiga tokoh mufasir perempuan yang hadir di era dan di negri yang sama namun dengan karakteristik yang berbeda dalam menafsirkan.

h. Seiring bergesernya zaman praktik poligami menjadi persoalan yang cenderung negatif di mata kaum perempuan dan dianggap kurang relevan.

i. Adanya gagasan bahwa menafsirkan ayat-ayat poligami dengan motode seperti yang dilakukan oleh mufassir klasik akan mempermudah seseorang untuk melakukan praktek poligami.

j. Hukum poligami hingga saat ini masih menjadi hal yang kontroversi, terkhusus di kalangan umat muslim.

k. Perlunya melakukan analisis kritik terhadap penafsiran ulama perempuan terkait ayat-ayat poligami.

2.

Pembatasan Masalah

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengkaji semua permasalahan yang ditemukan diatas. Mengingat persoalan mengenai penafsiran ayat-ayat poligami sangat luas dan untuk memperoleh uraian yang lebih fokus dan mendalam, maka tema di atas dibatasi hanya pada tiga mufasir kontemporer perempuan yaitu Zainab Al-Gaza>li>, Kar>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al-Falaki>, mengenai perspektif mereka terhadap ayat-ayat poligami, analisis perbedaan metodologi dan pandangan tentang poligami serta relevansinya

(33)

terhadap hukum di Indonesia.

3. Rumusan Masalah

Oleh karena itu untuk memperdalam pembahasannya, maka perlu adanya batasan masalah dari sekian masalah yang ada. Dengan demikian agar skripsi ini lebih praktis dan operasional, maka masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran Zainab Al-Gaza>li>, Kar>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al-Falaki> terhadap ayat-ayat poligami?

2. Bagaimana perbedaan pandangan Zainab Al-Ghaza>li>, Kar>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al-Falaki> tentang poligami?

3. Bagaimana relevansi penafsiran ayat poligami dari kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h, al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li al-Syaba>b terhadap praktek poligami di Indonesia saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dibuat di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan antaranya: supaya dapat mengetahui secara mendalam pandangan Zainab Al-Gaza>li>, Kar>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al- Falaki> tentang poligami serta persamaan dan perbedaanya. Tulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana mufasir perempuan memosisikan diri ketika menafsirkan ayat-ayat tentang poligami. Lalu menepis isu persoalan tafsir terkait hubungan dengan relasi gender bukan hanya persoalan persaingan antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih berhubungan dengan problem metodologis dalam berinteraksi dengan nash Al-Qur’an.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini untuk mendemonstrasikan bahwa al-

(34)

Qur’an Sho>lih likulli zama>n wa maka>n, lewat ilmu-ilmu para ilmuan tafsir yang selalu mengupayakan berbagai metode demi menjawab tantangan zaman.

Hasil studi ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan guna membantu memberikan solusi dalam perdebatan seputar metode penafsiran dan juga sebagai bahan acuan (referensi) bagi mahasiswa/i yang ingin membahas lebih jauh mengenai tema penelitian ini ataupun tema-tema lain yang berkaitan dengannya.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kekayaan khazanah keilmuan terkait penafsiran yang dilakukan oleh mufasir perempuan agar lebih banyak perempuan yang termotivasi. Dan agar hasil penafsiran lebih menguatkan hati muslimin dengan melihat kebenaran dengan timbangan syara’, bukan dengan timbangan perasaan atau hati semata.

Diharapkan pembaca lebih mengenal sosok mufasir Zainab al-Goza>li>, Kari>ma>n H{amzah dan Fa>tin al-Falaki>, agar bisa dijadikan teladan ataupun motivasi. Serta, memperluas wawasan pemikiran umat Islam dan meningkatkan kepercayaan kepada kemukjizatan Al-Qur’an hingga lahirlah keikhlasan dalam beribadah dan beramal shaleh kepada Allah SWT.

E. Kajian Pustaka

Dialog antara ilmu pengetahuan dan agama sudah cukup banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Demikian juga, penelitian tentang metode penafsiran kontemporer sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Namun penelitian khusus pandangan Zainab al-Ghoza>li dan Fa>tin al-Falaki> terhadap ayat-ayat poligami, sejauh yang penulis ketahui, masih belum ada. Tulisan-tulisan yang ada mempunyai objek bahasan yang sama dengan tokoh yang berbeda.

Adapun penelitian yang pernah membahas tentang poligami, sejauh

(35)

pengetahuan penulis juga cukup banyak, akan tetapi ada yang meneliti tema yang sama namun dengan tokoh yang berbeda dengan tokoh yang akan diteliti penulis. Secara ringkas, perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, dapat digambarkan berikut ini:

1. Disertasi yang ditulis Abdul Mustaqim, yang berjudul Epistemologi Tafsir Kontemporer (Studi Komparatif Antara Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur), tahun 2007. Penelitian ini membahas tentang epistemologi tafsir yang mengkaji tentang bagaimana stuktur dasar epistemology tafsir kontemporer Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur.16

Adapun persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkomparasikan pemikiran dan metode tokoh yang ada di era kontemporer, namun bedanya penulis mengambil tema poligami. Meskipun demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan tentang metode analisis komparatif intrepretasi.

2. Jurnal ilmiah yang berjudul Poligami Menurut Nashr Hamid Abu Zayd:

Studi atas pengaruh pemikiran tafsir terhadap penetapan hukum, tahun 2017. Jurnal ini membahas hukum poligami menurut Nashr Hamid Abdu Zayd serta pemikirannya dan pengaruh pemikiran tafsir terhadap ketetapan hukum.17

Adapun persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas poligami, namun bedanya pada tokoh yang

16 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Studi Komparatif Antara Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur), Tesis Pancasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2007.

17 Cucu Surahman, Poligami Menurut Nashr Hamid Abdu Zayd: studi atas pengaruh pemikiran tafsir terhadap penetapan hukum, Jurnal Wacana Hukum Islam Dan Kemanusiaan, 17/ 2, 2017

(36)

diteliti. Meski demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan tentang metode analisis komparatif

dan metode tokoh yang penulis teliti dalam mencapai tujuan intepretasi ayat-ayat poligami dan.

3. Skripsi yang berjudul Zainab Al-Gazali dan Perjuangannya dalam Ikhwanul Muslimin Tahun 1937-1965 M”, tahun 2017. Skripsi ini membahas seorang tokoh perempuan berpengaruh dan berkontribusi dalam gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, skripsi ini menggunakan pendekatan biografis untuk melihat latar belakang kehidupan Zainab al- Gazali, bertujuan untuk mengetahui dan memahami hal-hal apa saja yang menjadi pembentuk karakter seorang tokoh.18

Untuk persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas seorang tokoh yang bernama Zainab al-Goza>li>.

Namun bedanya, karya tulis tersebut mengkaji seberapa jauh peran Zainab al-Goza>li> terhadap Ikhwanul Muslimin di Mesir. Meski demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan terkait biografi, dan riwayat hidup Zainab al- Gozali.

4. Jurnal ilmiah yang berjudul Poligami menurut Wah{bah Al-Zuh{aili dan Muhammad Syahrur, tahun 2020. Jurnal ini membahas perbedaan teori dan ketetapan hukum antara Wah{bah Al-Zuh{aili dan Muhammad Syahrur mengenai poligami, Adapun Wah{bah Al-Zuh{aili menggunakan teori ushul fiqh sedangkan Muhammad Syahrur menggunkan teori hermeunetika.19

Adapun persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah

18 Novilia Anggraen, “Zainab Al-Gozali> dan Perjuangannya dalam Ikhwanul Muslimin tahun 1937-1965 M”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2017.

19 Riyan Erwin Hidayat, Poligami Menurut Wahbah Al-Zuh{aili> dan Muhammad Syahrur, Jurnal Tana Mana 1, no. 2, (2020).

(37)

sama-sama mengkomparasikan mufasir terkait ayat-ayat poligami, namun bedanya pada tokoh yang dikomparasikan. Meski demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan tentang metode tokoh yang penulis teliti dalam mencapai tujuan intepretasi ayat-ayat poligami.

5. Skripsi yang berjudul “Dampak Poligami Terhadap Perkembangan Jiwa Anak Di Seluma Selatan” tahun 2021, penelitian ini membahas faktor- faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya poligami dan bagaimana dampak poligami terhadap perkembangan jiwa anak.20

Persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama membahas isu poligami. Namun bedanya, poligami yang dikaji merupakan sample di lapangan, sedangkan penulis sendiri merupakan kajian kepustakaan. Meski demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan tentang bagaimana isu-isu di lapangan terkait poligami.

6. Skripsi Yang Berjudul “Konstruksi Gender Dalam Kitab Tafsir Al-Lu’lu’

Wa Al-Marjān Karya Kari>ma>n H>{amzah (Studi Atas Penafsiran Mufassir Perempuan), tahun 2021. Skripsi ini menelaah penafsiran H>{amzah terhadap QS. 4: 1, QS. 2: 234, QS. 65: 1, QS. 4: 11, QS. 4: 34 dan QS. 2:

282, serta latar belakang sosio-historis Hamzah dengan menggunakan Explanatory analysis (analisis eksplanatori) untuk kemudian peneliti telaah kembali menggunakan analisis gender milik Mansour Fakih dalam rangka mencari gambaran konstruksi gender milik Hamzah dan melihat faktor apa saja yang mempengaruhi penafsirannya.21

20 Tinsi Novita, “Dampak Poligami Terhadap Perkembangan Jiwa Anak Di Seluma Selatan”, Skripsi IAIN Bengkulu, 2021.

21 Rania Nurul Rizqia, “Konstruksi Gender Dalam Kitab Tafsir Al-Lu’lu’ Wa Al- Marjān Karya Kariman Hamzah (Studi Atas Penafsiran Mufassir Perempuan)”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021.

(38)

Adapun persamaan karya tulis tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengakaji sosok mufasir kariman Hamzah terkait pemikirannya dalam kitab tafsir Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al- Qur’a>n. Namun bedanya penulis mengkhususkan pada pembahasan poligami. Meski demikian, karya tulis tersebut berkontribusi bagi penulis sebagai referensi tambahan tentang metode tokoh yang penulis teliti dalam mencapai tujuan intepretasi ayat-ayat poligami.

Setelah penulis kaji dan cermati, belum ada penelitian yang membahas kajian serupa dengan yang akan penulis kaji, belum ada yang secara khusus meneliti poligami menurut Zainab Al-Ga>zai>, Kari>ma>n H{amzah dan Fa>tin Al-Falaki>, secara kajian komparatif. Maka dari itu penulis akan membahas tuntas sebuah karya tulis yang berjudul

Poligami Dalam Perspektif Mufasir Perempuan (Studi Komparatif Kitab Naz{ara>t Fi> Kita>billa>h Karya Zainab Al-Gaza>li> (W. 2005 M), Al- Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L.

1948 M.) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L.

1954 M)”

F. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian ilmiah, kerangka teori sangat dibutuhkan untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Di samping itu, kerangka teori juga dipakai untuk memperlihatkan ukuran-ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu.22 Maka peneliti menggunakan model teori Farmawi (al-Farmawi/ Abd al-Hayy Hussein al- Farmawi 1942-2017 M). Model penelitian yang dilakukan dengan membandingkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tafsir

22 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2019), h. 165.

(39)

disebut penelitian komparatif (perbandingan) atau sering disebut al-tafsi>r al- muqa>ran.

Motode mufasir muqaran adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan pada apa yang ditulis oleh sejumlah mufasir. Langkah yang ditempuh ketika menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan sejumlah ayat Al-Qur’an yang relevan

2. Mengemukakan sejumlah penjelasan para mufasir. Baik kalangan salaf atau kalangan khalaf, baik tafsirnya bercorak bi al-ma’tsu>r atau bi al-ra’yi

3. Membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-masing 4. Menjelaskan siapa di antara mereka yang penafsirannya

dipengaruhi secara subyektif oleh madzhab tertentu: siapa yang penafsirannya diwarnai latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya, seperti bahasa, fikih, atau lainnya: siapa yang penafsirannya didominasi uraian-uraian yang sebenarnya tidak perlu. Seperti kisah-kisah yang tidak rasional dan tidak didukung argumentasi naqliah: siapa yang penafsirannya dipengaruhi oleh paham-paham asy-‘ariyyah atau mu’tazilah, atau paham-paham tasawuf, atau teori-teori filsafat atau teori-teori ilmiah.23

Penelitian komparatif dapat dilakukan berdasarkan berbagai aspek, diantaranya pemikiran madzhab tertentu dengan tokoh yang lain, perbandingan antara Kawasan dan lain-lain. Kemudian ada dua acara yang dapat dilakukan dalam sebuah perbandingan yaitu:

a. Model penelitian separated comparative method, adalah perbandingan yang cenderung terpisah. Model penelitian ini cenderung hanya menyandingkan saja, tanpa adanya analisis-

23 Abdu al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’I dan Cara Penerapannya, terj.

Rosihin Anwar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), cet. ke-1, h. 39

(40)

analisis yang lebih dalam.

b. Model penelitian integrated comparative method, adalah sebuah penelitian dengan cara membandingkan dua hal atau lebih secara menyatu dan teranyam. Cara ini tidak hanya menyandingkan saja tetapi benar-benar membandingkan sesuatu dengan lebih menyatu dan dalam.

Agar penelitian lebih jelas maka ada beberapa tujuan yang dilakukan dalam penelitian komparatif diantaranya adalah mencari persamaan dan perbedaan dari masing-masing pemikiran tokoh dengan berbagai data atau bukti yang benar, mencari sintesa kreatif dan hasil analisis menggunakan model penelitian yang kedua, yakni model penelitian integrated comparative method.24

Sedangkan Langkah-langkah dari penelitian komparatif adalah menentukan tema yang akan dikaji, mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dikomparasikan, mencari keterkaitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing pemikiran tokoh, menunjukkan ciri khas dari masing-masing pemikiran tokoh, melakukan analisis yang mendalam disertai data, membuat kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dari sebuah penelitian.

Dalam teori ini peneliti akan melakukan penelitian sesuai dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Farmawi> yaitu penelitian akan membandingkan pemikiran Zainab al-Gaza>li>, Kari>ma>n H{amzah dan Fa>ti>n al- Falaki> terkait poligami.

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, dengan

24 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2019), h. 135-137.

(41)

kajian kepustakaan (library research) yaitu penelitian kepustakaan yang dilaksanakan dengan cara membaca, menelaah dan mencatat berbagai literatur atau bahan bacaan yang sesuai dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan dituangkan dalam kerangka pemikiran secara teoritis.25 Jadi penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang membutuhkan pemahaman yang mendalam yang berhubungan dengan objek yang diteliti.26 Jadi penelitian ini berbentuk berbentuk kata dan kalimat dari hasil yang diteliti.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan dan diperoleh adalah data kepustakaan yang mencakup:

a. Sumber primer, yaitu bersumber dari buku-buku karangan lansung dari ketiga tokoh yang dikaji, antaranya Kitab Naz{ara>t Fi>

Kita>billa>h Karya Zainab Al-Gaza>li> (W. 2005 M), Al-Lu’lu’ Wa Al-Marja>n Fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n Karya Kari>ma>n Ḥamzah (L. 1948 M) dan Tafsi>r Al-Qur’a>n Li Al-Syaba>b Karya Fa>tin Al-Falaki> (L.

1954 M)”

b. Sumber-sumber sekunder, yaitu sumber-sumber dari karya-karya ilmiah yang banyak berkaitan dengan tema inti yang akan dibicarakan dalam penelitian ini. Sumber-sumber sekunder yang bisa dipergunakan dalam penelitian ini, meliputi karya- karya ilmiah yang membahas biografi, teori pemikiran Zainab Al- Gaza>li>, Kari>ma<n H{amzah dan Fa<tin Al-Falaki> serta tema-tema yang berkitan lainnya.

25 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, (Alumni: Bandung, 1998) hal 65.

26 Metode adalah way of doing anything, yaitu suatu cara yang ditempuh untuk mengerjakan sesuatu, agar sampai kepada suatu tujuan. A.S Hornbay, Oxford Advanced Leaners Dictionary of Current English (Oxford: Oxford University Press, 1963, hal. 533.

(42)

3. Teknik Pengumpulan Data

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di awal bahwa metodologi penelitian ini menggunakan library research, maka Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah Teknik dokumentatif yakni dengan membaca, menelaah buku dan litertur lainnya, tentu yang berkaitan dengan judul skripsi.

4. Metode Analisis Data

Metode27 yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis- komparatif yaitu mendeskripsikan konstruksi28 epistemology tafsir kontemporer dari tiga tokoh tersebut, lalu dianalisis secara kritis, serta mencari sisi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari penafsiran ketiga tokoh tersebut.29

Dengan metode perbandingan ini, penulis akan menghubungkan pemikir satu dengan yang lainnya, memperjelas kekayaan alternetif yang terdapat dalam satu permasalahan tertentu dan menyoroti titik temu pemikiran mereka dengan tetap mempertahankan dan menjelaskan perbedaan-perbedaan yang ada, baik dalam metodologi maupun materi pemikiran tentang poligami serta melakukan proses rethinking (‘ia>dah al- naz{r) dari sudut pandang atau konteks keindonesiaan, sehingga tidak terjebak taklid buta.30

Adapun Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, penulis akan menginventarisasi data dan menyeleksinya,

27 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), h.

196.

28 Konstruksi adalah susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata, lihat https://lektur.id/arti-konstruksi/, diakses pada 31 Oktober 2021, pukul 14:47 WIB.

29 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2019), h. 170.

30 Lihat Hassan Hanafi, dalam pngantar buku M. Aunul Abid Shah et. Al. Islam Garda Depan, h. 25

(43)

khususnya karya-karya Zainab Al-Gaza>li>, Kari>ma<n H{amzah dan Fa<tin Al- Falaki> terkait penafsiran ayat-ayat poligami. Kedua, penulis dengan cermat akan mengkaji data tersebut secara komprehensif dan kemudian mengabstraksikan melalui metode deskriptif.31 Ketiga, secara komparatif penulis akan mencari sisi-sisi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tokoh, serta implikasi- implikasinya, terutama dalam pandangn poligami dari tokoh-tokoh mufasir wanita.

Terakhir, penulis mengulas relevansinya dengan undang-undang poligami di Indonesia saat ini.

5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang ingin ditempuh penulis adalah pendekatan historis- filosofis model strukturalisme genetic,32 yaitu dengan menganslisis tiga unsur kajian: 1) Menganalisis intrinsik teks itu sendiri, 2) merunut akar-akar historis secara kritis latar belakang ketiga tokoh tersebut: mengapa mereka menulis beberapa karya tafsir, dan 3) menganalisis kondisi sosio-historis yang melingkupinya. Dengan pendekatan historis, akan tampak kerangka keragaman, perubahan, dan kesinambungan dalam menyikapi hukum poligami menurut tiga tokoh ini. Sedangkan dengan pendekatan filosofis, akan tampak struktur dasar dari pemikiran ketiga tokoh tersebut dalam menyikapi poligami, meskipun latar belakang sosio historis ketiganya berbeda.33 Karena penelitian ini termasuk riset tematik tokoh yakni meneliti penafsiran poligami menurut tiga tokoh mufasir perempuan tersebut.

31 Metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan hasil penelitian yang didasarkan atas perbandingan dari berbagai sumber yang ada berbicara tentang tema yang sama. Lihat Winarmo Surakhmad, Dasar dan Teknik Research (Bandung: Tarsito, 1978), h. 132

32 Strukturalisme genetic merupakan teori yang disusung Golgman. Lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Reka Sarasin, 1996), h. 164-165

33 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an Dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2019), h. 173.

(44)

H. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2021.34 Adapun sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap babnya memuat beberapa sub bahasan sebagai berikut.

Bab I adalah pendahuluan, meliputi latar belakang masalah untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan mengapa penulis memilih tiga tokoh tersebut sebagai representasinya dan apa yang unik dari ketiga tokoh tersebut. Kemudian rumusan masalah atau problem akademik yang hendak dipecahkan dalam penelitian ini sehingga jelaslah masalah yang akan dijawab. Sedangkan tujuan dan signifikasinya dimaksudkan untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini dan kontribusinya bagi pengembangan keilmuan, terutama dalam studi al-Qur’an. Pengertian istilah dan pembatasan masalah juga penulis jelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Demikian pula kerangka teori yang penulis pakai dalam penelitian ini.

Kemudian dilanjutkan dengan telaah Pustaka untuk memberikan penjelasan di mana posisi penulis dalam penelitian ini dan apa yang baru dalam penelitian ini. Sedangkan metode dan Langkah-langkahnya dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana proses dan prosedur serta Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini, sehingga sampai kepada tujuan yang menjawab problem-problem akademik yang menjadi kegelisahan penulis.

Bab II merupakan tinjauan umum mengenai poligami, mulai dari pengertian, sejarah dan beberapa pandangan mufasir lainnya tentang

34Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi, (Jakarta: IIQ Press2021).

(45)

poligami. Hal ini penting untuk diungkap agar sebelum memasuki pembahasan yang lebih intens pembaca terlebih dahulu sudah mengenal istilah-istilah dalam isu poligami.

Bab III berisi biografi mufasir; riwayat hidup, pendidikan dan karir, serta karya-karya yang telah mereka tulis. Karena ini perlu dilakukan sebab, setiap pemikiran seorang adalah anak zamannya, ia pasti selalu terkait dengan setting sosio-historisnya. Setelah biografi mufasir, penulis kemudian membahasa biografi kitab yang akan dikaji, lalu mengidentifikasi metodologi fisiologis kitab dan ideologi mufasir.

Bab IV merupakan kajian komparatif terkait pandangan Zainab al- Ghozalî, Karîmân Hamzah dan Dr. Fatin al-falakî. Diawali dengan menganalisis ayat-ayat yang membicarakan poligami, kemudian dianalisis persamaan dan perbedaannya. Kemudian relevansinya dengan undang- undang poligami di Indonesia.

Bab V adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan masalah sebelumnya dan diakhiri saran-saran konstruktif bagi penelitian lebih lanjut. Kemudian ditutup dengan daftar pustaka.

(46)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI

Bab ini berisi tentang kajian teori dari pandangan beberapa tokoh tentang poligami. Dalam bagian ini peneliti memaparkan pengertian poligami, sejarah dan pandangan ulama tentang ayat poligami.

A. Pengertian Poligami

Kata poligami secara etimologis (lughawi) berasal dari bahasa Yunani, yakni berasal dari gabungan dua kata polys/ polus yang berarti banyak, dan gamein atau gamos yang berarti perkawinan. Sedangkan secara terminologis (ishthilahi) poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.1 Dalam bahasa Arab disebut “Ta’addud Zauja>t” yang artinya jika seorang laki-laki menikah lebih dari seorang istri pada waktu yang sama meskipun posisi sang istri ditempat berbeda.2 Jadi, secara umum dimanapun berada, istilah poligami sudah masyhur artinya seorang laki-laki menikahi lebih dari satu orang Wanita dalam waktu yang bersamaan (tidak ada akad yang dihapus atau dicerai).

Monogami adalah lawan kata poligami, berasal dari bahasa Latin monogamia, atau paduan kata dari bahasa Yunani, mono dan gamy, yang berakar dari kata monos (satu, tunggal, sendirian) dan gamos (perkawinan).

Sedangkan secara terminologi, monogami memiliki dua pengertian, yaitu;

(1) suatu kebiasaan atau kondisi dari perkawinan yang dilakukan hanya pada satu orang (pasangan) pada satu waktu. (2) suatu keadaan dimana

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet I, 1988) h. 693.

2 Ahmad Walson Al Munwir, Kamus Bahasa Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progresif) edisi 2.

Referensi

Dokumen terkait