• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis Puis

PELAJARAN SASTRA

Pelatihan 4 1 Adakah penggalan cerita yang tidak jelas pada cerpen di atas? Kalau ada kutip atau tunjukkan penggalan cerita tersebut!

C. Menganalisis Puis

Kalian tentu sudah tahu bahwa puisi di Indonesia sudah ada sejak zaman nenek moyang. Jika dilihat dari sudut pandang periodisasinya ada beberapa angkatan sastra dalam dunia sastra di Indonesia dalam tiap-tiap angkatan muncul para sastrawan dengan berbagai macam karya sastra, termasuk didalamnya puisi.

Baca dan cermatilah beberapa puisi dengan periodisasi yang berbeda berikut ini!

Kebudayaan 85

Periode 1900–1933

Bahasa Bangsa

Moh. Yamin Selagi kecil berusia muda

Tidur si anak di pangkuan bunda, Ibu bernyanyi, lagi dan dendang Memuji si anak banyaknya sedang; Berbuai sayang malam dan siang Buaian tergantung di tanah moyang Terlahir di bangsa berbahasa sendiri Diapit keluarga kanan dan kiri Besar budiman di tanah melayu Berduka suka, sertakan rau; Perasaan serikat menjadi padu Dalam bahasanya permai merdu Meratap menangis bersuka raya Dalam bahagia bala dan baya; Bernafas kita pemanjangkan nyawa

Dalam bahasa sambungkan jiwa Di mana Sumatera, disitu bangsa Di mana perca, disana bahasa Andalasku sayang, jana bejana Sejakan kecil muda teruna Sampai mati berkalang tanah Lupa ke bahasa tiadakan pernah; Ingat pemuda, Sumatera hilang Tiada bahasa bangsa pun malang.

Periode 1933–1942 Di Kaki Gunung

Moh. Zain Saidi

Hawa meresap keurat sarap Membawa wangi bung-bungaan Diiring kabut tipis meralay Enggan ke gunung merayu hutan Angin lembut membuai daun Serentak cemara menggamit awan Sedang langit merona kilauan Setiap gadis lukisan kudus Di sini sunyi alam selalu

Tempat burung-burung berkibar Tempat dunia tabah menunggu Menanti hidupkan romo mekar Di sini alam sunyi selalu

Di sini rindu menampung sinar ....

Periode 1942-1945 Di Serang Rasa

Usmar Ismail Apa hendak dikata

jika rasa bersimaharajarela di dalam batin gelisah saja

seperti menanti sesuatu tak hendak tiba Pelita harapan berkelip-kelip

tak hendak padam, hanyalah lemah segala sendi

Bertambah gelisah hati yang gundah Sangsi kecewa, meradang resah benci, dendam ..., rindu, cinta .... Ah hujan rinai di waktu angin bertiup kencang memercik muka Kemudian reda ... tenang .... Di dalam mata air bergenang

Kembali harapan kekuatan semakin nyata Dari yang sudah-sudah,sebelum jiwa diserang rasa ....

Periode 1945 .... Aku

Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang pun kan merayu Tidak juga Kau

tak perlu sedu sedan itu aku ini binatang jalan Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Gambar 6.4

Kebudayaan 87

Luka dan bisa ku bawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

Setelah membaca beberapa puisi diatas, tentu kalian tahu bahwa setiap puisi memiliki tema, pesan, dan nilai-nilai tersendiri. Tema dan amanat serta nilai yang terkandung dalam tiap-tiap puisi memiliki warna tersendiri-tersendiri yang dapat menggambarkan kekhasannya masing-masing. Begitu pula nilai yang terkandung di dalamnya pun berbeda dan tidak menutup kemungkinan memiliki pengaruh dengan budaya saat itu serta budaya daerah. Oleh karena itu, silakan kalian diskusikan puisi tersebut dan kerjakan soal-soal pelatihan berikut ini!

1. Tentukan tema ketiga puisi di atas!

2. Tentukan amanat yang ingin diampaikan dari ketiga puisi tersebut diatas!

3. Jelaskan standar budaya yang dianut ketiga puisi tersebut! 4. Tuliskan beberapa ciri khas masing-masing puisi tersebut!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pelatihan 3

D. Menulis dan Menguasai Huruf Arab-Melayu dalam

Kegiatan Transkripsi

Kalian telah belajar membaca dan menulis atau menyalin aksara Arab-Melayu ke dalam huruf Latin dalam pelajaran yang lalu, baik berupa kata maupun kalimat. Oleh karena itu, kalian tentu sudah memiliki kemampuan memahami tulisan Arab-Melayu.

Karya sastra selain yang ditulis dengan menggunakan bahasa Latin, ada pula yang menggunakan aksara Arab-Melayu, seperti berikut ini.

Salinlah teks aksara Arab berikut ke dalam bahasa Latin!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kebudayaan 89

E. Menulis Karya Sastra

Menulis puisi merupakan suatu kegiatan yang cukup menarik bagi kalian, karena melalui puisilah kalian dapat menuangkan ide, perasaan, gagasan, pengalaman, baik yang suka atau yang duka, baik yang menyenangkan atau yang menyebalkan. Semua itu dapat dikemas menjadi sebuah puisi. Namun, yang menjadi persoalan bagaimana kita mulai menulis puisi?

Menulis puisi diawali dengan mengemukan ide. Ide itu dapat diperoleh dari hasil imaji- nasi kalian, sesuatu yang dialami, sesuatu yang dirasakan, atau dari hal-hal lain yang pernah kalian lihat dan rasakan. Semua itu merupakan sumber yang dapat mengilhami kelahiran puisi kalian. Setelah menetukan ide, kalian pilih kata-kata atau diksi untuk menuangkan ide kalian. Selanjutnya, rangkaian diksi itu menjadi larik-larik dalam sebuah puisi. Setelah kalian selesai menulis puisi, pajangkan puisi kalian pada majalah

Sumber: Dokumen Penerbit

Gambar 6.7 Membaca majalah dinding

dinding di sekolah masing-masing, sehingga orang lain dapat menikmati karya kalian.

Secara garis besar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bila kalian menulis karya sastra di majalah dinding, antara lain 1) Tentukan tema yang aktual.

2) Ceritanya humoris, tragis, satiris, dan romatis. 3) Bahasanya efektif dan efisien serta pragmatis. 4) Jalan cerita atau alur jangan yang berbelit.

5) Dialog-dialog yang dikembangkan jangan bertele-tele. 6) Gambaran tokoh tidak perlu mendetail.

7) Tidak lebih dari tiga halaman HVS A4 dengan spasi rangkap. 8) Huruf jangan terlalu kecil dan usahakan menarik.

9) Kalau bisa beri ilustrasi atau vinyet di kertas.

Buatlah sebuah puisi yang berkaitan dengan tema tertentu. Perhatikan hal-hal penting dalam menulis sebuah puisi. Setelah selesai, bacakan puisi yang kalian tulis untuk ditanggapi bersama. Hasilnya boleh kalian pajang pada majalah dinding sekolah!

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Rangkuman

1. Dalam membacakan sebuah puisi harus memerhatikan lafal, intonasi dan gaya pembacaan yang baik.

2. Langkah-langkah dalam menulis puisi adalah mengemukakan ide. Kemudian, pilihlah kata-kata yang baik untuk menuangkan ide kalian. Selanjutnya, rangkaikan kata-kata pilihan tersebut menjadi larik-larik dalam puisi. Terakhir, bacalah puisi kalian.

Refleksi

Apa yang bisa kalian petik dari bab ini? Ada satu hal yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Kalian sudah membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan. Artinya, secara tidak langsung bahwa puisi yang merupakan hasil karya anak negeri ternyata tidak kalah kualitas dengan puisi terjemahan. Bila, kita tarik ke bidang yang lebih luas, kita juga harus bangga terhadap karya negeri kita sendiri. Kalian harus bangga terhadap produk dalam negeri. Jangan hanya karena gengsi mengalahkan rasa cinta kita terhadap karya anak negeri. Karya kita juga merupakan hasil kreasi dari seniman kita sendiri yang lebih mewakili kebudayaan sendiri. Cintai karya sendiri.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Soal-Soal Pengembangan Kompetensi

1. Carilah sebuah atau beberapa puisi terjemahan, kemudian lakukan kegiatan berikut.

a. Analisislah puisi terjemahan itu dari segi isi puisi, tema puisi, amanat/pesan, dan sikap penyair.

b. Bacakan puisi tersebut di depan temanmu dan mintalah tanggapan atau komentar teman yang lain.

2. Carilah sebuah teks karya sastra beraksara Arab-Melayu, kemudian transkripsikan teks tersebut dalam bahasa Latin! Presentasikan teks karya sastra yang kalian transkripsikan itu di depan temanmu dan mintalah tanggapan atau komentar! 3. Lakukan analisis terhadap sebuah puisi Indonesia dan sebuah

puisi terjemahan dari segi struktur, leksikal, semantik, dan sintaksis! Jelaskan perbedaan yang tergambar dari kedua puisi tersebut!

4. Carilah beberapa puisi yang kalian anggap penting pada setiap periodisasi puisi, kemudian jelaskan tema, amanat, nilai yang terkandung pada masing-masing puisi! Adakah ciri yang mencolok dari setiap periodisasi puisi itu? Jelaskan!

Kebudayaan 91