• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Daerah

Dalam dokumen sma12bhsind KompetensiBerbhsDanSastraInd Deden (Halaman 194-198)

Sumber: www.pikiran-rakyat.com

Sumber: www.pikiran-rakyat.com Sumber: : Majalah Gong edisi 75/VII/

2005, halaman 26

BAB

XI

Kebudayaan daerah merupakan kebudayaan citra di daerah itu sendiri. Kebudayaan di suatu daerah seringkali tidak dipunyai oleh daerah lain. Kalian tidak akan menemui reog Ponorogo di Yogyakarta karena di sana yang dikenal adalah budaya jathilan. Apakah salah satu kebudayaan di daerahmu? Menarik bukan berdiskusi tentang kebudayaan? Sekarang, kita juga akan belajar yang masih dalam koridor budaya daerah. Kalian akan belajar menilai penghayatan puisi terjemahan, mengomentari unsur drama Indonesia yang memiliki warna lokal, menyusun dialog dalam pementasan drama, menilai unsur drama yang memiliki warna lokal atau drama terjemahan, dan menulis esai. Selamat belajar.

Menilai unsur drama yang memiliki warna lokal atau drama terjemahan

• Mengidentifikasi unsur drama • Mengomentari unsur drama • Menyebutkan warna lokal

• Memahami garis besar cerita • Menuangkan ide

• Menyusun dialog drama

• Mengidentifikasi unsur pembangun drama • Memberikan penilaian

terhadap unsur pembangun drama

• Menangkap simbol-simbol • Memahami isi

• Menilai penghayatan penyiar

Mengomentari unsur drama Indonesia yang memiliki warna lokal

Menyusun dialog dalam pementasan drama Menilai penghayatan puisi terjemahan

Budaya Daerah

Menulis esai

• Segi tertentu dari karya sastra • Menyatakan penilaian

terhadap karya sastra

Budaya Daerah 187

A. Menilai Penghayatan Puisi Terjemahan

Pada Bab X, kalian telah belajar menganalisis puisi terjemahan. Pada pelajaran kali ini, kalian akan kembali belajar tentang puisi terjemah-an, yaitu tentang penghayatan penyair terhadap puisi yang diciptakan.

Puisi lahir dari sebuah pengalaman, entah itu pengalaman yang dialami sendiri oleh penyair atau pengalaman orang lain yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penyair. Adanya latar belakang tersebut, membuat penyair dalam menciptakan sebuah puisi selalu disertai penghayatan yang penuh, seolah-olah dia sendiri yang mengalami peristiwa tersebut.

Dalam mengungkapkan perasaannya, penyair menggunakan kata-kata yang khusus, kata-kata puitis yang penuh makna. Kata- kata tersebut dipilih dengan proses perenungan yang mendalam. Bahkan, terkadang penyair menggunakan kata-kata yang ”tidak lazim” menurut kaidah, namun mampu memberikan ”ruh” pada puisinya.

Untuk memahami sebuah puisi, tentu saja pembaca harus memahami benar makna kata-kata khusus, kata-kata puitis, kata- kata yang ”tidak lazim” tersebut. Itu tentu saja bukan tugas yang mudah. Pembaca perlu menyelami benar diri seorang penyair agar mampu menyibak tabir yang menyelimutinya.

Dengarkan pembacaan puisi terjemahan di bawah ini! Dendang Asmara

Karya: Herman Hesse Aku rusa dan kaulah kijang

Burunglah engkau dan aku pepohonan Mentarilah engkau dan aku salju Engkau siang dan impian aku

Di malam hari dari mulutku yang nyenyak Terbanglah burung keemasan kepadamu Lantang suaranya, warna warni sayapnya Berdendanglah ia untukmu lagu asmara

Berdendanglah dia untukmu lagu tentang diriku

Diterjemahkan oleh Ramdhan K.H. Dikutip dari Membaca Sastra, hlm. 52

Secara eksplisit, judul puisi di atas telah menceritakan isinya, yaitu menceritakan seseorang yang sedang jatuh cinta. Bahasa yang digunakan pada puisi tersebut cukup sederhana sehingga pembaca tidak terlalu sulit memahami isinya. Penyair mengungkapkan perasaannya dengan bahasa sederhana yang indah melalui bahasa kiasan perbandingan (metafora):

Aku rusa dan kaulah kijang

Burunglah engkau dan aku pepohonan Gambar 11.1

Mentarilah engkau dan aku salju Engkau siang dan impian aku

Begitu besar perasaan cinta si Aku sehingga malam pun bukan menjadi halangan bagi si Aku untuk ”bertemu” dengan kekasih hatinya. Dengan menjelma sebagai ”burung keemasan”, si Aku menemui kekasih hatinya untuk mengungkapkan segenap perasaannya.

Sekarang, dengarkanlah pembacaan puisi di bawah ini! Carilah simbol-simbol yang terdapat pada puisi itu untuk mengungkap makna puisi tersebut!

Payung Karya Al Qing Pagi hari kutanya payung

”Kau suka matahari membuatmu kering Ataukah hujan membasahimu?”

Payung tertawa, dia berkata:

”Yang aku risaukan bukan hal-hal ini.” Aku kejar bertanya padanya:

”Apa yang kau risaukan?” Payung berkata:

”Yang aku pikirkan adalah

Di kala hujan aku tak boleh membiarkan pakaian manusia basah Di hari cerah akulah awan di atas mereka!”

Diterjemahkan oleh Nurni Wuryandari Dikutip dari Membaca Sastra, hlm. 11

Jawablah pertanyaan ini! 1. Apakah tema puisi di atas?

2. Apakah makna ”payung” pada judul puisi itu? 3. Siapakah Aku pada puisi itu?

4. Bagaimana cara penyair menampilkan unsur puitis pada puisinya?

5. Apa sesungguhnya yang ingin diceritakan penyair dalam puisi itu?

6. Apa pesan yang ingin disampaikan penyair? 7. Apa maksud dua larik terakhir puisi tersebut?

Di kala hujan aku tak boleh membiarkan pakaian manusia basah Di hari cerah akulah awan di atas mereka!”

Karya sastra bersifat poliinterpretasi. Artinya, penafsiran antara satu orang dengan orang lain bisa berbeda. Bandingkan hasil penafsiran kalian terhadap puisi di atas dengan hasil penafsiran yang dilakukan oleh teman kalian. Carilah perbedaan dan persamaannya! ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 1

Gambar 11.2

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Budaya Daerah 189 Presentasikan di depan kelas pembahasan kalian tentang puisi ”Payung” di atas. Sementara itu, teman-teman kalian akan mendengar- kan. Teman-teman kalian akan memberikan tanggapan (persetujuan atau penolakan) terhadap pembahasan kalian. Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman kalian!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 2

B. Mengomentari Unsur Drama Indonesia yang

Memiliki Warna Lokal

Pada Bab X, kalian telah belajar memahami karya sastra drama. Agar lebih memahami unsur-unsur karya sastra drama, pada pelajaran kali ini, kalian akan kembali belajar menanggapi karya sastra drama. Namun, kali ini kalian akan belajar memahami karya sastra drama Indonesia yang memiliki warna lokal/kedaerahan.

Warna lokal drama dapat diketahui dari tema, latar, dan tokoh. Drama Ken Arok, misalnya, memiliki warna lokal karena mengambil latar kehidupan kerajaan Majapahit.

Bacalah di dalam hati naskah drama ini. Sambil membaca, pahamilah unsur-unsur yang membangun cerita drama tersebut!

Dalam dokumen sma12bhsind KompetensiBerbhsDanSastraInd Deden (Halaman 194-198)