• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PANDANGAN ZAINAB AL-

B. Penafsiran Kari>ma>n H{amzah pada Ayat-Ayat Poligami

sudah beliau kaitkan dalam penafsiran ayat 3 surah an-Nisâ, bahwa ayat ini menjelaskan ketidakmampuan seseorang untuk adil jika berpoligami, maka oleh karena itu hendaklah seorang pria mencukupkan dengan satu istri (monogami) saja. Akan tetapi, tetap dalam prinsipnya Zainab al-Gaza>li tidak menolak atau mengharamkan poligami melainkan butuh persyarakat ketat dan sulit untuk melakukan hal demikian.

B. Penafsiran Kari>ma>n H{amzah pada Ayat-Ayat Poligami

َعٰب ُر َو ثَ ٰ لُ

ث َو ى ٰنْث َم ِءْۤا َسِنلا َن ِ م ْمُ كَ

ل َبا َط ا َم ا ْو ُح ِكْناَ

ف

,

artinya menurut Kariman Hamzah, perintah menikahi perempuan yang disukai pada ayat ini adalah selain perempuan yatim yang telah disebutkan. Lalu H{amzah mengutip hadis dari ‘Urwah bin Zubair dari sayyidah ‘Âisyah ra. berkata, nabi bersabda,

“tinggalkanlah (ceraikanlah) mereka!, sungguhnya aku halalkan kepada kalian 4 selain mereka”.

Di sini Kari>ma>n H{amzah memberi footnote penjelasan yang artinya;

“Ketika Islam datang, laki-laki sebelumnya mempunyai empat istri atau lebih atau bahkan lebih sedikit dari itu, maka Islam datang dengan menentukan batasan jumlah istri yaitu tidak boleh lebih dari empat.

Kemudian mengikat ketentuan tersebut dengan syarat adil, maka jika tidak sanggup adil cukup satu istri saja. Adil yang dituntut di sini adalah adil dalam muâmalah, nafkah, dalam pergaulan dan hubungan suami istri.

Adapun adil dalam masalah hati maka hendaknya seorang muslim berusaha keras untuk adil dan sopan dalam dirinya, dan seperti inilah Islam datang bukan untuk melepaskan kebebasan laki-laki dalam pernikahan, tetapi untuk membatasi berpoligami dengan keadilan. Jika tidak mampu, tercegah rukhshah (kemudahan) yang diberikan, dan Islam ingin menghadapi kondisi tersebut masyarakat yang berbeda dengan kondisi yang berbeda, ketika jumlah perempuan yang layak menikah melebihi jumlah laki-laki yang sholeh untuk menikah terutama setelah perang, ketika terjadi sosial dan ekonomi yang memburuk, Ketika terjadinya beban keluarga yang tidak mampu ditanggung oleh para pemuda; seperti hari-hari kita sekarang, ketika istri jatuh sakit dengan penyakit yang mematikan dan tidak dapat melakukan kewajiban seorang istri, Ketika istri mandul sedangkan suami menginginkan

Dar al-Syuruq, 2011), jilid 1, h. 177

anak. Maka syariat mengizinkannya menikahi wanita lain dengan tetap menjaga kehidupan istri yang pertama. Syariat memberi hak bagi seorang istri untuk menetapkan bahwa tidak boleh ada poligami sebelum menikah, dan haknya untuk menolak setelah itu. Allah sudah memerintahkan bergaul yang baik dengan istri, sampai Rasulullah saw. Bersabda, هِلْهَأِل ْمُ

كُرْي َخ ْمُ كُرْي َخ

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”, dengan demikian Islam berfungsi untuk menolak semua jalan perzinaan dan hubungan yang illegal. Mungkin masih jarang diketahui orang banyak bahwa Islam adalah agama pertama yang membatasi jumlah istri. Dalam Yahudisme tidak ada Batasan memiliki bebrapa istri. Sungguh sudah ada dalam al-Kitab pada perjanjian lama bahwa nabi Daud as. mempunyai beberapa orang istri, nabi Sulaiman as. mempunyai seribu orang istri dan selir, dan sebelum kedua nabi ini ada Nabi Ya’qub as. mempunyai 4 orang istri, dua saudarinya dan dua budak keduanya.6

ًة َد ِحا َوَ ف ا ْوُ

ل ِد ْعَت اَّ

لَ ا ْمُتْ

ف ِخ ْ نِاَ

ف

,

maknanya menurut H{amzah, jika sang suami takut tidak mampu berlaku adil maka ia harus mencukupkan dirinya dengan satu istri saja. ْمُ

كُناَمْيَ ا ْتَ

كَ ل َم ا َم ْوَ

ا

,

yaitu sistem perbudakan yang populer di Arab, dan di dunia sebelum kemunculan Islam. Kemudian berangsur-angsur terkikis di dunia keislaman setelah mengeringnya Islam bagi sumbernya. َكِل

ذ

ا ْوُ ل ْو ُعَت اَّ

لَ ا ىٰٓن ْدَ

ا

,

demikian lebih mendekati kalian tidak berlaku zhalim dan aniaya. Lalu H{amzah mengutip pendapat Imam Syafi’i, ia berkata, “Lebih

6 Kari>ma>n H{amzah, Al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Mesir: Maktabah Dar al-Syuruq, 2011), jilid 1, h. 177

mungkin keluarga anda tidak bertambah banyak, artinya pengeluaran anda tidak bertambah dan anda tidak mampu memenuhinya”, kedua makna ini diperlukan.7

Pada ayat ini dapat disimpulkan pandangan Kari>ma>n H{amzah terhadap poligami:

1) Sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan peristiwa anak yatim yang dinikahi walinya namun berbuat zhalim kepada yatim tersebut dengan tidak memberi mahar yang layak, lalu turunlah larangan tidak boleh menikahi anak yatim kecuali dapat berlaku adil diantara mereka dan memberi mahar yang layak

(2) Jika seorang muslim takut tidak dapat adil kepada anak yatim perempuan, hendaklah dia menikahi perempuan yang bukan anak yatim

(3) Dihalalkan dalam Islam menikahi sampai empat orang istri (4) Beliau menekankan bahwa kebolehan ini adalah salah satu

keagungan Islam, karena Islamlah yang pertama kali membatasi jumlah istri yang boleh dinikahkan, karena sebelum kedatangan Islam laki-laki boleh menikahi wanita berapapun jumlah yang dia inginkan

(5) Syarat kebolehan poligami ini harus berlaku adil dalam hal mua>malah, nafkah, pergaulan dan hubungan suami istri.

(6) Adapun adil dalam masalah hati maka hendaknya seorang muslim berusaha keras untuk adil dan sopan dalam dirinya (7) Islam datang bukan untuk melepaskan kebebasan laki-laki dalam

pernikahan, tetapi untuk membatasi berpoligami dengan keadilan. Jika tidak mampu, tercegah rukhs{ah (kemudahan) yang

7 Kari>ma>n H{amzah, Al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Mesir: Maktabah Dar al-Syuruq, 2011), jilid 1, h. 179

diberikan,

Beberapa kondisi yang dibutuhkan untuk berpoligami:

1) Ketika jumlah perempuan yang layak menikah melebihi jumlah laki-laki yang sholeh untuk menikah terutama setelah perang, 2) Ketika terjadi sosial dan ekonomi yang memburuk,

3) Ketika terjadinya beban keluarga yang tidak mampu ditanggung oleh para pemuda,

4) Ketika istri jatuh sakit dengan penyakit yang mematikan dan tidak dapat melakukan kewajiban seorang istri,

5) Ketika istri mandul sedangkan suami menginginkan anak.

6) Seorang istri berhak untuk menetapkan bahwa tidak boleh ada poligami sebelum menikah, dan haknya untuk menolak setelah itu.

Semua syariat yang berlaku ini memberi hikmah bahwa Islam berfungsi untuk menolak semua jalan perzinaan dan hubungan yang illegal.

2. QS. An-Nisa’ [4]: 129

(

ْمُت ْص َر َح ْوَ ْنل َوَ ل َو ِءْۤا َسِنلا َنْيَب ا ْوُ

ل ِد ْعَت ْ نَ

ا آْ ْو ُعْي ِطَت ْسَ

ت ), “Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian”, menurut Kari>ma>n H{amzah, pada kenyatannya kebanyakan orang tidak dapat berbuat adil secara mutlak. Baik penguasa dengan rakyatnya, pemilik perusahaan atau lembaga dengan karyawannya, bahkan bapak dengan anak-anaknya. Maka demikian, Al-Qur’an menghimbau manusia untuk berusaha dan bersungguh-sungguh dalam menegakkan keadilan di setiap hubungan. Terutama hubungan keluarga,

pemimpinnya adalah suami dan istri, ayah dan ibu.8

قَل َع ُمَّ لاْ ك ا َه ْو ُرَ َ ذَتَ

ف ِلْي َمْ لا َّ

لُ ك ا ْوُ

لْي ِمَت ا َلَف

),

“karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” Ini adalah perkara wajib, suami tidak boleh condong kepada istri dengan kecondongan yang jelas, dan meninggalkan yang lain seolah-olah digantung, baik dia dengan istri yang baik atau dia wanita yang diceraikan yang berharap untuk menikah dengan orang lain untuk menggantinya. Telah datang dalam sebuah hadis, “Barang siapa yang memiliki dua istri, maka suami condong kepada salah satu dari mereka, dia akan datang pada hari kiamat dan salah satu dari kedua sisinya akan jatuh.” Diriwayatkan oleh al-T{aya>lisi>.9

(

اًمْي ِح َّر ا ًر ْوفُ َ غ ناَ َ

ك َ ه للّٰا َّ

نِاَ ف ا ْوقُ َّ

تَت َو ا ْو ُحِل ْصُت ْنِاَو), “Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.Maka berusahalah dalam memperlakukan perempuan dengan benar, dan bertakwalah kepada Allah dalam urusan terhadap mereka sebanyak yang kamu bisa. Apabila kalian membaguskan niat dan mengikat tekad, Allah akan merahmatimu dan mereka, mengampunimu kesalahanmu dan mereka. Sungguh Rasulullah saw. Telah mengkhususkan bagian penting dari khutbah wada’, dimana beliau memerintahkan suami untuk takut kepada Allah dalam perkara istri-istri mereka.10

Kesimpulan dalam ayat ini menurut Kari>ma>n H{amzah adalah

8 Kari>ma>n H{amzah, Al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Mesir: Maktabah Da>r al-Syuru>q, 2011), jilid 1, h. 224

9 Kari>ma>n H{amzah, Al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Mesir: Maktabah Da>r al-Syuru>q, 2011), jilid 1, h. 224

10 Kari>ma>n H{amzah, Al-Lu’lu’ Wa al-Marja>n Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n, (Mesir: Maktabah Da>r al-Syuru>q, 2011), jilid 1, h. 224

umumnya manusia tidak sanggup berlaku adil secara mutlak, dari hubungan manapun suami ke istri atau bahkan ayah ke anak-anaknya.

Maka daripada itu agama melarang seorang suami terlalu condong kepada salah satu istri dengan kecondongan yang jelas karena ada ancamannya yaitu di hari kiamat dia berkondisikan tubuh yang timpang sebelah. Lalu agama juga memerintahkan untuk selalu takwa kepada Allah dalam urusan istri-istri dan hendaklah berupaya keras agar dapat berlaku adil.

C. Penafsiran Fa>tin Al-Falaki> pada Ayat-Ayat Poligami