• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan BP Batam sebagai PJPK atas Proyek

Dalam dokumen DOKUMEN DRAFT OUTLINE BUSINESS CASE (Halaman 33-36)

Kewenangan BP Batam untuk bertindak sebagai PJPK atas Proyek dapat didasarkan pada hal-hal berikut:

a. BP Batam didirikan sebagai Badan Pengusahaan yang berwenang melakukan pengusahaan pada KPBPB Batam sebagaimana ditentukan berdasarkan UU No. 1/2000 serta PP No. 46/2007;

b. BP Batam memiliki kewenangan untuk melaksanakan penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana perhubungan mengingat fungsi dari KPBPB adalah tempat untuk

mengembangkan usaha-usah a di bidang transportasi sebagaimana diatur dalam UU No. 1/2000 dan Kepres No. 41/1973.

Berdasarkan PP No. 46/2007 kawasan Batam ditetapkan sebagai KPBPB untuk jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya PP No. 46/2007 yaitu sejak tanggal 20 Agustus 2007. Kawasan Perdagangan dimaksud meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang Pulau Galang Baru, dan Pulau Janda Berias dan gugusannya.

Dengan demikian, Batam Center, Tanjung Uncang, Batu Ampar, Bandara Hang Nadim adalah bagian dari Pulau Batam sehingga termasuk dalam KPBPB. Oleh karena itu, BP Batam memiliki kewenangan tunggal untuk bertindak sebagai PJPK untuk Proyek ini.

2.4.2 Kesesuaian Rencana Pengembangan Proyek dengan RPJMN, Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis BP Batam

Setiap pembangunan di Indonesia harus mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). RPJMN ini selanjutnya akan dijabarkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan juga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Rencana Strategis (Renstra) BP Batam Tahun 2015-2019 juga merupakan penjabaran atau realisasi lebih lanjut dari RPJMN yang akan berfungsi sebagai pedoman dan arahan bersama bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan dan pembangunan pengembangan KPBPB Batam, yang terpadu dan searah dengan rencana pembangunan nasional lima tahun mendatang guna menunjang tercapainya sasaran strategis RPJMN.

Dengan demikian, rencana pembangunan jaringan kereta api lintas utama pulau Batam dengan menggunakan kereta monorel haruslah sesuai dan searah dengan RPJMN, RKP dan Renstra BP Batam.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang (RPJMN) tahun 2015-2019 (“Perpres

No. 2/2015”) disebutkan bahwa untuk mewujudkan visi misi pembangunan dalam RPJMN

2015-2019 telah dirumuskan Sembilan agenda prioritas nasional. Kesembilan agenda prioritas itu disebut Nawa Cita. Adapun kesembilan agenda tersebut adalah:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga Negara;

2. Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan;

4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sector strategis ekonomi domestic;

8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

Sementara itu dalam Peraturan Presiden No. 60 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 (“Perpres No. 60/2015”) disebutkan bahwa RKP Tahun 2016 merupakan penjabaran tahun kedua dari RPJMN tahun 2015-2019 dan juga merupakan kesinambungan upaya pembangunan yang terencana dan sistematis serta dilaksanakan baik masing-masing maupun seluruh komponen bangsa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.

RKP memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, program-program kementerian/lembaga, lintas kementerian, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif sesuai maksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tema RKP Tahun 2016 adalah “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Pondasi Pembangunan Yang Berkualitas”. RKP 2016 dimaksudkan sebagai pedoman bagi Kementerian/Lembaga menyusun rencana kerja (Renja) Tahun 2016 serta pedoman bagi pemerintah daerah menyusun RKP Daerah (RKPD). Selanjutnya RKP akan digunakan sebagai pedoman penyusunan Rancangan Undang-Undang APBN, dan RKPD sebagai pedoman penyusunan rancangan peraturan daerah APBD.

Dalam Rancangan Awal Renstra BP Batam 2015-2019 (“Renstra BP Batam”), dalam Bab 3 mengenai Startegi, Arah Kebijakan, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan disebutkan bahwa BP Batam mendukung beberapa fokus prioritas nasional diantaranya disebutkan dalam poin 4 yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya (prioritas ini adalah prioritas keenam dalam Sembilan Agenda Prioritas Nasional). Dalam rangka merealisasikan prioritas ini, BP Batam sebagaimana tertuang pada Bab 3 poin 4.2 Renstra BP Batam akan membangun transportasi massal perkotaan dengan sasaran sebagai berikut:

1. Meningkatnya pelayanan angkutan massal perkotaan,

a. Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/Metropolitan/Besar minimal 32 persen.

b. jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau rel minimal 29 kota.

2. Meningkatnya kinerja lalu lintas jalan perkotaan yang diukur dengan kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kota metropolitan/besar minimal 20 km/ jam.

Dalam merealisasikan sasaran ini arah kebijakan BP Batam adalah melakuka pengembangan angkutan umum missal yang modern dan maju dengan berorientasi berbasis kepada bus (BRT) maupun rel (LRT,tramway, MRT), salah satunya melalui strategi pengembangan kereta perkotaan di Batam.

Oleh karena itu, dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pembangunan jalur kereta api api lintas utama pulau Batam dengan menggunakan kereta monorel telah sesuai dan searah dengan RPJMN, RKP dan Renstra BP Batam.

2.4.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan yang Tekait dengan Proyek 1. Dewan Nasional KPBPB

Untuk lebih meningkatkan pengembangan KPBPB di Indonesia, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional KPBPB (“Perpres No. 30/2008”) dibentuk Dewan Nasional KPBPB. Dewan Nasional berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Dewan Nasional sebagaimana dijelaskan dalam Perpres 30/2008 terdiri dari:

a. Ketua Merangkap

Anggota Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; b. Anggota 1. Menteri Sekretaris Negara;

2. Menteri Dalam Negeri;

3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. Menteri Keuangan;

5. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; 6. Menteri Perindustrian;

7. Menteri Perdagangan; 8. Menteri Perhubungan;

9. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 10. Menteri Pekerjaan Umum;

11. Menteri Negara Lingkungan Hidup;

12. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS;

13. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 14. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 15. Kepala Badan Pertanahan Nasional;

16. Wakil Sekretaris Kabinet.

Dalam Pasal 3 Perpres No. 30/2008 menjelaskan mengenai tugas Dewan Nasional antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan umum dalam rangka percepatan pengembangan KPBPB sehingga mampu bersaing dengan kawasan sejenis di negara lain;

b. Membantu Dewan KPBPB dalam rangka pengelolaan KPBPB, termasuk dalam upaya penyelesaian permasalahan strategis yang timbul dalam pengelolaan KPBPB; dan c. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan KPBPB.

2. BP Batam

Dalam dokumen DOKUMEN DRAFT OUTLINE BUSINESS CASE (Halaman 33-36)