• Tidak ada hasil yang ditemukan

BP Batam a. Pendirian

Dalam dokumen DOKUMEN DRAFT OUTLINE BUSINESS CASE (Halaman 36-40)

Berdasarkan Kepres No. 41/1973, Pulau Batam telah diatur sebagai daerah industri yang dikelola oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau Badan otorita Batam (“BOB”). Pada tahun 2007, BOB diubah menjadi Badan Pengusahaan Batam (“BP Batam”) berdasarkan PP No. 46/2007.

PP No. 46/2007 mengatur wilayah Batam sebagai KPBPB untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak PP No.46/2007 ditetapkan. Kawasan tersebut meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru dan Pulau Janda Berias dan gugusannya. Dalam kawasan tersebut BP Batam mempunyai Hak pengelolaan atas tanah yang sebelumnya dimiliki oleh BOB dan Pemerintah Kota Batam yang berada di KPBPB. Setiap pengembangan di sektor ekonomi di dalam KPBPB dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.

b. Kewenangan, Tanggung Jawab, dan Struktur Organisasi

BP Batam adalah sebuah lembaga yang bertanggung jawab atas pengembangan kawasan industri Pulau Batam dengan ruang lingkup sebagai berikut:

a) Menggunakan dan memanfaatkan tanah di kawasan industri Pulau Batam dengan tujuan pembangunan, bisnis, dan fasilitas lainnya;

b) Mengembangkan dan mengendalikan pembangunan Pulau Batam sebagai kawasan industri;

c) Mengembangkan dan menngendalikan kegiatan pengalihan-kapalan( transshipment) di Pulau Batam;

d) Merencanakan kebutuhan prasarana dan pengusahaan instalasi-instalasi prasarana dan fasilitas lainnya;

e) Menerima dan memeriksa pengajuan izin usaha yang diajukan oleh badan usaha dan berkoordinasi lebih lanjut atas pengajuan tersebut dengan instansi yang bersangkutan;

f) Mejamin tata cara perizinan dan pemberian jasa-jasa yang diperlukan dalam mendirikan dan menjalankan usaha di Pulau Batam dapat berjalan lancer dan tertib, untuk dapat menumbuhkan minat para investor supaya menanamkan modalnya di Pulau Batam.

Kewenangan-kewenangan BP Batam dalam menarik investor di Pulau Batam adalah sebagai berikut:

a) Berwenang untuk mewakili pemerintah dalam hal menerbitkan izin, menyediakan jasa layanan kepada masyarakat, mengelola tanah, dan kewenangan lainnya atas dasar pendelegasian yang diberikan oleh Pemerintah Pusat;

b) Terkait dengan fungsi pembangunan, BP Batam memiliki wewenang untuk mengelola sarana dan prasarana seperti bandara, pelabuhan laut, listrik, air minum, rumah sakit, termasuk sarana transportasi dan dan lain-lain dalam rangka mempertahankan daya saing sebagai kawasan industri, kegiatan pengalihan kapalan, perdagangan dan pariwisata.

Dalam kawasan KPBPB BP Batam mempunyai hak pengelolaan atas tanah yang sebelumnya dimiliki oleh BOB dan Pemerintah Kota Batam yang berada dikawasan KPBPB.

Adapun di dalam Kawasan KPBPB jika dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya maka kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.

Sehubungan dengan pengelolaan keuangan, BP Batam tunduk pada ketentuan Peraturan Pemerintah No. 6/2011 dimana BP Batam tunduk pada Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, yaitu pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebagai pengecualian dari pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

Lebih lanjut, berdasarkan ketentuan PP No. 6/2011, BP Batam mengusahakan sendiri sumber pendapatan untuk mendanai belanjanya. Adapun sumber pendapatan BP Batam diperoleh dari:

a) Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat; b) Hasil kerjasama dengan pihak lain;

c) Hibah yang diperoleh sesuai peraturan perundangan; d) Hak Pengelolaan atas tanah; dan/atau

e) Hasil usaha lainnya.

Pendapatan sebagaimana dimaksud di atas dilaporkan kepada Menteri Keuangan sebagai penerimaan negera bukan pajak dan dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BP Batam.

Selain sumber pendapatan yang disebutkan pada paragraf sebelumnya, BP Batam juga dapat memperoleh pendapatan dari:

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan/atau b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sehubungan dengan Perencanaan dan Penganggaran, PP No. 6 Tahun 2011 mengatur bahwa BP Batam menyusun rencana strategis 5 (lima) tahunan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Badan Pengusahaan menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum (“RBA”) dengan mengacu pada rencana strategis. RBA dimaksud disusun sesuai kebutuhan dalam pengelolaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta kemampuan dalam menghimpun pendapatan dan dilakukan setiap tahun.

BP Batam mengajukan RBA tersebut kepada Dewan Kawasan untuk memperoleh pengesahan. RBA yang telah disahkan kemudian dituangkan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (“RKA-KL”). RKA-KL disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kemudian setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan, Menteri Keuangan menyampaikan pagu alokasi anggaran kepada BP Batam. Lebih lanjut menyesuaikan RKA-KL dengan pagu alokasi anggaran tersebut. RKA-KL yang telah disesuaikan tersebutlah yang akan menjadi dasar penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

c. Struktur Organinasi BP Batam

Berdasarkan pada Peraturan Ketua BP Batam No. 5 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Prosedur Kerja atas Anggota/ Deputi di Lingkungan BP Batam (“Perka

(“Perka No. 23/2015”) dan Surat Perintah Ketua BP Batam No. 40/KA/5/2015 tertanggal 5 Mei 2015 (“Surat No. 40/2015”), struktur organisasi BP Batam adalah:

d. Dewan Kawasan

Berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2013 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (“Dewan Kawasan”), Dewan Kawasan memiliki tugas dan kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan umum, membina, mengawasi, dan mengkoordinasikan kegiatan BP Batam sesuai dengan kebijakan umum Pengusahaan KPBPB. Berikut adalah struktur organisasi dari Dewan Kawasan:

 Ketua : Gubernur Provinsi Kepulauan Riau  Wakil Ketua : Walikota Batam

 Anggota :

a) Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan;

b) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan;

c) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Kepulauan Riau;

d) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kepulauan Riau;

e) Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau; f) Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau;

g) Komandan Pangkalan Utama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut IV; h) Komandan Gugus Keamanan Laut Wilayah Barat; dan

i) Komandan Komando Resort Militer 033/WIRAPRATAMA

Dalam dokumen DOKUMEN DRAFT OUTLINE BUSINESS CASE (Halaman 36-40)